Selasa, 03 Mei 2011

Princess Hours Episode 11

Yul sedang ngobrol berdua bersama ibunya. Yul bertanya, apa yang harus mereka lakukan mulai sekarang. Ibunya menjawab dengan berkata semua harus sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Pangeran yang lain selain Putra Mahkota harus hidup di luar istana. Itu peraturan yang mereka buat sendiri. Jadi, mau tak mau kita harus mematuhinya. Ini baru awalnya. Setelah 14 tahun ini, rasa marah dan penghinaan yang dia dapatkan, akan dia kembalikan semua pada mereka. Tunggu dan lihat saja nanti.

Seorang gadis menunggu di depan gerbang istana. Dia memandang ke sekelilingnya dan dia tertawa karena senang.

Chae-gyeong sedang berada di kandang kuda. Chae-gyeonng mencoba membawa keluar seekor kuda. Kedua dayangnya berlari dengan panik. Mereka bilang, Chae-gyeong ga boleh melakukan hal itu. Chae-gyeong harus meminta ijin dulu dari instruktur berkuda. Chae-gyeong bilang orang itu sedang berwisata sampai minggu depan. Chae-gyeong merasa tak sabar untuk menunggu hingga bulan depan.

Dayangnya khawatir karena itu berbahaya dan mungkin Chae-gyeong akan terluka. Chae-gyeong meminta agar mereka tak khawatir. Hari ini dia hanya akan berjalan dan ngobrol dengan kudanya. Chae-gyeong malah sibuk berkenalan dengan kudanya! Lalu Chae-gyeong mulai nekat. Dia malah naik ke punggung kuda. Kedua dayangnya jadi makin panik melihat tingkah Chae-gyeong.

Chae-gyeong malah bilang, tokoh film asing yang di tontonnya, tokoh utamanya selalu melakukan seperti itu. Chae-gyeong berusaha mempraktekkan apa yang ditontonnya. Dan sayangnya, kuda itu malah berlari kencang. Chae-gyeong yang tak siap berteriak. Dan kedua dayangnya berlarian mengejarnya.

Kuda Chae-gyeong berlalri sangat kencang. Sementara itu, gadis yang tadi berdiri di depan gerbang istana berjalan dengan tersenyum senang memasuki istana. Dan ternyata kuda Chae-gyeong berlari menuju ke arah gadis itu. Chae-gyeong panik berteriak meminta gadis itu untuk mundur agar jangan sampai tertabrak. Gadis itu jatuh terduduk. Tapi kuda Chae-gyeong terhenti karenanya.

Chae-gyeong akhirnya bisa turun dari kudanya. Dayangnya mmembantunya turun dari kuda. Tapi Chae-gyeong malah menghampiri gadis yang hampir ditabraknya itu. Dia bertanya apa gadis itu cedera atau tidak. Kemudian Chae-gyeong malah bertanya gadis itu Sang-gung dari istana mana. Tapi melihat baju yang dipakainya, sepertinya dia seorang Sang-gung baru. Gadis itu hanya tersenyum mendengar perkataan Chae-gyeong.

“Tuan Putri” teriak Kasim Kong dari belakang Chae-gyeong sambil berlari menghampiri gadis itu. Gadis itu ternyata seorang putri. Putri Hye-myeong, kakak Shin. Putri Hye-myeong memeluk Kasim Kong dengan gembira. Chae-gyeong merasa malu karena tlah salah mengira tadi.

Ternyata Putri Hye-myeong sangat dekat dengan dayang dan Sang-gung Chae-gyeong. Mereka sedang bergembira menyambut kedatangan Putri Hye-myeong. Dan Putri Hye-myeong ternyata membawakan oleh-oleh juga untuk mereka. Chae-gyeong hanya bisa mengintip malu-malu. Shin juga berlari dengan tersenyum  senang ke kediaman Chae-gyeong untuk menemui kakaknya.

“Nuna….!” Teriak Shin sambil berlari dan langsung memeluk kakaknya tanpa menghiraukan Chae-gyeong yang menyapanya. Shin bertanya, ada apa dengan rambut kakaknya. Kenapa dipotong pendek seperti itu. Putri Hye-myeong hanya senyum-senyum sambil memegangi rambutnya.

“Apa rambutku jelek?” tanya Hye-myeong. “Tidak. Kau terlihat cocok dengan rambut seperti itu. Kau sangat keren!” puji Shin. Kemudian Shin memeluk kakaknya lagi.

Shin dan Hye-myeong duduk di dalam kediaman Shin. Mereka duduk berdua di kursi panjang sementara Chae-gyeong duduk sendiri di depan mereka. Shin meminta kakaknya untuk bercerita tentang perjalanannya. Tapi kakaknya malah merasa penasaran dengan kisah antara Shin dan Chae-gyeong.

“Bagaimana kehidupan di istana? Bukankah membosankan daripada yang kau pikirkan, kan?” tanya Hye-myeong pada Chae-gyeong. “Pertama kali memang seperti itu. Tapi sekarang…” Chae-gyeong tak jadi melanjutkan kata-katanya karena Choi Sang-gung memanggil-manggil dari luar. Shin melihat jam-nya dan kemudian berkata, “Waktu cepat sekali berlalu. Nenek pasti sudah menunggu”.

Kemudian mereka pun pergi berdua menghadap Ibu Suri, tanpa mempedulikan Chae-gyeong. Kasihan Chae-gyeong. Chae-gyeong yang kesal kemudian memukul teddy bear Shin yang duduk di depannya.

Hye-myeong bercerita pada Ibu Suri tentang perjalanannya selama menjadi duta UNICEF. Ada begitu banyak anak-anak terlantar di dunia ini. Mereka begitu ketakutan dan hidup tanpa perdamaian. Mereka hidup dalam kelaparan. Dan itu yang membuat Hye-myeong ingin sekali membantu mereka.

Ibu Suri mengeluh, “Di bagian dunia yang satu, orang hidup dan berjuang mengatasi kelaparan dan di sisi dunia yang lain, orang hidup bersenang-senang dengan menghambur-hamburkan uang. Dunia memang tidak adil”.

“Ibu Suri pernah bilang padaku. Kemiskinan itu tak bisa di atasi bahkan oleh seorang Raja dan anda bilang itu bukan untuk di atasi, tapi untuk dirubah. Apa Anda ingat?” tanya Hye-myeong. Ibu Suri berpikir mengingatnya. Kemudian Hye-myeong bertanya apa Shin juga ingat kata-kata itu. Shin bilang tentu saja dia ingat. Kata-kata itu didengarnya saat dia masih kecil.

Hye-myeong bilang, dia selalu mengingat kata-kata Ibu Suri. Itulah kenapa dia mau membantu mereka yang hidup dalam kemiskinan untuk merubah hidup mereka menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

“Kau terus berusaha dengan keras, sementara aku hanya duduk disini seperti orang bodoh dengan memakai rambut palsu ini” keluh Ibu Suri sambil memegangi hiasan sanggulnya. Shin malah mengajak bercanda. Shin bilang, “Kalau begitu, Ibu Suri harus memotong rambut seperti kakak”. Mereka semua tertawa mendengar usul itu.

Hye-myeong mengambil HP-nya dan meminta berfoto dengan Ibu Suri. Ibu Suri senang sekali. Tak berapa lama kemudian, sebuah seruan datang dari luar. Ternyata Ratu sudah ada di depan. Ibu Suri berkata, sebaiknya Hye-myeong tidak bercerita tentang perjalanan Hye-myeong ke Afrika, karena Ibunya bisa cemas mendengarnya. Hye-myeong tertawa mendengar hal itu.

Ratu masuk ke dalam. Ratu memprotes dandanan dan rammbut Hye-myeong. Hye-myeong hanya senyum-senyum saja. Kemudian Hye-myeong langsung memeluk ibunya. Ratu terlihat sangat senang melihat kedatangan Hye-myeong.

“Kau terlihat sangat khawatir sekali karena aku, kan? Ibu?” tanya Hye-myeong. Shin terkejut mendengar kakaknya memanggil Ratu dengan sebutan Ibu. “Ibu? Apa maksudmu? Putri !”  tegur Ratu. Hye-myeong tertawa, kemudian memeluk Ibunya lagi. “Jangan bilang apa-apa. Aku sangat ingin sekali memelukmu seperti ini. Ibu” kata Hye-myeong.

Shin terlihat iri karena kakaknya bisa memanggil Ratu dengan sebutan Ibu. Seperti yang selama ini dia inginkan tapi tak dia dapatkan. Ratu pun tak mengatakan apa-apa lagi. Ratu pun memeluk Hye-myeong penuh dengan kerinduan.

Sementara itu. Hye-jeong sedang berkumpul dan tertawa senang bersama teman baik Ayah Yul. Teman Ayah Yul berkata, Kim Hee-yeon dan Park Hee-yeon sudah banyak membantu mereka. Hye-jeong tahu itu. Itulah kenapa dia mengundang kedua orang itu. Hye-jeong ingin berterimakasih langsung pada mereka.

Mereka berdua berkata. Mereka tidak merasa diperintah. Mereka itu bahkan pernah sekelas dengan Ayah Yul. Itulah kenapa mereka mau membantu Hye-jeong. Jika Hye-jeong ingin memulihkan nama baik Ayah Yul, mereka bersedia membantu kapanpun Hye-jeong butuh dan mengembalikan posisi Ratu dan Putra Mahkota pada Hye-jeong dan Yul seperti yang seharusnya.

Hye-jeong berkata agar mereka tak memanggilnya Ratu, karena dia bukan seorang Ratu lagi. Tapi mereka menyangkalnya. Bagi mereka, Hye-jeong lah yang seharusnya jadi Ratu. Bagi mereka Hye-jeong adalah Ratu mereka. dan sekarang Hye-jeong harus bersiap-siap untuk mendapatkan kembali posisinya sebagai seorang Ratu.

Hye-jeong pulang dengan diantar oleh mereka berdua. Hye-jeong pulang bersama teman baik Ayah Yul. Di dalam mobil Hye-jeong bertanya, benarkah Pangeran sudah pulang dari Thailand. Teman Ayah Yul membenarkan berita itu. Kemudian teman Ayah memberikan beberapa lembar foto pada Hye-jeong.

Foto Shin dan Hyo-rin selama di Thailand. Bahkan ada juga foto saat Hyo-rin mencium Shin di bandara. Hye-jeong tersenyum puas melihatnya.

Malam hari di istana, Raja tidur dengan gelisah. Kemudian Raja terbangun sambil memegangi kepalanya. Ratu ikut terbangun karenanya. Ratu membuatkan teh untuk Raja. “Jika kau tak bisa tidur seperti ini setiap malam karena khawatir, kau bisa jatuh sakit karena harus bekerja keras.

“Setiap aku mengingat kakakku yang sudah meninggal, hatiku begitu hancur dan aku merasa frustasi” ungkap Raja. “Setiap tahun saat peringatan kematian Putra Mahkota Hyo-ryul, kau menjadi lebih sensitive” kata Ratu. “Seandainya saja bukan aku penyebab kecelakaan itu, kakakku meninggal karena aku. Karena aku” sesal Raja. “Tak ada yang bisa kau lakukan dengan kecelakaan itu. Itu bukan salahmu. Kenapa kau masih saja menyalahkan dirimu sendiri setelah sekian lama?” bujuk Ratu.

