Sabtu, 23 April 2011

Princess Hours Episode 6

Pagi itu Shin sibuk mencicipi makanan. Chae-gyeong datang menghampirinya. Asistennya sibuk mencatat. Chae-gyeong menyapa mereka. Asisten pribadi Shin berkata kalau hari ini Chae-gyeong datang lebih awal dari biasanya.

“Aku tak telat kan?” kata Chae-gyeong. “Ya Yang Mulia. Anda 10 menit lebih awal dari biasanya” jawab asisten Shin. Chae-gyeong tersenyum sennag mendengarnya. “Kau tak tidur kan?” tambah Shin. “Bagaimana kau tahu?” tanya Chae-gyeong yang kaget karna Shin tahu semalaman Chae-gyeong tak tidur.

“Apa itu hal yang luar biasa? Kau dating dengan mata mirip mata kelinci” kata Shin dengan enteng sambil terus mencicipi makanan yang akan di hidangkan untuk Raja. “Benarkah? Apa mataku merah sekali? Apa benar mataku seperti itu?” Tanya Chae-gyeong pada para pengawal dan asisten Shin. Mereka semua mengiyakannya. “Lalu apa yang sedang kau lakukan?” Tanya Chae-gyeong pada Shin. Asisten Shin menjelaskan kalau Shin sedang mencicipi hidangan untuk Raja.

“Kenapa harus dicicipi? Apa takut kalau ada yang meracuni” kata-kata itu tiba-tiba saja meluncur dari bibir Chae-gyeong. Membuat asisten Shin kaget dan Shin yang kesal mendengarnya melempar sendok yang dipakainya untuk mencicipi.

Sudah sejak sepuluh tahun yang lalu Shin mencicipi hidangan yang akan disajikan untuk Raja dan itu berarti sejak Shin berusia 9 tahun dia sudah melakukan hal itu. Itu menyebabkan dia lebih peka merasakan makanan mana yang cocok untuk kesehatan Raja.

Chae-gyeong yang bosan kembali ke kediamannya. Tiba-tiba dia tersenyum. Ternyata dia melihat Yeol. Yeol sedang membaca sebuah buku dan tertarik karnanya. Tanpa sepengetahuan mereka berdua, Shin menatap mereka dengan muka masam.

Chae-gyeong dan Yeol bermain di istana belakang. Chae-gyeong sangat menikmatinya. Dia bahkan merasa sangat senang sekali bisa bermain-main disitu. Tapi Yeol tak hanya mengajaknya bermain tapi juga mengajarinya berbagai puisi. Chae-gyeong sangat senang karna dia bisa menghafalnya dengan mudah. Chae-gyeong pulang dengan senyum di wajahnya.

Chae-gyeong pulang dengan berseri-seri dan terhenyak saat melihat Shin yang sedang berlatih anggar. Dia mengintip Shin. Shin berbalik danmelihat Chae-gyeong dibalik pintu.

Chae-gyeong tersenyum dan masuk ke dalam. Shin berbalik badan. “Ini benar-benar memalukan. Kemana ilmu yang kau pelajari tentang mengendalikan diri?” kata Shin. “Apa maksudmu?” Tanya Chae-gyeong agak tersinggung. “Apa kau ingat apa yang pernah kukatakan? Ku bilang padamu untuk meningkatkan pengetahuanmu selama kau tinggal di istana” kata Shin. “Kenapa kau membicarakan hal itu dalam situasi seperti ini?” tanya Chae-gyeong tak suka dengan kata-kata Shin.

“Yang ku katakan sebelumnya itu dialog singkat dari Hamlet” kata Shin santai. “O…itu” Chae-gyeong gugup dan salah tingkah. “Kau tak butuh informasi itu saat kau menggambar?” Tanya Shin. “Apa maksudmu?” Tanya Chae-gyeong dengan nada tak suka. “Kau mungkin agak berbakat dalam melukis. Tapi dasar yang kau bawa itu sangat lemah. Benar begitu kan? Lupakan bahwa kau tak pernah membaca novel Shakespeare, tapi kau sepertinya akan mudah jatuh ke tangan orang lain seperti seekor kucing” sindir Shin.

“Hei! Apa maksudmu? Aku benar-benar tak bisa mempercayainya” kata Chae-gyeong setengah berteriak. Shin cuek mendengarnya. Dia meneruskan latihan anggarnya. “Baiklah, jika kau punya banyak pengetahuan yang hebat, kepribadian yang baik, lalu kenapa kau membuatku malu dan tak peduli padaku di hadapan teman-temanku di pesta ultah?” Chae-gyeong balik menyindir.

Shin tak mempedulikan kata-kata Chae-gyeong. “Sekarang ini, kupikir, itu semua bagian dari rencanamu. Kau mengundang Min Hyo-rin dan membuatku terlihat bodoh di depan teman-temanmu” sejenak Shin memandangi Chae-gyeong dengan rasa bersalahnya. “Jika kau benar-benar mencintai Min Hyo-rin, kau harus melakukan sesuatu untuk menikahinya. Kenapa kau harus membuat kesalahan seperti ini dan memperlakukanku seperti ini sekarang? Dasar kau laki-laki jahat dan egois” hardik Chae-gyeong.