“Aku adik yang tak bisa melindungi keluarga kakaknya yang di usir keluar dari istana” sesal Raja lagi. “Bukan kau juga yang membuat keputusan itu. Semua itu karena hukum dan atas perintah Raja yang bertahta waktu itu. Mungkin ini semua adalah takdir. Kau selalu mengingat kakakmu sebagai Raja dalam hatimu. Seiring berlalunya waktu, aku melihatmu semakin menderita. Deritamu juga deritaku. Aku bukannya ingin melawan takdir. Jika hal itu bisa membuatmu merasa leih tenang, aku akan melakukannya” kata Ratu dengan sedih.  Ratu kemudian berdiri dan meninggalkan Raja.

Chae-gyeong menuju kediaman Shin. Sampai di depan pintu dia bersin. Kemudian Chae-gyeong ingin masuk ke dalam. Shin sedang sibuk membaca buku di atas kasurnya. “Tok tok” kata Chae-gyeong di depan pintu kamar Shin yang sudah dibukanya sendiri. Shin kaget, kemudian berbalik memandang asal suara.

Chae-gyeong yang kedinginan masuk begitu saja dan duduk di kursi yang ada di samping kasur Shin. “Shin-gun, kau sedang apa?” tanya Chae-gyeong. Shin asyik membaca buku tanpa menghiraukan Chae-gyeong.

“Hari ini dingin sekali. Meskipun aku sudah meminum beberapa obat untuk flu, tapi masih terasa dingin sekali” lanjut Chae-gyeong. Tiba-tiba Chae-gyeong bersin. Shin memandang dengan tatapan tak suka pada Chae-gyeong. “Kamarmu hangat, tak seperti kau” sindir Chae-gyeong sambil senyum-senyum. “Apa kau datang kesini untuk menyebarkan virus flu mu?” tanya Shin. “Bagaimana bisa kau berkata seperti itu” kata Chae-gyeong tak terima. Lalu Chae-gyeong bersin sekali lagi. Shin tertawa karenanya.

“Kau mau masuk?” tawar Shin sambil membuka selimutnya. Chae-gyeong reflek menutupi dadanya. “Berpura-pura terkejut. Kita sudah tidur di kasur yang sama beberapa hari. Kenapa kau masih pura-pura malu? Ada batubara dibawah kasur ini, jadi disini hangat” kata Shin. “Tapi tetap saja!” tolak Chae-gyeong.

Tapi kemudian dia senyum-senyum sendiri. “Bolehkah aku jadi kurang ajar sekali saja?” tanya Chae-gyeong. Chae-gyeong senyum-senyum sambil naik ke atas kasur Shin. Chae-gyeong senang sekali karena disitu hangat. Shin hanya memandangi tingkah aneh Chae-gyeong. Kemudian Chae-gyeong berbaring disamping Shin dan menyelimuti tubuhnya sendiri. Shin tertawa melihat kelakuan Chae-gyeong itu.

“Tapi…Aku dengar ini dari suatu tempat. Apa benar seharusnya aku menikah dengan Yul?” tanya Chae-gyeong. Shin kaget. Dia memandang Chae-gyeong dengan tatapan tak suka. Chae-gyeong agak takut karenanya. Dia pun terdiam.

“Kakek membuat janji untuk pernikahanmu dengan putra mahkota yang akan jadi Raja. Putra mahkota waktu itu adalah Yul dan bukan aku. Kau adalah calon istri Yul saat itu” jelas Shin. “Aku mengerti. Setelah mendengar hal itu, aku sedikit malu kalau bertemu dengannya” kata Chae-gyeong. “Kenapa? Apa kau menyesal sekarang?” tanya Shin dengan kesal. Shin menutup bukunya dengan kasar.

“Jika kau begitu menyesal, kenapa kau tidak…”Shin menoleh ke  arah Chae-gyeong yang ada di sampingnya. Tapi ternyata Chae-gyeong sudah tertidur. Shin menyentuh lembut dahi Chae-gyeong. Dia tersenyum. Shin membenarkan posisi selimut Chae-gyeong. Chae-gyeong dalam tidurnya makin mendekatkan tubuhnya pada Shin. Shin membelai-belai rambut Chae-gyeong dengan lembut. Tak berapa lama kemudian, Shin mengantuk. Tapi dia kaget mendengar seruan dari luar.

Ratu datang dengan marah. Dan saat Ratu masuk, dia kaget melihat Chae-gyeong yang tertidur dalam pelukan Shin. Shin membangunkan Chae-gyeong. Chae-gyeong bangun dan kaget melihat Ratu. Dia jadi salah tingkah. Ratu meminta Park Sang-gung dan para dayang yang tadi ikut bersamanya untuk pergi. Kemudian Ratu mendekati Shin dan Chae-gyeong.

“Apa yang sedang kalian lakukan?” tanya Ratu. Chae-gyeong mencoba menjawab. Tapi kata-katanya tak lancar.  “Apa maksudmu, Oma Mama? Apa yang kami lakukan? Ini Istana timur,  kenapa kau mengharuskan kami untuk selalu mematuhi perintahmu di istanakami sendiri? meskipun kau seorang Ratu, kau harusnya tahu aturan itu. Dan kami juga tak melakukan sesuatu yang kau pikirkan, jadi jangan khawatir.” kata Shin dengan kasar.  

Chae-gyeong mengangguk mengiyakan dengan penuh ketakutan. “Yang kulakukan hanya menjaganya agar tetap hangat” lanjut Shin. “Kau pikir siapa kau dengan beraninya berteriak seperti itu padaku?” Ratu tak kalah keras bersuara. Chae-gyeong ketakutan karenanya. Melihat Chae-gyeong yang ketakutan, Ratu berusaha menenangkan dirinya. “Bi-gung (Putri Mahkota), keluarlah sebentar” pinta Ratu dengan pelan. Chae-gyeong langsung keluar dari kediaman Shin dan kemudian langsung berlari menuju kediamannya yang terletak di depan kediaman Shin.

“Apa yang ingin kau katakana padaku?” tanya Shin. “Ini gossip yang beredar di Thailand” kata Ratu sambil membanting Koran di atas meja Shin. Shin turun dari kasur dan mengambil Koran itu. Mata Shin terbelalak. Di Koran terbitan Thailand itu, terpampang di halaman depan, foto Shin yang sedang berduaan dengan Hyo-rin!

“Apa berita yang ada disitu benar? Kenapa kau harus melakukan hal itu!?” tanya Ratu. Shin hanya menunduk. “Sekarang ini semua orang sedang memperhatikan setiap gerak-gerikmu. Bagaimana bisa kau lakukan semua ini? Seja, datanglah ke istana utama dan jelaskan kelakuanmu” kata Ratu kemudian.

Ratu keluar dari kamar Shin dengan menggebrak pintu kamar Shin. Sementara Shin bingung. Tak tahu harus bagaimana. Chae-gyeong mengintip ke kamar Shin. Dan dia langsung keluar saat melihat Ratu sudah pergi. Chae-gyeong masuk ke kamar Shin lagi.

Chae-gyeong bertanya kenapa Ratu sangat marah pada Shin. Shin hanya diam. Kemudian Chae-gyeong melihat Koran yang tadi dibawa Ratu. “Berita apa yang muncul sampai…” Chae-gyeong tak bisa melanjutkan kata-katanya. Dia kaget melihat foto Shin dan Hyo-rin yang terpampang di halaman depan Koran itu.

“Apa ini? Apa kalian bersama di Thailand? Ini tak benar kan?” tanya Chae-gyeong. Shin merebut Koran itu. “Haruskah aku menjelaskan semuanya padamu?” Shin balik bertanya. “Aku hanya penasaran” kata Chae-gyeong. “Kau tak perlu tahu” jawab Shin. “Apa? Aku tak boleh bertanya seperti itu padamu? Jadi seharusnya aku tak berkata apa-apa?” tanya Chae-gyeong dengan kesal.

Ada penyesalan di mata Shin saat dia memandangi Chae-gyeong. “Kau tak perlu khawatir tentang hal ini. Jagalah kesehatanmu daripada kau mencoba mencari tahu tentang sesuatu yang tak berarti” kata Shin. “Kau tak perlu khawatir apa aku sakit atau tidak. Aku sangat sehat. Jadi jangan sok peduli” kata Chae-gyeong dengan mata berkaca-kaca. Chae-gyeong hendak melangkah pergi. Tapi Shin memegangi tangan Chae-gyeong.

“Kau sehat katamu? Kau tahu betapa kau membuat orang-orang di sekelilingmu khawatir??? Apa masalahmu?! Ada apa denganmu? Kenapa kau tak makan dengan teratur?!” bentak Shin. Chae-gyeong melepaskan tangannya dari pegangan Shin. “Kau tak perlu tahu penderitaanku. Kau bahkan tak mau aku bertanya tentang foto ini. Jadi jangan pedulikan aku kelaparan atau tidak!” kata Chae-gyeong. Airmatanya sudah mengalir turun dari pelupuk matanya.

“Shin Chae-gyeong, Kau?” kata Shin. “Aku begitu bodoh. Tanpa tahu kalau kau sedang bersenang-senang dengan Hyo-rin, aku… Aku terus menunggumu, tak nyenyak tidur. Aku merasa kalau aku ini benar-benar bodoh” kata Chae-gyeong kemudian pergi meninggalkan Shin yang terlihat sangat menyesali apa yang sudah dilakukannya.

Hye-jeong sedang minum teh sambil membaca Koran. Yul datang membawa secangkir teh dan kemudian merebut Koran yang sedang dibaca ibunya. Yul bertanya, apa berita yang di Koran itu benar adanya. Ibunya tersenyum dan kemudian menyerahkan sebuah amplop besar pada Yul.

Yul membuka amplop itu dan ternyata isinya foto Shin dan Hyo-rin yang sedang berduaan di Thailand. Tentu saja Yul kaget saat melihatnya. “Kenapa kau begitu terkejut? Apa kau pikir aku tak melakukan apa-apa dan ber yoga dengan tenang?” kata ibunya. “Apa kau yang melakukan semua ini?” tanya Yul. Ibunya menggeleng. “Melakukan apa? Semua terjadi begitu saja” jawab Ibu Yul. Yul tertunduk sedih.

Di sekolah, semua heboh membicarakan tentang foto Shin dan Hyo-rin yang ternyata sudah beredar di internet. Ada yang men-download dan kemudian mencetaknya kemudian menyebarkannya di sekolah. Saat Hyo-rin lewat, mereka membicarakannya. Saat Chae-gyeong tiba di sekolahan dengan wajah pucat, mereka pun membicarakannya.

“Foto tentang Shin dan Hyo-rin yang ada di internet jadi pembicaraan orang-orang dalam beberapa hari. Berita itu jadi semakin menyebar hari demi hari. Dan secara perlahan, tersebarlah keretakan antara hubunganku dengan Shin. Dan pada akhirnya, keluarga kerajaan-lah yang menerima dampak buruk berita itu” batin Chae-gyeong.

Chae-gyeong masuk ke dalam kelas dan duduk dibangkunya. Ketiga sahabatnya yang lebih dulu datang duduk di sekelilingnya. “Shin Chae-gyeong, apa kau baik-baik saja?” tanya Kang-hyeon memecah kesunyian diantara mereka. “Ada apa memangnya?” Chae-gyeong balik bertanya. “Tentu saja tentang Putra Mahkota dan Min Hyo-rin” lanjut Kang-hyeong langsung pada pokok masalahnya.

“Mereka hanya teman” jawab Chae-gyeong. “Tapi gadis itu yang menggoda suamimu terlebih dahulu” kata Hee-sung. “Itu benar, meskipun dia bilang kalau dia tak sengaja bertemu dengannya di luar negeri, harusnya dia tak bertemu dengan Shin secara pribadi karena dia itu seorang Pangeran” tambah Sun-yeong.

“Ada apa dengan wajahmy?” tanya Kang-hyeon yang cemas melihat wajah pucat Chae-gyeong. “Aku hanya lelah dan aku belum makan” jawab Chae-gyeong. “Hubunganmu dengannya baik-baki saja kan?” tanya Kang-hyeon lagi. “Apa kami pernah berhubungan baik?” Chae-gyeong malah balik bertanya. Hee-sung dan Sun-yeong malah tertawa. Kang-hyeon memandang mereka berdua dengan marah. Mereka pun terdiam.

Chae-gyeong termenung sendirian di depan kelasnya sambil memandang dengan sedih ke bawah. Saat berbalik, Chae-gyeong melihat Hyo-rin yang sedang berjalan menuju ke arahnya. Chae-gyeong pun berjalan menghampiri Hyo-rin. Awalnya Hyo-rin kaget. Tapi kemudian dia tersenyum meremehkan Chae-gyeong. Hyo-rin menyapa Chae-gyeong, kemudian meniggalkan Chae-gyeong. Tapi langkahnya terhenti. Chae-gyeong bilang ada sesuatu yang perlu mereka bicarakan.

Hee-sung dan Sun-yeong berlari tergesa-gesa di koridor sekolah menuju kelas mereka. mereka langsung heboh di depan Kang-hyeong dan berteriak kalau ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi. Kang-hyeon kaget melihat tingkah mereka.

“Putri kita sedang bersiap-siap berperang melawan Hyo-rin” teriak mereka berdua. Seluruh kelas kaget mendengarnya. Hee-sung dan Sun-yeong langsung pergi lagi. Kang-hyeon dan teman sekelas Chae-gyeong yang lain ikut berlari menyusul mereka. Tapi kemudian dia berbalik lagi dan memandang Yul yang hanya duduk diam. “Apa kau tak ikut?” tanya Kang-hyeon. Yul langsung menutup bukunya, kemudian mengikuti Kang-hyeon dan teman-teman Chae-gyeong yang lain.

Sementara itu, Kang-in juga berlari dengan tergesa-gesa menuju kelasnya. Dia bilang ada berita besar. Sekarang sedang ada pertandingan besar antara Shin Chae-gyeong dengan Min Hyo-rin. Jang-gyeong kaget mendengarnya. Shin hanya melihat sekilas. Tapi kemudian dia asyik lagi berkutat dengan buku yang sedang dibacanya.

Jang-gyeong langsung berdiri dan pergi. Shin hanya diam. Makanya Kang-in bertanya, apa Shin tak mau pergi? Apa Shin tak ingin melerai mereka berdua? Shin masih diam tak beranjak dari tempat duduknya. Jadi Kang-in kemudian pergi berdua dengan Ryu-wan. Sementara Shin termenung sendirian di kelasnya.

Chae-gyeong berdiri berhadapan dengan Hyo-rin di sebuah piano. Mereka bicara di ruang musik. “Kau sekarang pasti sedang berada dalam posisi sulit. Apa orangtuamu tak berkata apapun tentang hal ini? Kau kan hanya sebentar bertemu dengannya saat kau kebetulan pergi kesana. Tapi semua orang malah membesar-besarkan gossip itu, jadi…” kata Chae-gyeong. 

“Tahan! Tunggu sebentar!” teriak Sun-yeong dari luar ruang musik. “Kami akan melindungi Putri” tambah Hee-sung. “Apa kau orang yang mencoba menggoda Pangeran?!” teriak Kang-hyeon tak mau kalah. Padahal Kang-hyeong biasanya hanya diam saja. Mereka terus saja berteriak agar Chae-gyeong mundur dan mereka yang akan menghadapi Hyo-rin.

Chae-gyeong merasa bersalah pada Hyo-rin, “Maafkan aku. Kurasa teman-temanku salah paham” pintanya. “Ngomong-ngomong, apa yang ingin kukatakan adalah, saat kau sedang berjalan, aku ingin bilang…” kata-kata Chae-gyeong diputus oleh Hyo-rin.

“Kata-kata ‘kebetulan’ mu itu salah. Aku datang ke Thailand memang sengaja untuk bertemu Shin. Di Korea, kalian berdua sebagai suami istri selalu bersama, jadi aku tak bisa mengatakan apa yang ingin kukatakan. Ada banyak hal yang ingin kukatakan padanya. Tapi setelah pernikahan itu, semuanya jadi lebih sulit” kata Hyo-rin dengan tennag.

“Tapi kami sudah menikah” kata Chae-gyeong dengan lesu. Wajah Chae-gyeong semakin pucat. “Kau mungkin yang menikah dengannya , tapi aku yang pertama kali dilamarnya. Yang disukainya pertama kali adalah aku, Min Hyo-rin” Hyo-rin tak mau kalah. “Jika pada awalnya seperti itu, kenapa kau baru mengatakannya sekarang?” tanya Chae-gyeong.

“Karena aku tak mau dikenal sebagai Min Hyo-rin yang dulu. Seperti orang bodoh, aku kehilangan cintaku. Hal semacam ini cukup terjadi sekali saja. Aku tak tahu apa saja yang telah kalian berdua lakukan. Tapi sepertinya dia sangat menerima kehadiranku” kata Hyo-rin.

Chae-gyeong memejamkan matanya. “Apa katamu?” tanya Chae-gyeong. “Berkata seperti ini di hadapanmu membuatku merasa aku ini seperti seorang nyonya” kata Hyo-rin dengan sinis. “Apa? Bagaimana kau bisa mengkonotasikan seperti itu?  Kau itu bicara apa?” tanya Chae-gyeong yang tak mengerti maksud Hyo-rin.

“Aku tak tertarik dengan posisi sebagai Putri Mahkota. Bagiku, aku sudah puas hanya dengan mendapatkan Shin” ungkap Hyo-rin. “Ini aneh sekali. Kenapa semuanya jadi terlihat kabur?” batin Chae-gyeong. Chae-gyeong memegangi kepalanya yang terasa pusing. “Maaf. Kita bicara lain waktu…” kata Chae-gyeong kemudian. Chae-gyeong mencoba melangkah keluar. Dia mendekati Hyo-rin dan kemudian terjatuh di pelukan Hyo-rin. Hyo-rin kaget karenanya.

Kang-hyeon, Hee-sung, Sun-yeong dan juga Yul refleks berteriak dan lari dengan tergesa-gesa menghampiri Chae-gyeong. Yang lainnya hanya bisa mengintip dari pintu ruang musik. Kang-hyeon dan yang lain terus memanggil-manggil Chae-gyeong. Tapi Chae-gyeong masih belum sadar juga. Seseorang datang mendekati mereka.

Ternyata Shin. Shin meminta mereka semua untuk menyingkir. Dia kemudian mengangkat tubuh Chae-gyeong diiringi tatapan kaget Hyo-rin yang sama sekali tak dilirik oleh Shin. Shin menggendong Chae-gyeong sampai ke mobil yang ada di bawah, kemudian pulang menuju istana.

Hyo-rin menunduk memandangi kepergian Shin. Yul terdiam di depannya. “Apa dia sedang mengadakan pertunjukkan” sindir Kang-in pada Hyo-rin. Dia tak suka dengan tingkah Hyo-rin itu.

Dayang di kediaman Chae-gyeong sedang sibuk membawakan handuk basah. Shin merawat Chae-gyeong dengan sabar.

Yul menemui Hyo-rin di kelasnya. “Bagaimana ini? Bagaimana rasanya jadi orang yang tak terkenal?” sindir Yul. “Sebutan ‘Pacar Putra Mahkota’ benar-benar sangat berat. Aku baru menyadarinya sekarang” jawab Hyo-rin. “Apa kau perlu mengatakan itu semua pada Chae-gyeong?” tanya Yul. “Aku menyebabkan saudara iparmu menjadi terluka. Kupikir kau pasti membenciku kan?” Hyo-rin balik bertanya. “Jangan melukai Chae-gyeong” ucap Yul. “Kau tak ingin berterimakasih padaku?” tanya Hyo-rin lagi. “Apa?!” kata Yul dengan jengkel.

“ Jika hal seperti ini lebih sering terjadi, kau akan mudah menjadi seorang Putra Mahkota. Bukankah itu yang kau inginkan?” lanjut Hyo-rin. “Aku tak ingin mendapatkannya dengan metode seperti itu” jawab Yul. “Aku akan melakukannya untuk masa depanku sendiri. Shin bahkan tadi sama sekali tak memandangku.  Dia belum pernah seperti itu. Aku merasa kalau dia tak melihatku ada disana. Aku merasa tak nyaman” kata Hyo-rin. “Apapun itu, kau akan mendapatkan yang kau inginkan” sindir Yul, kemudian pergi meninggalkan Hyo-rin yang memandangnya dengan tatapan bingung.

Hye-myeong masuk ke dalam kamar Chae-gyeong. Dia tersenyum saat dilihatnya Shin sedang sibuk merawat Chae-gyeong yang tertidur. “Bagaimana keadaannya?” tanya Hye-myeong. “Panasnya agak turun sedikit. Dia sedang tidur sekarang” jawab Shin dengan sedih. “Kalau begitu, kau mau ngobrol denganku?” tawar Hye-myeong. Shin mengangguk mengiyakan. Shin membenarkan selimut Chae-gyeong, menyentuh pipi Chae-gyeong dengan lembut, kemudian membelai rambut Chae-gyeong dan setelah itu mengikuti kakaknya ke kediaman kakaknya.

“Kau tak perlu terlalu khawatir dengan foto yang beredar di surat kabar. Ibu dan Pegawai Kerajaan akan mengurus hal itu. Kau bisa belajar dari insiden ini” hibur Hye-myeong. Shin hanya diam sambil menikmati teh yang diseduhkan untuknya. “Saat aku mendengar berita kalau kau menikah, kupikir kau menikahi wanita itu (Hyo-rin)” lanjut Hye-myeong. “Aku sudah melamarnya” kata Shin. “Lalu?” tanya Hye-myeong. “Aku ditolak olehnya” jawab Shin.

“Apa? Benarkah? Putra Mahkota Lee Shin ditolak?” tanya Hye-myeong sambil tertawa. Shin tak marah. Dia malah ikut tertawa. “Aku bahkan tak sempat berkata apa-apa. Aku ditolak begitu saja” lanjut Shin. “Wah!” celetuk Hye-myeong. “Tapi aku berterimakasih padanya. Aku tak mau seseorang yang kusukai hidup dengan kehidupan yang membosankan seperti hidupku. Hyo-rin berpikir dan dia menginginkan banyak hal dalam impiannya, jadi dia tak mau jadi boneka di istana” cerita Shin.

“Lalu bagaimana dengan Chae-gyeong?” tanya Hye-myeong. “Saat pertama kali, kupikir dia kan baik-baik saja. Tapi sepertinya tak seperti yang kupikirkan. Dia terlahir tanpa kemampuan sebagai boneka di istana. Hal yang membosankan dan membuatku lelah malah membuat Chae-gyeong tertarik. Dari apa yang kulihat, bukan dia yang dikendalikan oleh istana. Tapi istana lah yang dikendalikan olehnya. Itulah kenapa dia tak mungkin jadi boneka di istana” cerita Shin. Shin terlihat senang dan bersemangat bercerita tentang Chae-gyeong.

“Benarkah seperti itu. Apapun itu, berarti dia itu pengecualian” kata Hye-myeong. “Ya, dia memang pengecualian” jawab Shin. “Apa itu? Apa kau sudah mulai menyukainya?” tanya Hye-myeong lagi. Shin tersedak karena kaget mendengar apa yang baru saja dikatakan kakaknya. Dia menjawab dengan gugup, “Apa yang kau pikirkan? Ini pernikahan politik” kata Shin.