“Apa kau bilang? Apa yang baru saja kau katakana?” tanya Shin. “Kau laki-laki yang jahat dan egois. Kenapa?” kata Chae-gyeong mengulang perkataannya barusan. Shin yang kesal mendekatkan dirinya pada Chae-gyeong. Chae-gyeong merasa sedikit grogi. Shin pun merasakan hal yang sama. Jadi dia mundur kemudian melanjutkan latihan anggarnya.

“Dengarkan aku baik-baik. Kita sangat tidak beruntung karna tak bisa saling melengkapi apa yang kita butuhkan. TAPI…..Tapi….kita harus merasakan teh bunga lili sekarang. Para tetua sedang menunggu kita. Cepatlah bersiap-siap” kata Shin tanpa bisa mengutarakanmaksud hatinya yang sebenarnya. 

Mereka menikmati teh lili di paviliun istana bersama Ibu Suri, Raja dan Ratu. “Putri, ini pertama kalinya kau menikmati the lili putih ini kan?” tanya Ibu Suri.  Chae-gyeong mengiyakan. Dia senang bisa menikmatinya. Ibu suri mengajak mereka semua untuk menikmati teh-nya. Chae-gyeong memperhatikan cara Shin meminum teh-nya dan mengikuti cara Shin minum teh.

Tiba-tiba Ibu suri mengucapkan sebuah puisi.  Raja menyambung puisi Ibu Suri, kemudian Shin pun menambahkannya pula. Tiba giliran Chae-gyeong untuk melanjutkannya. Mereka semua memandangi Chae-gyeong dengan tak sabar. Kemudian Chae-gyeong menyambung puisi itu dengan mudah. Shin bahkan sampai takjub mendengarnya. Disangkanya Chae-gyeong takkan bisa melakukan hal itu. Semua menyambut gembira kemajuan Chae-gyeong.

Ratu memperingatkan Chae-gyeong yang terlalu tinggi mengangkat roknya dan berlari-lari di lapangan. Ratu merasa frustasi dengan sopan santun Chae-gyeong yang masih saja aneh. Raja yang ada di sebelah Ratu hanya tersenyum memandangi tingkah laku Chae-gyeong yang lucu itu. Sementara itu, Shin masih ada di paviliun istana bersama Ibu Suri. Ibu Suri senang dengan kemajuan Chae-gyeong.
 
Di sekolah, Yeol sedang membereskan hiasan di dalam ruangan melukis. Chae-gyeong menghampirinya dan berdiri di sebelah Yeol. Yeol tersenyum melihat kedatangan Chae-gyeong. Chae-gyeong mengucapkan terima kasih tentang kemaren. Karna Yeol tlah mengajarkannya puisi yang membuat kagum Ibu Suri. Chae-gyeong mengucapkan puisi dalam kalimat hanja itu. Teman-temannya sama sekali tak mengerti apa maksudnya. Salah satunya malah bilang, jelas saja berbeda karna mereka hidup di dunia yang berbeda.

Kang-hyeon menenangkan sahabat-sahabatnya dan mengajak mereka pergi ke kantin meninggalkan Chae-gyeong dan Yeol. Tapi tak seberapa lama kemudian, Chae-gyeong dan Yeol pun menyusul mereka ke kantin.

Chae-gyeong duduk berlima bersama teman-temannya dan Yeol. Mereka mengajari Yeol kata-kata yang biasa mereka pakai. Misalnya ‘kimddeok’. Itu adalah singkatan dari KIMbab dan TTEOKbokki. Kemudian mereka melewatkan hari dengan bercanda seperti anak kecil. Yeol senang karnanya.

Di istana, Ibu Suri merasa senang karna Yeol datang mengunjunginya. Tiba-tiba Ibu Suri terjatuh. Untung saja Yeol memeganginya. Yeol mencemaskan keadaan neneknya. Tapi Ibu Suri berkata dia taka pa-apa. Kemudian mereka berjalan kembali dan bertemu dengan Ratu di koridor. Ratu menyapa Ibu Suri dan memberikan salam hormatnya. Yeol melakukan hal yang sama untuk menghormati Ratu.

Ratu membicarakan tentang daftar orang-orang yang akan mendapat penghargaan di Festival Tarian Shin-gyeo yang akan segera berlangsung. Mereka membutuhkan juara yang akan di umumkan. Ibu Suri malah menyuruh Ratu untuk melibatkan Yeol karna Yeol juga seorang siswa jurusan seni. Ratu agak kecewa mendengar usul Ibu Suri.

Yeol memilih juara karya seni yang jadi juara. Ibu Suri menyetujui usul Yeol dan Ratu mengiyakan ucapan Ibu Suri untuk membuat orang itu keluar sebagai pemenangnnya. Yeol tersenyum senang karna pendapatnya disukai Ibu Suri.

Shin sedang bermain bersama Chae-gyeong. Mereka bermain ‘Kyeok-pha’ yang cara bermainnya hamper sama dengan permainan golf di era modern sekarang ini. Shin bermain. Semua dayang dan pengawal bertepuk tangan untuknya. Shin meminta Chae-gyeong untuk bermain. Tentu saja hal itu membuat Chae-gyeong gugup karna ini adalah saat pertama kalinya dia bermain permainan itu.

Shin mengajari Chae-gyeong dan mengaturnya untuk membenarkan posisi badannya yang membuat Chae-gyeong merasa kesal. Ratu menyaksikan mereka dari atas bersama Raja dan Ratu. Ibu Suri sangat suka melihat kebersamaan Shin dan Chae-gyeong. Apalagi dengan semangat jiwa muda mereka berdua. Raja setuju dengan pendapat Ibu Suri. “Memori masa muda akan selalu menyenangkan meskipun itu memori yang menyedihkan” ungkap Raja. “Untuk beberapa orang, memori masa muda mereka akan selalu terkenang di hati mereka” tambah Ibu Suri.

Shin mengarahkan ke arah mana Chae-gyeong harus memukul. Chae-gyeong yang merasa kesal karna sedari tadi harus menuruti kata-kata Shin, asal memukul saja. Chae-gyeong mengambil ancang-ancang dan memukulnya. Shin menertawakan tingkaj Chae-gyeong. Dan ternyata Chae-gyeong membuat keajaiban karna bisa melakukan ‘hole in one’. Semua orang menyambutnya dengan gembira. Yeol yang datang mendekatpun bertepuk tangan untuk Chae-gyeong.

Chae-gyeong melambaikan tangannya menyambut kedatangan Yeol. “Apa yang membawamu kemari?” tanya Shin. “Apa maksudmu? Kau bilang kau akan mengajariku bagaimana caranya memukul bola dari atas kuda” jawab Yeol. “Oh ya. Aku hamper saja lupa. Ayo kita pergi sekarang” ajak Shin kemudian.

Yeol agak kaget mendengar ajakan Shin yang tiba-tiba itu. Dia bilang dia bisa menunggu nanti kalau Shin sudah selesai melatih Chae-gyeong. Tapi Shin bilang dia sudah mulai bosan berada disitu dan meminta sekretaris Kim untuk menggantikan tugasnya mengajari Chae-gyeong. Tentu saja Chae-gyeong tak suka dengan tindakan Shin itu. Tapi toh dia tak bisa berbuat apa-apa karna Para Tetua sedang memperhatikan latihannya.

Yeol pun pergi bersama Shin. Sebelum pergi Yeol tersenyum pada Chae-gyeong. Chae-gyeong memandang kepergian mereka dengan rasa kecewa. Shin pun mengajari Yeol untuk memukul bola dari atas kuda.

Sementara itu di tempat lain, Hyo-rin yang sedang berkuda merasa sedih karna teringat Shin. Sekarang Shin sudah jarang datang untuk latihan berkuda.

“Aku merasa lega karna bisa sekelas dengan Chae-gyeong. Karnanya aku jadi mengenal lingkungan sekolah dan mengenal teman-teman baru” kata Yeol pada Shin saat mereka istirahat dari latihan. “Tapi kupikir kau harus hati-hati dengan apa yang akan kau katakan. Tak apa jika itu hanya diantara kita berdua. Tapi jangan di hadapan Para Tetua jangan memanggil ‘Chae-gyeong’. Terutama di depan Omma Mama (Omma= singkatan dari omoni (ibu). Mama= yang mulia. Ibu Ratu, Yang Mulia Ibu). “ nasehat Shin.

Yeol tersenyum mendengarnya. “Aku merasa agak tertekan. Kau benar, kalau tidak, mungkin Ibuku yang akan menasehatiku. Aku mengerti. Aku takkan melupakannya” jawab Yeol.  Shin tersenyum senang mendengar kata-kata Yeol. Kemudian mereka-pun memutuskan untuk belajar memukul bola dari atas kuda lagi.

Shin dan Chae-gyeong datang ke sebuah acara pembukaan Museum Seni. Chae-jun yang melihat kakaknya muncul di TV segera memanggil ayahnya. Ibunya pun ikut menontonnya. Mereka tertawa senang melihat Chae-gyeong dan Shin muncul di TV.

“Tuan Putri sangat cantik! Dia pasti sangat suka tinggal di istana” ucap Ayah Chae-gyeong. Ibunya tertawa mendengarnya. “Lihatlah tangannya. Dia pasti banyak berlatih akhir-akhir ini” kata Ibu Chae-gyeong. Mereka semua sangat senang melihat Chae-gyeong di TV.

Shin dan Chae-gyeong diberi kehormatan untuk memotong pita tanda museum seni itu tlah dibuka. Setelah itu, tiba-tiba dompet Chae-gyeong terjatuh. Bukannya membantu, Shin malah meloto kea rah Chae-gyeong. Chae-gyeong pun mengambil dompetnya. Acara diteruskan dengan melihat isi museum seni itu.

Sekretaris Kim mengatakan kalau beberapa orang wartawan ingin mengambil foto Shin yang hadir dalam rangka membuka museum seni itu. Shin pun mengikuti sekretaris Kim.

Kamera blitz langsung menyambut mereka. Chae-gyeong pun langsung pasang aksi. Shin gerah melihat tingkah laku Chae-gyeong dan berbisik di telinga istrinya itu untuk menurunkan tangannya karna perbuatannya sangat memalukan. Tapi Chae-gyeong yang tak mau mendengarkan kata-kata Shin membuat Shin kesal.

Lalu tiba-tiba terjadilah insiden itu. Ada seseorang yang melempar Shin dengan telur. Tentu saja semuanya kaget melihat kejadian itu. Chae-gyeong berusaha melindungi suaminya dari lemparan telur. Para wartawan tambah antusian meliput berita yang mneghebohkan itu. Para pengawal segera berdatangan untuk mengamankan Shin dan Chae-gyeong.