Hye-myeong tertawa. “Dua orang yang tak saling mencintai menikah, tapi itu bukan berarti mereka tak saling mencintai selamanya kan?” tanya Hye-myeong. Shin memandang malu-malu pada kakaknya. “Aku tlah mengelilingi dunia selama 2 tahun. Dan aku belajar banyak hal. Bagi kebanyakan orang, cinta masih jadi hal yang penting. Ada begitu banyak cara untuk mengekspresikan cinta, hal yang paling penting adalah cinta itu sendiri.” cerita Hye-myeong.

Shin menghela nafas. “Aigo… Shin kita juga akan menerima cinta yang seperti itu kan?” kata Hye-myeong lagi. Shin tertawa mendengarnya. “Oi, kau seperti pendeta saja” ledek Shin. “Seorang pendeta? Seorang pendeta juga bukan sesuatu yang buruk” kata hye-myeong. Mereka tertawa.

Sementara itu, di kediaman Chae-gyeong, Yul sudah ada disana untuk membezuk Chae-gyeong. Dia membawakan tanaman dalam pot untuk Chae-gyeong. Kedua dayang Chae-gyeong meminta maaf karena telah membuat Yul menunggu lama. Mereka bilang Chae-gyeong baru saja minum obat dan sekarang tidur. Dan juga Putra Mahkota tak ada di tempat, jadi mereka tak bisa mengijinkan Yul masuk ke kamar Chae-gyeong. Yul bilang tak apa-apa. Dia akan menunggu.

Di dalam kedua dayang Chae-gyeong malah bergosip tentang Yul. Mereka bilang kalau Yul lebih baik daripada Putra Mahkota. Karena Yul lebih perhatian dan sayang pada Chae-gyeong. Yul memandangi mereka. dan kemudian pelan-pelan bangkit dan pergi menuju kamar Chae-gyeong.

Yul pelan-pelan membuka pintu kamar Chae-gyeong dan masuk ke dalam sambil membawa tanaman yang dibawanya. Dia tersenyum memandangi Chae-gyeong yang sedang tertidur. Tiba-tiba didengarnya Chae-gyeong mengigau, “Sakit sekali, tolong usap-usap punggungku, Ibu…Ibu…”. Yul memandang Chae-gyeong dengan sedih.

Tiba-tiba Chae-gyeong membuka matanya. Dia kaget dan mengerjap-kerjapkan matanya saat melihat Yul ada di dalam kamarnya. “Yul-gun?” kata Chae-gyeong sambil berusaha untuk bangkit dari tidurnya. Yul duduk di pinggir tempat tidur Chae-gyeong. “Bagaimana bisa kau masuk kesini?” tanya Chae-gyeong. Yul hanya tersenyum memandangi Chae-gyeong.

“Aku kesini untuk mengunjungimu yang sedang sakit” jawab Yul. Tiba-tiba Chae-gyeong batuk. “Ini tanaman mint, orang menyebutnya apel mint. Ini sangat bagus untuk flu” kata Yul sambil menyodorkan tanaman yang dibawanya. Chae-gyeong senang menerimanya, kemudian mencium tanaman itu, “Baunya sangat enak” begitu kata Chae-gyeong. Yul tersenyum mendengarnya.

“Apa kau merasa baikan?” tanya Yul. Chae-gyeong mengangguk. “Yul-gun satu-satunya yang peduli padaku, terimakasih” ucap Chae-gyeong. Yul hanya terdiam memandangi Chae-gyeong. “Disini sesak sekali, aku ingin menghirup udara segar” kata Chae-gyeong. Mereka pun pergi keluar.

“Segar sekali. Aku seperti baru terlahir kembali” ucap Chae-gyeong. “Itu bagus” kata Yul. “Terus ada di kasur sepanjang hari membuatku merasa seperti orang terlemah di dunia” kata Chae-gyeong. “Di masa mendatang, jangan sakit lagi. Saat kau sakit, aku juga merasakan hal yang sama” pinta Yul. Chae-gyeong hanya tersenyum.

Shin masuk ke dalam kamar Chae-gyeong dan mendapati Chae-gyeong tak ada disitu. Yang ada hanya tanaman yang tadi dibawa oleh Yul. Kedua dayang Chae-gyeong juga kaget melihat Chae-gyeong yang tak ada disitu. Shin terus memandangi tanaman yang dibawa Yul dengan kesal. Kemudian dia memandang keluar dan tambah jengkel karenanya. Shin melihat Chae-gyeong dan Yul yang sedang ngobrol berdua. Shin pun menghampiri mereka berdua.

“Kau datang” sapa Yul. “Apa yang sedang dilakukan orang sakit di luar sini” ucap Shin dengan sinis. “Hei, Shin-gun, kaulah yang membuatku jadi sakit. Ini ketidak beruntunganku karena aku bersamamu. Kau bahkan tak datang untuk menjengukku” kata Chae-gyeong tak kalah sengit. “Diam kau, kau pikir siapa yang membawamu ke istana? Kau tahu betapa beratnya dirimu? Kuruskan badanmu sedikit saat kau punya waktu” Shin tak terima dimarahi Chae-gyeong di depan Yul. 

“Apa benar kau yang menggendongku kemari?” tanya Chae-gyeong sambil senyum-senyum malu. “Kenapa kau tak bilang dari awal?” lanjut Chae-gyeong lagi. Chgae-gyeong memukul bahu Shin dengan manja. Shin menyeret Chae-gyeong untuk masuk ke dalam. Menyuruh Chae-gyeong minum obat dan kemudian pergi tidur. Shin menutup pintu kediaman Chae-gyeong dan berjaga di depan diiringi teriakan kesal Chae-gyeong yang tak suka diperlakukan seperti orang yang sakit parah.

“Begitu kau dengar Bi-gung Mama sakit, kau langsung datang kesini. Kapan kau kemari?“ tanya Shin pada Yul. Yul tak sempat menjawab karena Chae-gyeong menjengukkan kepalanya keluar dari pintu. Dan malah mengajak Shin maen. Kemudian bertanya kenapa hanya bicara berdua, apa ada yang Shin dan Yul sembunyikan? Shin yang kesal menutup pintu kediaman Chae-gyeong hingga membuat kepala Chae-gyeong terjepit. Chae-gyeong mengaduh kesakitan. Shin mendorong kepala Chae-gyeong masuk ke dalam dan kemudian menutup pintunya lagi.

“Aku tak yakin dia benar-benar sakit untuk bisa kau kunjungi” sindir Shin. “Dia mungkin terlihat kuat. Tapi sebenarnya dia sangat merindukan ibunya. Dia menyebut nama ibunya dalam tidurnya” jawab Yul. “Sepertinya hatimu sudah termakan kata-katanya. Dia jadi seperti itu karena aku kurang memperhatikannya. Kenapa? Apa itu jadi masalah buatmu?” kata Shin.   

Yul hanya menghela nafas. “Bagaimanapun juga, jika kau benar-benar sangat khawatir padanya, kau harusnya tak membiarkan dia berdiri disini dan menyuruhnya cepat masuk ke dalam” tambah Shin. Saat Shin berbalik, ternyata Chae-gyeong masih ada disitu dan over acting. Shin langsung masuk ke dalam hingga membuat Chae-gyeong langsung lari masuk ke kamarnya. Shin masuk ke dalam sambil membanting pintu. Yul sedih melihatnya.

“Seorang adik berkabung untuk kakaknya. Hal seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi semua ini? Hye-jeong, apa kau tahu bagaimana cara untuk mengatasi masalah ini?” tanya Ibu Suri saat dia berdua bersama Hye-jeong di sebuah taman istana.

“Masalah ini datang terlalu tiba-tiba. Aku sudah menguburnya jauh di dalam hatiku 14 tahun yang lalu. Dan seiring berlalunya waktu, dia semakin dilupakan orang. Hatiku sakit karena hal itu” jawab Hye-jeong. “Itu benar. Apa yang mendiang Raja inginkan adalah memprosesnya dengan upacara “Chu-jeon (Upacara Pemakaman Raja)” secepatnya. Tapi masalahnya adalah perubahan status kau dan anakmu akan membuat semua orang sakit kepala” tambah Ibu Suri kemudian.

“Aku benar-benar tak tahu banyak tentang politik. Tapi aku tahu bahwa Anda tak pernah melupakan kami dan anda masih selalu mengingat kami. Aku sungguh-sungguh berterima kasih” kata Hye-jeong. Ibu Suri hanya bisa menghela nafas.

Hye-jeong sedang berbincang-bincang dengan seorang dayang senior. Dayang itu mengatakan kalau dia akan menangani masalah tentang Ibu Suri. Dia bahagia bisa membantu Hye-jeong. Seandainya saja suami Hye-jeong masih hidup, dia pasti akan jadi seorang Raja yang hebat.

Ibu Suri di kediamannya sedang sibuk membenahi sanggulnya bersama seorang dayang senior. Dayang yang tadi berbicara dengan Hye-jeong. Dayang itu berkata kalau selama 14 tahun ini Hye-jeong telah memenuhi peraturan istana, dan menyerahkan tampuk pimpinan kerajaan. Dan telah pergi meninggalkan istana bersama Yul.

Ada penyesalan di mata Ibu Suri. “Ya, memang seperti itu. Aku tak tahu kenapa Raja terakhir begitu marah dan dingin. Aku bahkan tak sempat bertanya tentang hal itu. Bagaimana bisa Raja membuat keputusan yang begitu membingungkan seperti itu? Diantara 2 orang anak, saudari ipar dan anak-anak. Aku benar-benar tak tahu apa yang harus aku lakukan”ungkap Ibu Suri.

“Yang Mulia. Mendiang Raja sudah tidak ada disini lagi” kata dayang senior itu. “Apa maksudmu, Seo Sang-gung?” tanya Ibu Suri pada dayang senior itu. “Yang Mulia, yang ingin hamba katakana adalah, semua kekuasaan tertinggi sekarang ini milik Yang Mulia” kata Seo Sang-gung. Ibu Suri mengangguk. Dia mengerti hal itu.

“Jika semua ini terus berlangsung, perseteruan hanya akan semakin tegang diantara kedua belah pihak yang terlibat. Sebelum hal itu terjadi, Ibu Suri yang punya kekuasaan tertinggi, harus membuat pilihan. Itulah satu-satunya cara untuk mengembalikan kedamaian dalam Keluarga Kerajaan. Jawabannya ada dalam hati anda, Yang Mulia” tambah Seo Sang-gung lagi. “Jawabannya ada dalam hatiku… “ kata Ibu Suri menerawang apa yang sebenarnya dimaksud oleh Seo Sang-gung.

Chae-gyeong terbatuk-batuk di atas kasurnya. Ternyata Shin menunggui Chae-gyeong dan duduk tak jauh dari kasur Chae-gyeong. Begitu mendengar suara batuk Chae-gyeong, Shin langsung berdiri dan berjalan menghampiri Chae-gyeong. Shin duduk di sisi tempat tidur Chae-gyeong.

“Apa kau sudah bangun?” tanya Shin. Chae-gyeong mulai membuka matanya. “Bagaimana perasaanmu?” tanya Shin lagi. Chae-gyeong mencoba bangun dari tidurnya. Shin membantu memegangi Chae-gyeong. “Apa kau merasa ingin memakan sesuatu?” tanya Shin dengan lembut. Chae-gyeong bilang dia tak ingin makan apapun. “Apa yang harus aku lakukan agar kau mau makan?” tanya Shin beberapa saat kemudian sambil memegangi dahi Chae-gyeong. Tapi Chae-gyeong malah mundur ke belakang.