Di istana Raja menjadi sangat marah atas terjadinya insiden pelemparan telur itu. “Bagaimana bisa pengawal pangeran jadi begitu tak berguna?” hardik Raja sambil melempar laporan yang diberikan oleh asisten pribadi Shin. “Apa saja yang sebenarnya dimakan oleh para bodyguard itu? Kenapa mereka membiarkan Pangeran dilempari telur dihadapan jutaan pasang mata” teriak Raja yang marah.

“Maafkan kami yang mulia. Mungkin ini karna kita mengurangi jumlah bodyguard pangeran jadi 3 orang saja. Karna itulah pengawalannya jadi sangat lemah. Untuk menangkap pengacau itu, perdana Menteri sudah turun tangan sendiri. Pengamanan di istana pangeran juga sudah dilipat gandakan untuk melindungi Putra Mahkota ” jawab asisten pribadi Shin.

Sementara itu, dayang kepala milik Ratu juga melaporkan kejadiannya pada Ratu. “Pangeran sekarang sedang beristirahat dan menolak untuk menghubungi dunia luar, Yang Mulia” lapor Dayang Kepala. “Baiklah, kau boleh pergi sekarang” ucap Ratu. Ibu Suri terlihat sangat shock mendengar kabar itu.

“Apa benar Putri berusaha mencegah lemparan telur itu dengan tangannya?” tanya Ibu Suri pada Ratu. “Ya, itu benar, Yang Mulia” jawab Ratu. “Oh… Bagaimana hal ini bisa terjadi?” keluh Ibu Suri. “Kita harus segera mencari siapa yang melakukan hal ini secepatnya. Perdana Menteri sudah mulai menyelidikinya sendiri. Jadi kuharap hasilnya kan cepat muncul” kata Ratu.

“Pertemuan pemilihan Calon Raja akan segera berlangsung. Kau harus mencoba menenangkan Pangeran” nasehat Ibu Suri. “Ya, Yang Mulia” Ratu menyetujui usul Ibu Suri.

Sementara itu di suatu tempat, Ibu Yeol bertemu dengan teman dekat mendiang Ayah Yeol. “Media akan merasa kasihan pada Putra Mahkota. Apa yang harus aku lakukan? Sepertinya apa yang kita harapkan melenceng dari apa sebenarnya ku harapkan” kata teman Ayah Yeol.

“ Tidak. Kita harus bertahan seperti ini. Meskipun sekarang semua orang memihak padanya karna kasihan, tapi suatu saat nanti media perlahan-lahan akan mengubah pendapat mereka tentang Pangeran. Mereka akan mulai penasaran kenapa ada orang yang melempari dia dengan telur. Aku akan membuat mereka semua bersikap seperti itu. Bagaimanapun juga, sekarang pasti sudah banyak orang yang penasaran. Apa benar Pangeran pantas menjadi Raja yang berikutnya?” kata Ibu Yeol dengan dingin.

“Jangan bicarakan hal ini dulu. Ku dengar Perdana Menteri sendiri yang turun tangan menghadapi kasus ini untuk menangkap pengacaunya. Apakah akan ada masalah dengan hal itu?” tanya Ibu Yeol lagi. “Siapa aku? Kau tak perlu khawatir tentang hal itu” jawab teman Ayah Yeol. Ibu Yeol tersenyum sennag mendengarnya.

Sementara itu, Chae-gyeong sedang ngobrol bersama Yeol di beranda kediamannya. “Siapapun itu, jika kutemukan mereka, mereka akan mati! Bagaimana bisa mereka…Dia pasti sangat terkejut. Tidak, aku tak bisa melakukanya. Aku harus melihatnya dengan mataku sendiri bagaimana perasaannya” curhat Chae-gyeong.

“Sebaiknya kau tak pergi. Kau tak tahu apapun tentang harga diri Shin. Sejak dia masih kecil, dia tak suka mendengar hal negative dari orang-orang. Dan orang itu, dalam tayangan siaran langsung di TV, tlah dipukul dengan telur yang membuatnya begitu kotor dan menyedihkan. Apa kau tahu bagaimana terkejutnya dia mengatasi hal itu? Aku hanya mencoba menyarankan padamu, bagaimana Shin jika hal buruk terjadi padanya.  Aku juga sudah ditolaknya saat pergi ke kamarnya” ungkap Yeol.

Chae-gyeong memandangi Yeol. “Benarkah itu?” tanya Chae-gyeong. Yeol mengangguk membenarkan ceritanya. “Kupikir lebih baik membiarkannya sendiri sementara waktu ini” nasehat Yeol lagi. “Tapi aku tak bisa melupakan ekspresi wajahnya saat dilempari telur” sambung Chae-gyeong. Dia tak terlihat marah. Dia seperti kehilangan sesuatu miliknya yang sangat berharga” kata Chae-gyeong lagi.

“Saat aku berkata seperti ini, sebuah perasaan mulai timbul dalam hatiku. Ini perasaan yang aneh yang belum pernah kurasakan. Sepertinya ini….” Batin Chae-gyeong.

Tiba-tiba Yeol menggenggam tangan Chae-gyeong. Chae-gyeong kaget karnanya dan merasa tak nyaman dengan hal itu. “Kau merasa kesepian kan?” tanya Yeol. Chae-gyeong mencoba melepaskan genggaman tangan Yeol. “Meskipun kau terlihat peduli dan ada kegembiraan di wajahmu, tapi aku tahu sebenarnya tak seperti itu. Bergembiralah” hibur Yeol. “Terimakasih” jawab Chae-gyeong singkat.