Lalu terdengar suara berisik yang sangat di kenal oleh Chae-gyeong. Chae-gyeong melihat ke arah datangnya suara. Ternyata Ayah dan Ibunya yang datang membezuk Chae-gyeong. Tentu saja Chae-gyeong sangat gembira melihat kedatangan mereka. Tapi sayangnya  Chae-jun tak bisa ikut. Dia sedang keluar bersama teman-temannya. Shin tersenyum senang melihatnya. Shin pergi meninggalkan mereka agar Chae-gyeong dan keluarganya bisa leluasa berbicara.

Ternyata Ayah Chae-gyeong membawa banyak sekali makanan favorit Chae-gyeong. Chae-gyeong bilang, dia akan langsung berubah jadi gemuk setelah memakan semua makanan yang dimasakkan oleh ayahnya. Tapi Chae-gyeong sangat senang menerima semua makanan yang dibawa orangtuanya. Ibunya berbicara pada dirinya sendiri, “Melihat selera makannya yang begitu besar, apa benar dia itu sedang sakit?”.

Setelah itu, ortu Chae-gyeong ngobrol bersama Shin. “Putra Mahkota. Kurasa tak ada masalah jika Chae-gyeong kembali ke rumah untuk sementara waktu, kan?” tanya Ayah Chae-gyeong. “Itu benar, Yang Mulia. Bersama dengan keluarganya akan membuatnya beristirahat dengan tenang dan membuatnya cepat pulih” tambah Ibu Chae-gyeong.

“Maafkan aku, tapi aku takut hal itu tak bisa dilakukan. Dia mungkin akan merasa baikan saat dia pulang ke rumah. Tapi jika dia sakit lagi seperti ini, apa dia harus pulang terus ke rumahnya?” kata Shin. Kedua ortu Chae-gyeong tak bisa berkata apa-apa. “Aku sangat bingung. Aku butuh dia ada disampingku sekarang” kata Shin. “Yang Mulia, Ratu sudah setuju dengan usul itu” kata Ibu Chae-gyeong.

“Chae-gyeong itu istriku. Kami memilih pilihan kami sendiri. di istana ini, kami punya pengobatan tercanggih untuk menjaganya, jadi jangan terlalu khawatir” kata Shin kemudian. Dua dayang Chae-gyeong mengatakan kalau Ibu Suri menunggu untuk bertemu dengan ortu Chae-gyeong sebelum mereka pulang.

Chae-gyeong di dalam kamarnya mendengar semuanya. “Kau mungkin merasa kalau aku ini kejam dan dingin, tapi aku masih harus mengatakan hal ini…Penjaga Chae-gyeong sekarang ini bukanlah Ayah dan Ibu Mertua melainkan aku sendiri” ucap Shin. Chae-gyeong kecewa mendengarnya. Shin masuk ke dalam kediaman Chae-gyeong lagi.

Ibu Suri ingin bertemu ortumu, jadi mereka pergi menemuinya sekarang” kata Shin pada Chae-gyeong. Shin duduk kembali di kursinya tadi dan meneruskan membaca bukunya. Chae-gyeong yang kesal pada Shin berusaha bangun kemudian melempar sebuah bantal ke arah Shin. Shin hanya diam.

“Dasar laki-laki jahat. Kau pikir siapa kau, berbicara pada ortuku seperti itu? Mereka memohon padamu karena mereka peduli padaku. Bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu pada mereka?” maki Chae-gyeong. “Semua ini tak bisa terselesaikan, lebih baik menyelesaikannya secepatnya. Untuk orang sepertimu, jika kau pulang sekali, kau akan berpikir untuk keluar lagi dan kau akan terlibat kesulitan dengan hal itu lagi. Dan itu akan membuatku terlibat dalam masalah. Itulah kenapa kau tak mengijinkan hal itu” kata Shin.

“Mengijinkan? Kenapa semua yang aku lakukan harus disetujui olehmu? Bukankah kau juga hidup semaumu?  Kau bisa bertemu dengan siapapun yang kau inginkan” sindir Chae-gyeong. “Apa kau bertanya karena kau benar-benar tak tahu? Sepertinya kau salah paham. Hidup di dalam dan di luar istana adalah dua dunia yang berbeda. Di luar istana, laki-laki dan perempuan sederajat, tapi kau tinggal disini…Semuanya, dari  arsitektur sampai dekorasi semuanya berdasarkan tradisi. Walaupun itu sudah lama berlaku, tapi hal itu tak dapat dihilangkan. Setidaknya disini, hal itu masih harus sepenuhnya ditaati. Dan menurut tradisi itu, seorang istri harus menuruti suaminya sepenuhnya. Apa kau mengerti? Ingatlah untuk makan tepat waktu” ceramah Shin panjang lebar, kemudian meninggalkan kediaman Chae-gyeong. Chae-gyeong hanya bisa memaki Shin pelan-pelan. “Dasar laki-laki brengsek! Dasar orang jahat” maki Chae-gyeong.

Shin menutup pintu kamar Chae-gyeong dengan perlahan. Shin masuk ke kediamannya dan bersandar di pintu masuk. “Jika aku membiarkanmu pergi…Kau pasti akan…Tak akan kembali lagi kesini” kata Shin pada dirinya sendiri.

Sementara itu, ortu Chae-gyeong sedang ngobrol bersama Ibu Suri dan Hye-myeong. Ayah Chae-gyeong merasa tertarik dengan Hye-myeong. Sudah banyak berita yang ayah Chae-gyeong baca tentang Hye-myeong. Ayah Chae-gyeong memuji Hye-myeong sebagai putri yang hebat. Ibu Chae-gyeong terlihat agak cemburu karenanya. Kemudian mereka membicarakan tentang selera makan Chae-gyeong. Ayah Chae-gyeong memberikan masukan beberapa makanan yang disukai oleh Chae-gyeong.

Sementara itu, di apartemennya, Yul sedang melihat foto-foto yang dicetak oleh ibunya. Tentang Hyo-rin dan Shin saat mereka berdua ada di Thailand. Yul merasa kalau semua ini terlalu cepat. Dia takut kalau dia tak siap mental untuk menghadapi semua ini. Ibu Yul emosi mendengarnya. Bukankah Yul sudah menerima pendidikan di Inggris untuk menjadi seorang Putra Mahkota selama 14 tahun ini. Bagaimana bisa Yul berkata seperti itu.

Yul membela diri. Kalau hanya dengan foto-foto itu, takkan cukup untuk melengserkan posisi Shin sebagai Putra Mahkota. Untuk proyek Ibunya dengan Hyo-rin, rasanya waktunya tidak tepat. Mungkin mereka akan bisa masuk ke istana dengan mudah, tapi begitu foto ini diekspos, Hyo-rin akan berada di ambang kesulitan. Jadi semuanya harus dipertimbangkan, ditunda. Kalau sudah tiba saatnya untuk memindahkan posisi Shin sebagai Putra Mahkota, Yul akan melakukannya sendiri. Kalau saat itu tiba, Ibunya bahkan takkan bisa menghentikan tindakan Yul.

“Anakku berpikir lebih membingungkan dari pada aku. Baiklah, aku setuju mendengar saranmu. Aku selalu berpikir untuk melewati perang ini sendirian” ungkap Ibu Yul. Tiba-tiba ada yang memanggil Hye-jeong dengan sebutan guru. Itu pasti Hyo-rin. Hye-jeong bangkit untuk menemui Hyo-rin. Meninggalkan Yul sendirian.

Hye-jeong menyeduhkan teh untuk Hyo-rin. Mereka membicarakan tentang Hye-jeong dan Yul yang akan segera pindah ke dalam istana. Hyo-rin mengucapkan selamat untuk Hye-jeong. Hye-jeong bilang terlalu awal untuk mengucapkan selamat. Tapi dia senang karena Hyo-rin begitu perhatian padanya. Hye-jeong bilang dia akan sering-sering mengundang Hyo-rin untuk masuk ke dalam istana.

Di istana, Shin memandangi Chae-gyeong yang duduk membelakanginya sambil menelepon seseorang. Chae-gyeong bilang kalau dia baik-baik saja dan dia sebentar lagi akan sembuh. “Anak yang paling berharga, Shin Chae-gyeong sangat sehat disini. Apa kau tak tahu? Aku makan makanan yang terbaik dan mendapatkan pengobatan yang terbaik. Tapi akan lebih baik lagi jika kau ada disampingku. Jika aku ada di rumah, aku akan sembuh hanya dalam waktu sehari. Tapi jika disini, aku harus menunggu beberapa hari untuk sembuh. Percayalah aku baik-baik saja sekarang. Ibu juga harus menjaga kesehatan” ungkap Chae-gyeong.

Chae-gyeong menutu teleponnya, Shin mendekati Chae-gyeong dan kemudian duduk di samping Chae-gyeong. Shin senang karena Chae-gyeong hari ini terlihat lebih sehat. Tapi tetap saja Shin memakai kata-kata kasar untuk mengungkapkannya. Shin juga meledek Chae-gyeong yang terus saja menyebut nama ibunya dalam igauannya.

“Sekarang ini adalah giliranku untuk terus menjadikanmu sebagai sanderaku. Setiap saat kau berpikir ingin pulang ke rumah, aku juga ingin mengikutimu. Tapi statusku sebagai seorang Putra Mahkota tak mengijinkanku melakukan hal itu. Ini karena aku ingin memperkuat posisiku sebagai Putra Mahkota. Setidaknya, dalam beberapa saat ini, aku tak ingin tertulis dalam sejarah sebagai seorang Putra Mahkota yang tak berguna” ungkap Shin.    

“Apa maksudmu beberapa saat ini?” tanya Chae-gyeong yang tak mengerti apa maksud Shin. “Hal itu akan terjadi dalam satu atau dua tahun dari sekarang” jelas Shin. “Apa?” tanya Chae-gyeong yang masih juga tak mengerti. “Aku akan menyerahkan posisiku sebagai Putra Mahkota” jawab Shin. Chae-gyeong terlihat kaget mendengarnya.

Bersambung…………………………

Minggu, 01 Mei 2011

Princess Hours Episode 10

Ratu mondar-mandir di kediamannya. Dia masih khawatir memikirkan keberadaan Chae-gyeong. Ratu masih menunggu kabar dari Choi Sang-gung dan Park Sang-gung. Beberapa saat kemudian Park Sang-gung datang. Dia membawa kabar dari badan intelejen istana mengenai keberadaan Chae-gyeong. Badan intelejen mengatakan, dari sumber yang bisa dipercaya, mereka melihat Putri Mahkota pergi dari sekolah bersama seorang pria.

Di rumah kaca, Yul dan Chae-gyeong sudah ada di dalam mobil. Tiba-tiba HP Yul berbunyi. Ibu Yul yang menelpon. Dia bertanya dimana Yul sekarang. Yul bilang kalau dia ada di rumah kaca di taman botani. Ibunya tahu Yul sedang ada disana bersama Chae-gyeong.

Ibunya tak mau tahu apa alasan Yul pergi berdua bersama Chae-gyeong. Tapi Yul dan Ibunya harus tetap tenang. Mereka sudah memulai perangnya. Perang yang tak tahu kapan berakhirnya dan tak bisa menjamin apa mereka bisa menang atau tidak. Mereka harus selalu berjaga-jaga dan berhati-hati. Mereka harus tetap terjaga saat musuh sedang terlelap. Meskipun seperti ini, hal itu akan jadi perang yang sangat berat dan lama yang tak bisa menjamin kemenangan mereka.

Itu berarti kalau Yul tak punya waktu luang untuk bermain-main dengan membawa gadis bodoh yang sekarang adalah istri dari sepupunya ke taman botani. Istana sedang kacau karena Putri menghilang. Hal itu akan jadi masalah uat Yul kalau mereka menemukan Yul bersama dengannya. Jadi Yul harus segera pulang ke rumah sekarang juga.

Yul bilang dia mengerti maksud Ibunya. Dan dia bilang dia akan segera pulang. Chae-gyeong bertanya siapa yang menelpon. Tapi Yul hanya diam saja.

Di bandara Thailand, Shin kaget melihat dua orang pengawalnya ada di depannya. Shin bertanya berapa lama waktu yang dia miliki. Mereka bilang sekitar 30 menit. Mereka bilang sejujurnya waktunya sangat mepet untuk konferensi pers-nya. Apalagi lalu lintas Bangkok terkenal buruk. Mereka bilang mereka akan meminta bantuan kepolisian Thailand. Tiba-tiba pandangan Shin terbentur pada sebuah motor balap.

Shin memacu motornya di jalanan di Thailand diiringi 2 pengawalnya yang setia menjaganya.

Di tempat konferensi pers, Sekretaris Kim melaporkan pada Kasim Kong kalau Shin dan pengawalnya sedang dalam perjalanan menuju kemari dengan naik motor karena banyak jalan yang ditutup sehubungan dengan adanya festival. Dan mereka akan sampai sekitar 10 menit lagi.

Panitia acara datang dan mengatakan kalau waktu yang mereka miliki hanya tinggal 5 menit saja. Kasim Kong akan mengambil alih jalannya acara untuk sementara sambil menunggu kedatangan Shin.

Kasim Kong mengatakan pada para hadirin, sebelum memulai wawancara, mereka akan menunjukkan video tentang Putra Mahkota terlebih dahulu. Kasim Kong memutar video tentang kebudayaan di Korea.

Sementara itu, Shin terjebak di tengah keramaian festival. Mereka tak bisa lewat. Jalanan di tutup karena banyak rakyat turun ke jalan mengikuti festival tahunan itu. Para pengawalnya mencoba mencari jalan tapi tak ketemu. Shin mengamati daerah di sekelilingnya. Kemudian dia melihat sebuah sungai.

Di tempat konferensi, Kasim Kong menunggu dengan gelisah. Sekretaris Kim melaporkan kalau mereka terjebak di jalanan karena adanya perayaan festival. Mereka mungkin tak bisa lolos dari sana sampai acara berakhir. Mereka mungkin akan membutuhkan waktu sekitar 50 menit untuk sampai di situ.

Shin menuju ke sungai dengan salah seorang pengawalnya. Kemudian Shin naik ke sebuah perahu dan menyusuri sungai. Tak berapa lama kemudian mereka sudah sampai. Shin tersenyum senang karenanya. Shin mengucapkan terimakasih pada gadis pengemudi perahu itu. Gadis itu tahu Shin Pangeran dari Korea. Shin tersenyum sambil mengangguk.

Shin naik ke darat. Tapi kemudian dia melepas jam tangannya dan memberikannya kepada gadis itu. Awalnya gadis itu menolak. Tapi Shin ingin gadis itu memiliki jam tangannya karena sudah menolongnya. Akhirnya gadis itu pun menerimanya. Gadis itu juga memberikan sebuah karangan bunga untuk Shin. Shin senang menerima pemberian itu.

Kasim Kong menunggu dengan gelisah. Sekretaris Kim datang membawa kabar baik. Shin baru saja tiba. Kasim Kong merasa lega karenanya. Panitia acara mengatakan waktu yang tersisa hanya 1 menit.

Yul dan Chae-gyeong tiba di istana. Choi Sang-gung dan kedua dayang setianya berlari menyambut kedatangan Chae-gyeong. Chae-gyeong turun dari mobil dengan lesu. Apalagi dia juga melihat Sang-gung Ratu yang berdiri di sebelah Choi Sang-gung. Choi Sang-gung mengatakan kalau Ratu sedang menunggu Chae-gyeong sekarang.

Kasim Kong sedang membantu Shin bersiap-siap. Shin bercerita kalau dia baru saja beraksi layaknya sebuah film aksi. Judulnya ‘Ong Bak Ga Onr Li’. Kasim Kong memandangi Shin. Dia tak mengerti apa maksud Shin.

Konferensi Pers pun di mulai. Tepuk tangan dan lampu blitz mengiringi kedatangan Shin di ruang konferensi. Shin membawa topeng pemberian Hyo-rin dan meletakkannya di sampingnya. Shin mengatakan, Republik Korea dalam bahasa Thai adalah “Ga Onr Li”. Ga Onr Li dalam bahasa Korea berarti terhormat dan indah. Shin datang dari sebuah Negara yang terhormat dan indah. Shin berasal dari Negara yang terhormat dan indah dan merasa senang bisa datang ke Negara Thailand yang punya sejarah yang panjang dan bunga yang indah, katanya sembari memperlihatkan karangan bunga yang didapatnya dari gadis perahu..

“Putri, apa kau tak punya otak? Semua orang punya aturan sendiri dalam hidupnya, mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak. Seorang murid harus melaksanakan tugasnya sebagai murid. Seorang prajurit juga harus melaksanakan tugasnya sebagai prajurit. Apa kita harus melalaikan tugas kita sendiri?” hardik Ratu di kediamannya. Chae-gyeong hanya menggeleng sambil tertunduk. Yul duduk di kursi disampingnya.

“Keluarga Kerajaan punya aturan sendiri yang disebut hukum. Dan orang tak bisa seenaknya melanggar hukum itu. Hukum itu dibuat untuk dipatuhi secara serius. Apa kau mengerti?” lanjut Ratu. Chae-gyeong hanya mengangguk.

“Kenapa kau buat aku khawatir sepanjang hari?!” omel Ratu. Chae-gyeong hanya bisa meminta maaf untuk kesalahannya itu. Yul mencoba membela Chae-gyeong. Tapi Ratu ingin agar Yul tak ikut campur untuk membela Chae-gyeong. Yul bilang dia yang mengajak Chae-gyeong. Chae-gyeong ingin minta ijin pada awalnya. Tapi Yul bilang itu tak perlu dan langsung mengajak Chae-gyeong pergi begitu saja.

“Hwi-seong Gun, Putri adalah calon ibu Negara. Meskipun aku tak tahu bagaimana cara orangtua putrid mendidiknya, atau bagaimana cara dia hidup, dia harus mematuhi hokum istana karena dia menikah dengan keluarga kerajaan. Apa kalian mengerti?” tambah Ratu.

Chae-gyeong hanya bisa mengangguk. Hanya itu yang bisa dilakukan oleh Chae-gyeong. Ratu minta agar Chae-gyeong lebih bisa mengendalikan dirinya. Itulah yang harus dimiliki oleh seorang keluarga kerajaan. Chae-gyeong harus ingat hal itu dan menyimpannya dalam hati. Tiba-tiba seorang dayang melaporkan kalau Ibu Suri sedang menunggu Ratu.

Sebelum Ratu beranjak pergi, dia mengatakan pada Chae-gyeong kalau Chae-gyeong tak boleh pergi sebelum menerima perintah darinya. Ratu ingin Chae-gyeong memikirkan lagi kesalahan yang sudah dibuatnya.

Chae-gyeong kembali ke kediamannya. Yul mengikuti di belakangnya. Dua orang dayang Chae-gyeong juga ikut kembali bersama Chae-gyeong. Yul meminta maaf. Chae-gyeong hanya tersenyum kemudian membalikkan badan dan masuk ke kediamannya. Yul memandangi kepergian Chae-gyeong dengan sedih.

Saat Chae-gyeong masuk, ternyata keluarganya ada di dalam. Tentu saja Chae-gyeong terkejut. Tapi dia merasa senang mereka semua ada disitu. Tangis Chae-gyeong pecah di pelukan ibunya. Chae-gyeong memeluk ayah, ibu dan adiknya satu persatu sambil menangis. Kemudian mereka saling berpelukan. Kedua dayang Chae-gyeong ikut menangis menyaksikan kejadian itu.

Kasim Kong melayani Shin sambil membacakan puisi lama. Dia bilang dia merasa sangat khawatir saat menunggu kedatangan Shin tadi. Kasim Kong minta agar situasi seperti itu tak terjadi lagi. Kalau hal itu terjadi lagi, Kasim Kong tak tahu berapa lama dia bisa bertahan hidup. Shin mengerti. Dia akan mencatatnya baik-baik.

“Kau pernah bilang kalau aku ini adalah langit, kan? Tapi bagiku, kau adalah langitku. Kau tak perlu memakai kata-kata formal karena kita sama posisinya. Semuanya sudah berakhir sekarang. Pergilah dan istirahatlah. Kau pasti sangat lelah. Aku juga lelah” kata Shin. Kasim Kong mengiyakan perkataan Shin.

Di apartemen, Ibu Yul menyiapkan camilan dan teh untuk mereka berdua. “Ibu, kumohon jadikanlah aku sebagai Raja” ungkap Yul tiba-tiba. Ibunya kaget mendengar ungkapan hati Yul itu.

Chae-gyeong keluar dari kediamannya. Dia bertanya pada dayangnya apa matanya terlihat bengkak? Dayangnya tersenyum dan mengatakan, mata Chae-gyeong memang bengkak. Tapi Chae-gyeong masih terlihat cantik. Kemudian Chae-gyeong kaget saat melihat kedua mata dayangnya yang juga seperti habis menangis. Chae-gyeong tanya kenapa mata mereka. Mereka gugup menjawabnya.

Saat keluar dari kediamannya, Yul sudah menunggu di luar. Yul bertanya apa Chae-gyeong baik-baik saja. Chae-gyeong bilang kalau dia tak apa-apa. Yul bertanya apa Shin sudah menghubungi Chae-gyeong. Chae-gyeong hanya menggeleng. Yul bilang wajah Chae-gyeong terlihat kurus. Chae-gyeong malah senang mendengarnya. Itu berarti program dietnya berhasil.

Chae-gyeong tak percaya kalau dietnya berhasil. Dia sudah mencoba berbagai macam diet dan baru sekarang dia berhasil. Chae-gyeong tertawa senang karenanya. Tiba-tiba Yul datang mendekat dan memegang pipi Chae-gyeong. “Itulah Chae-gyeong yang sebenarnya. Aku senang melihatmu tertawa seperti ini. Aku akan ada disisimu selamanya hanya untuk membuatmu tersenyum. Jangan lupakan itu” ungkap Yul.

Chae-gyeong mencoba mengalihkan pembicaraan. Dia bilang Pangeran William akan datang besok. Pangeran yang diimpikan banyak gadis remaja. Chae-gyeong bilang bahasa Inggrisnya sangat kacau. Bisakah Yul menemaninya menyambut Pangeran William. Yul bilang dia akan melakukannya. Chae-gyeong tersenyum senang. Kemudian dia meraba pipinya sendiri.

Di sebuah rumah sakit anak. Hye-jeong, Ibu yul melakukan kegiatan amal teman baik ayah Shin meliput kejadian itu. Untuk disebarkan lewat media cetak yang dimilikinya.

Ibu Suri dan Ratu sedang membaca Koran hari itu. Kemudian Ibu Suri berkata kalau Hye-jeong ada di Koran melakukan kegiatan amal untuk membantu anak-anak yang sakit. Ratu terlihat tak suka dengan berita itu. Kemudian, salah seorang dayang senior yang selama ini selalu membela Hye-jeong dan Yul bilang, sejak muda, Hye-jeong memang seperti itu. Dia sangat peduli dengan orang-orang di sekitarnya.