Shin keluar dari kamarnya. Dan dia menyaksikan Yeol dan Chae-gyeong yang tengah ngobrol berdua. Ada raut wajah tak suka terpancar dari wajah Shin. Tak berapa lama kemudian, Chae-gyeong bangkit dari duduknya. Dia pikir, lebih baik dia melihat Shin sekarang. Tak masalah jika Shin akan mengusirnya keluar. Karna dia hanya ingin melihat dengan matanya sendiri kalau Shin baik-baik saja.

“Apa kau yakin hal ini takkan membuatnya marah. Jika…Jika Hyo-rin yang menemuinya, mungkin dia takkan marah” kata-kata Yeol membuat Chae-gyeong terkejut. Dia merasa kecewa. “Tak peduli apa yang Shin-gun pikirkan. Bagaimanapun juga, sekarang aku adalah istrinya. Aku harus ada untuknya, terutama pada saat-saat seperti sekarang ini. Aku merasa aku harus selalu ada di sampingnya” ungkap Chae-gyeong kemudian berlalu pergi meninggalkan Yeol yang kecewa nasehatnya tak di dengar Chae-gyeong.

“Kenapa aku tiba-tiba merasa aku ingin menangis?” batin Chae-gyeong. Dia melihat ke dalam kamar Shin. “Kau mau pergi kemana?” tegur Shin. Chae-gyeong yang terkejut berbalik sambil menghapus airmatanya. Shin datang menghampiri Chae-gyeong.

“Apa yang terjadi? Apa kau menangis?” tanya Shin. Chae-gyeong mencoba menenangkan dirinya sendiri. “Apa wajahmu tak apa-apa?” tanya Chae-gyeong. Shin tersenyum mendengarnya. “Tentu saja aku tak apa-apa. Aku hanya dilempar sebuah telur, hal itu takkan membunuhku, kan?” jawab Shin.

“Kurasa kau memang baik-baik saja. Kupikir kau…” kata-kata Chae-gyeong dipotong oleh Shin. “Sebenarnya ini adalah yang pertama kalinya aku menghadapi hal semacam ini. Dan aku sedikit terkejut. Aku juga takut orang-orang disekitarku akan menghakimiku tapi tak seorangpun datang mendekatiku. Tapi sekarang malah kau yang datang. Apa kau bisa melakukannya dengan baik? Tak bisa membaca situasinya dan selalu merubah atmosfer yang ada. Sebenarnya aku berharap kau datang dan menghiburku. Kupikir mungkin semuanya kan lebih baik kalau kau melakukan hal itu” ungkap Shin. Chae-gyeong terisak mendengarnya.

Shin mendekati Chae-gyeong. Dia menarik-narik rambut Chae-gyeong dan mempermainkannya. “Kau ini sungguh memalukan. Kau tertawa dan bermain-main dengan saudara iparmu di depan para penjaga. Mungkin lebih baik aku pergi ke peternakan untuk berkuda” kata Shin sambil berlalu dari hadapan Chae-gyeong.

Tiba-tiba Chae-gyeong berlari dan memeluk Shin dari belakang. “Maafkan aku. Maaf” ungkap Chae-gyeong. Shin menggenggam sejenak tangan Chae-gyeong. Tapi kemudian segera melepaskan diri dari pelukan Chae-gyeong.

“Jadi kau sekarang merasa menyesal karna tlah bersenang-senang dengan saudara iparmu?” tanya Shin. Chae-gyeong terkejut mendengar ucapan Shin. Shin melangkah pergi meninggalkan Chae-gyeong yang sedang mengomel. “Pantas saja kau dilempar telur. Kau mirip Shin Ramen (Mie Shin) tradisional dengan tambahan telur!” hardik Chae-gyeong. Hahahahaha…Shin hanya tertawa mendengar omelan Chae-gyeong itu.

Paginya, Shin pergi ke peternakan untuk berkuda dengan di temani Chae-gyeong. Tapi sayangnya, Chae-gyeong tak diperbolehkan turun karna Shin ingin berkuda seorang diri. Shin turun dari mobil dan bertemu teman-temannya, dia  malah memeluk dengan akrab seorang wanita asing, teman wanitanya di klub berkuda yang membuat mata Chae-gyeonng yang lebar jadi semakin lebar. Chae-gyeong yang kecewa meminta pengawal yang mengantar mereka untuk mengantarnya ke sekolah menemui teman-temannya.

Shin mulai beraksi di atas kudanya dan Hyo-rin menatapnya dengan perasaan senang. Kang-in, Jang-gyeong dan Hyo-rin sedang ngobrol di lobby peternakan berkuda. Sementara itu Ryu-hwan malah asyik tertidur di bangku dekat mereka. “Dia selalu saja bisa tidur dimana saja. Ngomong-ngomong, jika semuanya berlangsung seperti ini, sama saja kan dengan seekor bebek berubah menjadi seekor angsa?” kata Kang-in. “Kau pikir semua orang bisa berubah jadi angsa? Dia hanya orang asing. Jika kau lihat dia dari kaki hingga kepala, dia memang benar-benar hanya orang asing” sangkal Jang-gyeong. Mereka berhenti bicara saat melihat Shin masuk ke situ sambil mengamati sebuah tapal kuda.