Ibu Suri membenarkan, Hye-jeong memang yang paling peduli dengan kegiatan amal. Tapi Ratu kurang setuju dengan pendapat itu. Ratu bilang, orang yang paling peduli dengan kesejahteraan orang lain adalah Ibu Suri. Mengasuh anak-anak. Menangani orang-orang jompo, mengatasi kesejahteraan penduduk, Ibu Suri tak pernah lalai menjaga mereka semua. Ibu Suri tersipu-sipu malu mendengar pujian Ratu.

Ibu Suri bilang, dia hanyalah orangtua yang punya banyak waktu luang, jadi dia melakukan hal itu. Itulah kenapa dia merasa hal itu bukanlah hal yang spesial. Ibu Suri bilang, bukankah Ratu juga terlibat kegiatan amal. Park Sang-gung yang menjawabnya untuk Ratu. Ratu memang terlibat dalam kegiatan amal. Menjaga single parent, menjaga wanita dan anak-anak yang terlantar, dll. Dan Ratu melakukan hal itu dengan diam-diam.

Ibu Suri bilang, kegiatan amal itu adalah kewajiban mereka sebagai bagian dari keluarga kerajaan. Ibu Suri lebih senang dengan apa yang dilakukan Ratu. Melakukan kegiatan amal tapi dengan diam-diam. Ratu senang mendengar pujian Ibu Suri. Dayang yang terus membela Hye-jeong terlihat tak suka mendengar hal itu.

Tapi kemudian Ibu Suri berkata, apa yang dilakukan Hye-jeong juga bagus. Walaupun dia sudah keluar dari anggota keluarga kerajaan, tapi dia masih mau melakukan kegiatan kemanusiaan dan membawa nama baik kerajaan. Hal seperti itu harus sering dilakukan. Ratu terlihat muram mendengarnya.

Sementara itu, Raja sedang mengamati beberapa foto. Fotonya bersama Hye-jeong. Tiba-tiba Raja mendengar pengumuman kalau Ratu tiba. Dengan buru-buru Raja memasukkan foto itu ke dalam lacinya dan pura-pura sedang sibuk menulis. Ratu datang untuk mengingatkan Raja untuk meminum obatnya. Raja bilang dia akan segera meminum obatnya. Saat Raja mendekati Ratu, Raja bertanya, kenapa wajah Ratu terlihat tak begitu baik. Ratu tersenyum. Ratu berkata kalau dia tak apa-apa.

Ratu bertanya pada Raja, apa Raja pernah mendengar berita tentang kegiatan amal yang dilakukan oleh Hye-jeong. Hye-jeong sudah lama meninggalkan istana. Tapi tiba-tiba dia muncul dan membuat dirinya ada dimana-mana. Semuanya terlihat aneh. Ratu khawatir tentang Ibu Suri yang selalu memandang baik pada Hye-jeong. Suatu saat, mungkin Ibu Suri akan berbalik membela Hye-jeong.

Raja berkata, mungkin Ibu Suri hanya merasa bersalah setelah apa yang terjadi pada Hye-jeong selama 14 tahun ini. Dilihat dari sudut pandang keluarga kerajaan, bukankah tak ada yang kasihan akan kepergian mereka. Raja meninggalkan Ratu yang masih terus memikirkan kehadiran Hye-jeong.

Ratu bertanya apa Shin melakukan semuanya dengan baik. Raja bilang Shin melakukannya dengan baik meskipun dia jauh dari istana.

Raja menyambut kedatangan Pangeran William. Raja ditemani Ibu Suri, Ratu dan juga Chae-gyeong tentunya. Ratu berkata kalau Pangeran William selalu merasa tertarik dengan kebudayaan tradisional Korea. Jadi Ratu telah mempersiapkan beberapa pertunjukkan tradisional untuk menjamu Pangeran William.

Pangeran William sangat menghargai apa yang sudah Ratu siapkan dan dia merasa sangat berterimakasih karenanya. Ibu Suri mengatakan kalau Putri akan menemani Pangeran William sepanjang hari. Pangeran William memandang Chae-gyeong. Dia bilang kalau dia menyaksikan pernikahan Chae-gyeong yang indah melalui TV. Pangeran William bilang, Chae-gyeong lebih cantik dari yang di TV. Chae-gyeong tersipu-sipu malu mendengar pujian itu.

Chae-gyeong menemani Pangeran William berkeliling istana dan menjelaskan bagian istana satu persatu. Lalu tiba-tiba Pangeran William berseru senang karena melihat Yul. Mereka berpelukan. Ternyata keduanya sangat akrab. Chae-gyeong terbengong-bengong melihat keakraban mereka. Pangeran William mengatakan kalau mereka berdua sudah seperti saudara.

Raja membaca surat yang dibawa oleh Pangeran William dari Inggris. Semacam surat kerjasama yang diwakilkan pada Pangeran William. selesai acara, Chae-gyeong dan Yul mengantar kepergian Pangeran William untuk beristirahat.

Yul bertanya apa Shin sudah menelepon Chae-gyeong. Chae-gyeong hanya bisa menggeleng dengan lesu.

Hari itu rombongan Shin meninggalkan penginapan yang dekat dengan tempat konferensi pers. Di saat yang sama, Chae-gyeong ditemani Yul menemani dan menjamu Pangeran William. Disela-sela pertemuan itu, Chae-gyeong masih sempat mencoba untuk menghubungi Shin.

Chae-gyeong baru saja berganti memakai Hanbok. Dia duduk di beranda kediamannya. Yul datang menghampiri dan bertanya apa Chae-gyeong sangat merindukan Shin. Chae-gyeong bilang dia kangen Shin. Tapi dari pertama berangkat sampai sekarang, Shin sama sekali tak pernah menghubunginya. Chae-gyeong sedih karenanya.

Yul bilang, Chae-gyeong pernah bilang padanya. Kalau Yul yang bertemu duluan dengan Chae-gyeong, mungkin Chae-gyeong akan menyukainya. Jika kecelakaan itu tak terjadi, atau jika Raja tak wafat, jika seperti itu, mungkin mereka…Yul tak sempat melanjutkan kata-katanya karena Pangeran William muncul kembali. Mereka melanjutkan untuk menjamu Pangeran William.

Kasim Kong menghampiri Shin yang mencoba untuk menghubungi seseorang. Kasim Kong mengatakan kalau Chae-gyeong beberapa kali menelepon hari ini. Kasim Kong bilang pada Shin agar melakukan apa yang ada di pikiran Shin. Hal itu akan membuat Shin merasa sennag.

Di istana, Chae-gyeong menjamu Pangeran William dengan sajian musik tradisional. Chae-gyeong yang memang berbakat dalam hal kesenian melakukan hal itu dengan baik. Pangeran William merasa puas dengan jamuan yang disuguhkan oleh Keluarga Kerajaan. Pangeran William merasa sangat tertarik dengan Seul-geum (seruling) yang dimainkan oleh Chae-gyeong saat menjamunya.

Chae-gyeong duduk berdua bersama Yul di sebuah ruangan. Chae-gyeong merasa senang karena semua sudah berakhir dan berjalan dengan lancer. Chae-gyeong berterimakasih pada Yul, karena kalau Yul tak membantunya, hasilnya pasti takkan sebaik ini.

Yul bilang dia tak melakukan banyak hal untuk membantu Chae-gyeong. Tapi Chae-gyeong bilang Yul sudah membantu banyak hal. Bahkan suaminya malah sama sekali tak membantunya. Yul selalu membantunya. Yul tersenyum senang mendengarnya. Kemudian Yul menyerahkan sekotak coklat untuk Chae-gyeong. (Kyaaaaa……serasa valentine. Coz itu coklat yang biasa dikirim dari sana by my hubby kalau valentine!). Yul bilang dia tahu kalau Chae-gyeong tak makan siang ini. Chae-gyeong hanya minum air. Chae-gyeong senang dengan perhatian Yul. Yul menyerahkan satu coklat pada Chae-gyeong. Chae-gyeong bilang dia akan memakannya nanti.

“Punya teman sebaik kau yang tak pernah mengharap imbalan apapun, membuatku sangat nyaman” ucap Chae-gyeong. Yul bilang, dia bukan tak mengharap imbalan appaun. Chae-gyeong tak mengerti maksud Yul. “Meskipun aku bukan suamimu sekarang, tapi aku pernah menjadi tunanganmu” jelas Yul. Chae-gyeong makin tak mengerti.

“Orang yang pertama kali dijodohkan denganmu itu bukan Shin tapi aku. Meskipun hal itu berubah setelah kematian Ayahku. Tapi aku berharap kau kan ingat bahwa meskipun semuanya tak mungkin jadi kenyataan, jika saja tkadir tak mempermainkan kita,  suamimu sekarang pasti bukan Shin. Tapi aku” jelas Yul. Chae-gyeong hanya bisa memandangi Yul dan terdiam.

Chae-gyeong kembali ke kediamannya dan para dayang juga Choi Sang-gung sedang menyiapkan makanan untuknya. Choi Sang-gung memperhatikan Chae-gyeong yang tak berselera makan. Choi Sang-gung bertanya, apakah makanannya tak cocok bagi Chae-gyeong. Apakah Chae-gyeong ingin makan sesuatu yang lain. Tapi Chae-gyeong hanya diam. Dia terus memandangi kursi Shin di depannya yang kosong.

Chae-gyeong meletakkan sumpitnya dan bilang kalau dia sudah selesai makan. Kedua dayangnya cemas melihat keadaan Chae-gyeong. Choi Sang-gung apalagi. Tapi Chae-gyeong bilang dia seperti itu karena mungkin Chae-gyeong grogi menghadapi kedatangan Pangeran William. Chae-gyeong ingin istirahat sekarang.

Raja sedang sendirian di lapangan istana. Tiba-tiba datang Hye-jeong menghampirinya. Raja menanyakan kabar Hye-jeong dan Hye-jeong malah mengajak Raja jalan-jalan. Hye-jeong bilang ini hari yang cerah. Tak ada salahnya menikmati sinar matahari.

Raja dan Hye-jeong pergi ke suatu tempat. Raja bilang kalau dia khawatir dengan keadaan Hye-jeong dan Hwi-seong. Mereka pasti melewati saat-saat yang sulit karena harus tinggal di Negara asing. Raja merasa malu menghadap mendiang kakaknya (suami Hye-jeong).

“Kau tahu kenapa aku kembali?” tanya Hye-jeong. Raja memandang Hye-jeong. “Ini adalah saatnya. Tolong kembalikan gelar asli yang seharusnya jadi milik Putra Mahkota Hyo-yeol (Ayah Yul)” pinta Hye-jeong. “Gelar asli?” tanya Raja tak mengerti. “Maksudku adalah gelar milik Raja yang sudah meninggal sebelummu” jelas Hye-jeong.

“Sebenarnya, rasa berkabung untuk Raja yang sudah meninggal,  aku juga sedang memikirkannya. Tapi ini topik yang sangat sensitif. Politik yang berbicara. Harus melalui prosedur yang jelas dan butuh untuk di diskusikan. Ini bukanlah sesuatu yang bisa kuputuskan sendiri” kata Raja sambil berbalik hendak meninggalkan Hye-jeong.

“Oppa” panggil Hye-jeong tiba-tiba. “Maafkan aku, Oppa” lanjut Hye-jeong. Raja merasa panik. Dia melihat kesekelilingnya. “Kakak ipar,! Bukan…Hye-jeong. Tolong jangan seperti ini” pinta Raja. “Waktu yang berlalu seperti sebuah kebohongan saja. Berapa banyak musim gugur seindah sekarang datang dan pergi. Untuk kerinduanku, aku sudah menyentuh, mendaki, berputar dan terluka. Hidup seakan tak berarti. Tapi semua itu memang harus berlalu, kan?” kata Hye-jeong.