“Ada caranya seekor bebek bisa berubah jadi seekor angsa. Dengan ber-reinkarnasi” tambah Kang-in. Shin duduk di dekat Ryu-hwan yang tertidur. “Hei, anak-anak orang kaya. Apa kau ingin aku memberitahu kalian caranya berubah dari Shing-gu (kedua orangtuanya hanya orang biasa) menjadi Sheng-gu (kedua orangtuanya orang kaya)?” kata Shin. Kang-in dan Hyo-rin saling menatap. Mereka merasa Shin sedang marah.  “Ber-reinkarnasilah!” tambah Shin dengan sinis. Kang-in tertunduk malu. Jang-gyeong dan Hyo-rin hanya bisa diam.

“Pulanglah ke rumah, ambil kalender dan pilihlah harinya. Ini sudah tahun 2006” lanjut Shin lagi sambil memukulkan topi berkudanya pada Ryu-hwan yang tengah tertidur. Tentu saja Ryu-hwan kaget dan terbangun. Shin meninggalkan teman-temannya. Mereka terdiam memandang kepergian Shin.

Hyo-rin mengendarai kudanya dan kemudian berhenti di senelah kuda yang tadi di tunggangi oleh Shin. Hyo-rin menghampiri Shin yang tengah memandangi lapangan hijau di depannya. Shin hanya diam memandangi kedatangan Hyo-rin.

“Kami bicara hal yang buruk tentang istrimu. Kau tak suka kan? Aku tahu kau bukan orang yang ingin bergantung pada orangtuamu, tidak dengan status dan kekayaanmu. Seperti yang kau bilang tentang abad 21, sekarang ini tak ada lagi darah bangsawan. Tapi aku tak bisa menerima itu. Tidak. Aku tak menyukai fakta itu. Seseorang yang datang dengan tampilan berbeda di depan kamera. Seseorang yang tak punya selera dan kekanak-kanakan. Bukankah kau bilang harusnya aku yang ada disisimu? Seseorang yang tak layak mendampingimu ada di dekatmu membuatku marah. Aku tak bisa menerima hal itu” ungkap Hyo-rin. Shin hanya memandangi Hyorin dengan perasaan bingung tanpa berkata apapun.

Hyo-rin berdiri di depan klub berkuda. Dia sudah berganti baju dengan baju biasa. Jang-gyeong datang dengan mobilnya. Hyo-rin pun masuk ke dalam mobil. “Apakah kita akan menambah latihan sebentar lagi?” tanya Jang-gyeong. Hyo-rin hanya diam. “Kau masih tetap ingin pulang?” tambah Jang-gyeong. Hyo-rin masih tetap diam sambil memakai sabuk pengamannya. Jadi Jang-gyeong pun memakai sabuk pengaman kemudian pergi dari tempat itu tanpa berkata apa-apa lagi.

Sementara itu, Chae-gyeong tiba di sekolahnya. Ketiga temannya terpesona melihat mobil mewah yang terparkir di halaman sekolah mereka. Lalu kemudian mereka melihat Chae-gyeong. Mereka sepakat untuk mengerjai Chae-gyeong. Mereka menyerbu Chae-gyeong, tapi belum sempat mereka mengerjainya, mereka tlah ditangkap oleh para bodyguard Chae-gyeong. Tentu saja Chae-gyeong kaget karnanya dan meminta para bodyguardnya untuk melepaskan teman-temannya.

Sementara itu, Hyo-rin dan guru baletnya datang ke sebuah acara pembukaan tempat latihan yoga baru yang ternyata di kelola oleh Ibu Yeol. Mereka menghampiri Ibu Yeol dan kemudian ngobrol dengannya. Guru Hyo-rin secara resmi memperkenalkan pada Ibu Yeol tentang siapa Hyo-rin. Tentang hobby mereka yang sama-sama menyukai balet dan juga tentang hadiah dari turnamen balet. Guru Hyo-rin juga bercerita kalau Hyo-rin baru saja memenangkan turnamen balet di Bangkok.

Ibu Yeol memuji Hyo-rin dan mengucapkan selamat padanya walapun terlambat. Hyo-rin merasa senang, kemudian Hyo-rin menyerahkan karangan bunga yang dibawa oleh gurunya pada Ibu Yeol. Kemudian Ibu Yeol melihat Hyo-rin dan memuji kecantikan Hyo-rin. Teman dekat ayah Yeol mengamati Hyo-rin.

Teman dekat ayah Yeol menyerahkan beberapa lembar foto Hyo-rin di pesta ultah Shin di Jeju pada Ibu Yeol.  “Itu memang dia. Tak salah lagi. Apa kau pernah bertemu dia sebelumnya?” kata teman dekat ayah Yeol. “Ya. Dia teman Yeol. Kami pernah bertemu sekali sebelumnya. Aku tak pernah mengira kalau dia benar-benar sama denganku. Bagaimana bisa hal ini terjadi” kata Ibu Yeol.

Ibu Yeol mengundang Hyo-rin datang ke tempat latihan yoganya dan membuatnya akrab dengan Hyo-rin. Ada banyak tips yang diberikan oleh Ibu Yeol pada Hyo-rin untuk mengasah lebih dalam potensi tubuhnya untuk menari balet. Ibu Yeol meminta Hyo-rin untuk datang setiap hari agar mereka lebih akrab. Hyo-rin senang mendengarnya.

“Kapanpun aku melihatmu, kau mengingatkanku akan masa laluku. Untuk menjadi seorang Putri Mahkota, aku menyerah pada mimpiku. Aku dulu juga seorang penari balet yang punya banyak kesempatan. Ini seperti aku melihat diriku sendiri yang masih berusia 19 tahun. Ini sepertinya sama. Akan sangat hebat kalau seseorang sepertimu menjadi seorang Putri Mahkota. Kau sangat elegan. Pemilihan Putri Mahkota kemaren benar-benar tak dipikirkan secara serius. Ini hanya pendapatku, jangan salah paham” ungkap Ibu Yeol. Dia memang sengaja memanas-manasi Hyo-rin. Hyo-rin hanya terdiam sambil berpikir tentang kata-kata Ibu Yeol.

Sementara itu, Chae-gyeong dan tiga sahabatnya sedang menikmati es krim di bangku taman sekolah mereka. “Ini hari minggu. Kenapa kau datang ke sekolah?” tanya Kang-hyeon. “Aku hanya kangen pada kalian” jawab Chae-gyeong. “Ini sangat cantik sekali, bolehkah aku memakainya sebentar saja?” tanya Sun-yeong sambil memegangi topi Chae-gyeong. Tentu saja Chae-gyeong langsung memberikan topinya. Dan Sun-yeong kegirangan karnanya.

Sementara Hee-sung ikut-ikutan meminta sarung tangan yang dikenakan oleh Chae-gyeong. Sun-yeong berkata kalau sekarang ini, Chae-gyeong adalah orang yang paling dicari di internet. Chae-gyeong tak mengerti apa maksud Sun-yeong. Sun-yeong menambahkan kalau Chae-gyeong punya fans klub yang anggotanya langsung 100ribu hanya dalam beberapa hari.

“Kau tahu apa nama  fans klub mu itu? ‘Cinderella Chae-gyeong’, “ kata Sun-yeong. “Sepertinya keren. Lalu apakah aku harus bertemu dengan fans-ku?” kata Chae-gyeong senang. “Hei, jangan senang dulu dengan hal itu. Kau juga punya anti fans yang anggotanya lebih dari 50ribu orang” kata Kang-hyeon kemudian. “Anti? Apa salahku?  Tanya Chae-gyeong lesu.

“Ada dua alasan mereka membencimu. Pertama itu karna rumor dan yang kedua itu karna keberadaanmu” kata Sun-yeong. “Lalu apa salahku?” tanya Chae-gyeong dengan lesu. “Karna kau menikah dengan Putra Mahkota” jawab Sun-yeong dengan enteng. Chae-gyeong jadi lemas mendengarnya. “Makanya kau harus hati-hati. Jika tertangkap anti-fans mu, kau akan berakhir” nasehat Kang-hyeon.

“Apa aku salah? Aku tak ingin hidup di bawah ancaman oranglain. Aku akan hidup dengan caraku sendiri. Untuk mereka yang tak menyukaiku, aku tak peduli, aku tak takut” kata Chae-gyeong. Tiba-tiba salah seorang bodyguard-nya berkata kalau sekarang saatnya untuk kembali ke istana.

Chae-gyeong-pun berpamitan pada sahabat-sahabatnya. Dia meminta mereka untuk menyimpan topi dan sarung tangan miliknya, kemudian memberikan pita leher yang dipakainya pada Kang-hyeon, tapi Kang-hyeon tak mau memakainya. Kemudian Chae-gyeong segera pergi meninggalkan teman-temannya untuk kembali ke istana.

Chae-gyeong termenung dengan sedih di dalam mobil. Dia mengingat rentetan peristiwa yang dialaminya bersama Shin. Saat di sekolah, saat pernikahannya, saat di istana, bertengkar dengan Shin, memeluk Shin, dll.

Chae-gyeong yang masuk ke dalam kediamannya disambut dua dayang setianya yang tlah mempersiapkan baju pesta untuknya. Kemudian mereka membantu Chae-gyeong untuk berganti baju. Malam ini akan diadakan pesta untuk menyambut pasangan baru si istana, Shin dan Chae-gyeong.

Shin masuk ke dalam kediaman Chae-gyeong dan terdiam memandangi Chae-gyeong yang terlihat sangat anggun malam itu. Chae-gyeong sedang asyik bercermin. Lalu kemudian dia menyadari kehadiran Shin dan menoleh ke arah-nya. Sementara Shin terus saja memandangi Chae-gyeong tanpa berkedip.

Sementara itu, Ratu ada di dapur istana bersama Sanggung-nya untuk mengecek persiapan jamuan yang akan disajikan. Kemudian Sang-gung Ratu berkata tentang Ibu Yeol. “Ada apa dengannya?” tanya Ratu. “Dia membuka yoga center dan pembukaannya berlangsung hari ini” kata Sang-gung Ratu. “Kau baru saja menerima berita itu?” tanya Ratu karna merasa beritanya sudah terasa basi. Sang-gung Ratu hanya bisa meminta maaf. “Dia seharusnya datang dan memberi salam pada para tetua di istana. Apa yang sebenarnya dia sembunyikan?” selidik Ratu.

Sementara itu, Ibu Yeol sedang sibuk berdandan untuk mempersiapkan kemunculannya, atau lebih tepatnya kebangkitannya untuk yang pertama kalinya di hadapan orang-orang istana dengan sebaik-baiknya.

Pihak istana mengundang banyak duta besar dari Negara lain. Sebenarnya, bintang pestanya adalah Shin dan Chae-gyeong yang diperkenalkan sebagai anggota baru dalam keluarga istana. Tapi seperti biasanya, Chae-gyeong yang ceroboh selalu saja membuat kesalahan. Sebenarnya maksudnya baik, menawarkan makanan pada salah seorang tamu, tapi yang terjadi, makanan itu malah tumpah mengenai baju tamunya karna Chae-gyeong sangat gugup. Ckckckckck……

Ibu Suri, Raja dan Ratu sedang sibuk mengobrol dengan sepasang tamu saat tiba-tiba kedatangan Yeol dan Ibunya membuat para wartawan yang datang meliput menjadi heboh dan berebut untuk mengambil gambar mereka berdua. Shin dan Chae-gyeong pun mengalihkan perhatian mereka pada Yeol dan Ibunya.

Ibu Yeol memberi hormat pada Ibu Suri yang sangat terkejut melihat kedatangannya. Raja menelan ludah, sementara Ratu mencoba untuk tetap tenang. Kemudian mereka berkumpul di sebuah ruangan dan Ibu Yeol menyampaikan salam hormatnya untuk Ibu Suri yang menyambut kedatangannya dengan gembira. Ibu Suri merasa senang karna semua anggota keluarganya berkumpul lagi sekarang. Semuanya merasa senang, hanya Ratu yang merasa cemas karna kedatangan Ibu Yeol.

“Kenapa dia memilih hari ini untuk kembali ke istana. Apa yang sebenarnya direncanakan olehnya?” kata Ratu pada Raja. “Hye-jeong sepertinya hidup dengan baik. Dia tak mungkin menyimpan kesedihan dalam hatinya selamanya” jawab Raja. “Dia sama sekali tak memberi kabar selama 14 tahun ini lalu kemudian dia datang dengan tiba-tiba, dia memilih waktu untuk kembali dimana kami semua cemas akan kesehatan Anda. Dan juga dia memilih hari ini dimana pasangan baru istana muncul secara resmi di hadapan publik. Berlagak seperti ini pesta untuknya. Bukankah seperti itu?” kata Ratu yang merasa tak suka dengan kedatangan Ibu Yeol.

Sepasang tamu sedang asyik berdansa. Saat mereka selesai, tepuk tangan meriah menyambut mereka. Kemudian Shin bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Chae-gyeong. Chae-gyeong yang kaget berusaha menolaknya. Tentu saja Shin mengancamnya dibalik senyumnya agar Chae-gyeong segera bangkit dari tempat duduknya.

Lampu blitz langsung menghujani mereka. Yeol memandang mereka dengan tatapan tak suka. Sementara orang-orang yang ada di sekitar mereka menyambut mereka dengan antusias dan diiringi dengan tepuk tangan yang meriah. Walaupun agak kaku dan kacau, tapi dengan bimbingan Shin, Chae-gyeong pun berdansa dengan baik. Para tamu yang hadir memberikan tepuk tangan yang meriah saat mereka berdansa. Yeol memandang mereka dengan tatapan penuh arti.

Ibu Suri dan Ibu Yeol sedang membicarakan tentang masa lalu. Tentang tragedy menyedihkan yang merenggut nyawa Ayah Yeol. Ibu Suri berkata agar Ibu Yeol melupakan masa lalu dan berpikir tentang masa depan mereka saja. Ibu Yeol menanyakan tentang kesehatan Ibu Suri, tapi Ibu Suri berkata, sejak melihat keadaan Raja yang terus membaik, dia merasa lebih baik.

“Jadi, alasan pernikahan Pangeran Shin itu terjadi dengan alasan kesehatan Raja?” tanya Ibu Yeol. “Kurasa bisa disebut seperti itu” jawab Ibu Suri apa adanya. Kemudian Ibu Yeol menawari Ibu Suri untuk melakukan yoga demi menjaga kesehatannya. Ibu Suri menyambut tawaran itu dengan gembira.

Kembang api di nyalakan untuk memeriahkan pesta malam itu. Para tamu yang hadir merasa sangat terhibur melihatnya. Chae-gyeong merangsek masuk ke dalam kerumunan orang-orang yang sedang menikmati keindahan kembang api itu, tanpa menyadari kalau orang yang didorong disebelahnya itu adalah Raja. Raja tersenyum memandangi Chae-gyeong yang malu saat menyadari kesalahannya.

Saat meminta maaf pada Rja, barulah Chae-gyeong sadar kalau sepatunya hilang sebelah. Kemudian dia berbalik ke belakang dan melihat sepatunya yang terlepas. Tiba-tiba, datang seseorang mengambil sepatu itu, kemudian menunduk dan memakaikan sepatu itu ke kaki Chae-gyeong. Orang itu adalah Shin. Perlakuan Shin yang romantis pada Chae-gyeong membuat para tamu bertepuk tangan untuk mereka berdua. Chae-gyeong tersipu-sipu malu sekaligus senang. Sedangkan Yeol menatap mereka dengan pandangan kecewa.

Bersambung……………………..

3 komentar:

  1. suka ama drama tentang perjodohan.
    krn biasanya lucu.

    BalasHapus
  2. MSA udh bbrp thun yg nulis sinopsis PH cma ini doang???

    Bgus sh..
    Tp lbih bgus lgi klo ada gmbrnya....

    BalasHapus