“Kenapa aku begitu bodoh? Waktu itu, perasaanku pada Oppa memang sungguh-sungguh” ungkap Hye-jeong. Raja tak tahu harus berkata apa lagi. Jadi dia hanya bisa diam.

Raja sedang termenung sendirian. “Yang Mulia, apa yang sedang anda lakukan disini?” tanya Ratu yang tiba-tiba datang. Raja menghampiri Ratu. “Ini saatnya anda minum obat. Aku sudah mencari anda daritadi” kata Ratu. Ratu bertanya apa yang sedang Raja lakukan disini. Raja bilang dia habis jalan-jalan. Ratu tersenyum dan berkata, “Ya. Ini memang musim gugur yang indah”. Raja melangkah pergi. Ratu mengikutinya. Tapi tiba-tiba Ratu berhenti melangkah. Dia melihat seseorang berjalan pergi meninggalkan tempat itu. Seseorang yang Ratu kenal dengan baik. Yang membuat raut wajah Ratu berubah kecewa. Hye-jeong.

Chae-gyeong ada di atas tempat tidur. Tapi dia tak bisa tidur. Choi Sang-gung masuk ke dalam dan mengajak Chae-gyeong minum teh. Choi Sang-gung melihat Chae-gyeong memukuli bantal Shin dengan kesal. Choi Sang-gung memandangi Chae-gyeong. Chae-gyeong hanya nyengir malu. Kemudian merapikan rambutnya yang berantakan.

“Eonni, apa kau masuk ke istana dengan memakai tes? Aku mendengar dari Sang-gung yang lain kalau dibutuhkan tes untuk masuk ke istana” tanya Chae-gyeong kemudian. Choi Sang-gung membenarkan kata-kata Chae-gyeong. Chae-gyeong bilang, brarti Choi Sang-gung pasti belajar dengan giat untuk lulus tes. Tapi Chae-gyeong masih tak mengerti kenapa mereka tak boleh pulang ke rumah dan tak boleh menikah. Mereka harus bekerja keras disini, tidakkah itu terlalu kejam?

Choi Sang-gung bilang, mereka memang akan mengabdikan dirinya sepanjang hidup mereka demi keluarga kerajaan. Itulah kenapa mereka masuk ke istana. Kami merasa beruntung karena bisa melayani keluarga kerajaan. Chae-gyeong memuji dan menghargai para Sang-gung dengan tujuan mulia mereka.

Dua dayang Chae-gyoeng masuk ke dalam dan membawakan sesuatu untuk Chae-gyeong. Choi Sang-gung bilang, mereka bertiga khawatir sejak Chae-gyeong sama sekali tak  mau makan apa-apa. Choi Sang-gung meminta Chae-gyeong memakan apa yang tadi di bawa kedua dayangnya sebelum dia melaporkannya pada para tetua.

Chae-gyeong bertanya apa itu. Choi Sang-gung bilang, dia lihat Chae-gyoeng terlihat agak kurus beberapa hari belakangan ini. Jadi dia menyiapkan obat herbal untuk Chae-gyeong. Chae-gyeong bilang dia paling tidak suka dengan obat herbal Korea. Chae-gyeong bilang dia akan meminumnya nanti. Tapi Choi Sang-gung menegaskan kalau Chae-gyeong harus meminumnya segera.

Choi Sang-gung menegaskan, Chae-gyeong itu calon ibu Negara. Tapi Chae-gyeong bilang, dia merasa dia tak berguna di masa depan. Ibu Negara di masa depan. Untuk seseorang yang tak berguna seperti dia. Choi Sang-gung mengatakan, tinggal ambil saja posisi itu, dia akan mengajari Chae-gyeong selama itu hingga tiba saatnya Chae-gyeong mendapatkan posisinya sebagai ibu Negara. Untuk mempersiapkan Chae-gyeong sebagai seorang Ratu. Selama itu, Chae-gyeong akan melaksanakan upacara menuju kedewasaan dam Chae-gyeong akan jadi Ratu, dari anak-anak yang dilahirkan yang akan menjadi pewaris tahta kerajaan.

“Apa? Ibu….Ibu….Apa kau bilang, aku akan jadi seorang Ibu?” tanya Chae-gyeong bingung. “Saat usia kalian berdua cukup, keluarga kerajaan dan orang-orang Korea akan menunggu kehadiran kelahiran anak-anak keluarga kerajaan. Keluarga kerajaan cenderung menginginkan anak lahir secepatnya daripada keluarga biasa. Hal itu berlangsung tak lama lagi. Mereka sedang membicarakan, kapan Shin dan Chae-gyeong tidur sekamar. Chae-gyeong terbelalak mendengar penuturan Choi Sang-gung.

Shin sudah ada di dalam pesawat yang terbang menuju Korea. Shin duduk sambil membaca Koran Thailand yang meliput kedatangannya ke Thailand. Kasim Kong mengatakan kalau Shin pasti senang bisa mengunjungi Negara dengan kebudayaan dan keindahan yang alami dengan reaksi yang positif dari kedua belah pihak.

Shin hanya diam. Kasim Kong memperhatikan Shin. Ternyata Shin asyik melamun sendiri. Dia sibuk dengan laptopnya. Tapi tatapan matanya menerawang entah kemana. Kemudian Kasim Kong bertanya dimana jam tangan Shin. Shin bilang kalau dia memakainya untuk membayar seseorang.

Chae-gyeong demam. Dua orang dayangnya menjaganya sepanjang malam hingga pagi harinya mereka tertidur karena kelelahan. Chae-gyeong terbangun saat sinar matahari masuk ke dalam kamarnya.chae-gyeong bangun dengan pelan-pelan agar tak mengganggu istirahat kedua dayang setianya itu.

Chae-gyeong melangkah keluar kediamannya. Dia berdiri di sebelah bangku yang biasa dipakainya untuk ngobrol berdua bersama Shin. Karena bosan, Chae-gyeong pun melangkah masuk ke dalam. Dia kaget saat sudah sampai di pintu kediamannya. Seseorang yang selama ini dirindukannya ada disana. Shin sudah pulang dan dia langsung pergi ke kediaman Chae-gyeong!

“Ada apa? Apa kau sakit? Atau kau ada diluar untuk menyambut kedatanganku? Kalau begitu biarkan aku melihat wajahmu” kata Shin sambil melangkah mendekati Chae-gyeong. “Berhenti disitu!” teriak Chae-gyeong. Shin malah semakin mendekat padanya hingga membuat Chae-gyeong berteriak semakin keras untuk melarang Shin semakin mendekat.

“Jika kau melangkah lebih dekat lagi, aku akan memukulmu” ancam Chae-gyeong. Matanya sudah mulai memerah. “Menyedihkan sekali. Kenapa kau tak mengijinkan suamimu yang baru saja pergi jauh untuk mendekat padamu” kata Shin. Chae-gyeong hanya melirik sebentar ke arah Shin.

“Apa kau tak pernah nonton drama di TV? Saat seperti ini, harusnya kau tak berkata apa-apa. Kau hanya perlu berlari ke dalam pelukan suamimu” kata Shin. “Melihatmu membuatku kehilangan selera makan. Kau hanya mengurusi urusanmu sendiri. Kau benar-benar egois. Kau tak peduli perasaan orang lain. Kau orang paling egois sedunia” maki Chae-gyeong. Chae-gyeong menangis tertahan.

Shin mencoba mendekati Chae-gyeong. Chae-gyeong mencoba menahan tangisnya. Shin memegang bahu Chae-gyeong. Chae-gyeong mulai terisak. Shin meraih tubuh Chae-gyeong ke dalam pelukannya. “Aku tahu. Kupikir lain kali, kita akan pergi bersama. Tangis Chae-gyeong pun pecah. Dia menangis dipelukan Shin.

Keuda dayangnya yang ternyata sudah terbangun melihat kejadian itu dan ikut bahagia untuk Chae-gyeong. Begitu juga dengan Kasim Kong dan Choi Sang-gung yang turut menyaksikan dengan senyum tersungging dibibir mereka.

Shin membawakan oleh-oleh untuk kerajaan dari Thailand. Semuanya sangat senang menerimanya. Ibu suri berkata kalau Shin pasti sulit menghadapi iklim di Negara yang panas seperti Thailand. Kasim Kong pasti juga sulit selama disana. Kasim Kong senang dengan perhatian Ibu Suri.

Ratu berkata, dia ikut senang karena media di Thailand menyambut positif kedatangan Pangeran. Untuk kerjasama di masa endatang dengan Thailand, Shin akan mengemban tugas itu sebagai bagian tanggungjawabnya. Raja juga mengucapkan terimakasih karna Shin melaksanakan tugasnya dengan baik. Shin bilang, dia hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang Pangeran. Shin bilang dia melakukan hal itu tak sendiri. Dia melakukannya karna dia mendapat bantuan dari ‘surga’.

Mereka tak mengerti apa maksud Shin. Tapi Shin tersenyum penuh arti sambil memandang ke arah Kasim Kong. Ibu Suri memandang ke arah Kasim Kong. Dia mengerti apa yang dimaksud oleh Shin. 

Hyo-rin menemui Ibu Yul lagi. Ibu Yul bertanya apa Hyo-rin punya masalah? Karena hampir seharian Hyo-rin ada disini, tak bisa tidur dan berlatih yoga. Hyo-rin berkata, Ibu Yul pernah bercerita tentang Camilla. Jadi Hyo-rin meminta Ibu Yul bercerita lagi tentang Camilla dan memberitahukan padanya bagaimana cara untuk menjadi teman dari keluarga kerajaan.

Yul masuk ke dalam dan senang ada Hyo-rin disitu. Yul duduk disamping ibunya dan bertanya apa ibunya sudah membaca Koran hari ini. Di Koran terdapat berita tentang peringatan upacara kematian Pangeran Hyo-yeol, ayah Yul. Yul menawarkan apa Hyo-rin mau minum teh atau yang lainnya. Yul akan membuatnya untuk Hyo-rin.

Ibunya bertanya kenapa Yul baik sekali pada Hyo-rin. Yul bilang kalau Hyo-rin itu manajer. Ibunya tak tahu apa maksud Yul. Kemudian Hyo-rin menjelaskan, kalau dia Cuma manajer kecil di sebuah klub berkuda tempat Yul dan Shin berlatih berkuda.

Hyo-rin bercerita kalau anggota keluarga kerajaan juga bagian dari klubnya. Shin presiden klub dan dia manajernya. Yul bilang kalau dia dan Chae-gyeong adalah anggota baru di klub itu. Ibu Yul tak tahu kalau Putri Mahkota juga ikut ke klub itu. Hyo-rin bilang banyak yang tak suka. Tapi Hyo-rin memperjuangkan agar Chae-gyeong masuk ke dalam anggota klubnya. Bagaimana mungkin seorang anggota keluarga kerajaan tak bisa jadi bagian dari sebuah klub berkuda milik kerajaan.

Seperti biasanya, Jang-gyeong yang mengantar Hyo-rin pulang ke rumahnya. Saat Hyo-rin hendak turun, Jang-gyeong bertanya apa Hyo-rin sudah memperjelas perasaanya dengan Shin.  Hyo-rin tak tahu apa yang coba dikatakan oleh Jang-gyeong.

“Kau dan Shin… Hubungan antara kalian berdua, apa kau tak mengerti juga. Bukankah kalian melewatkan liburan bersama dengan baik?” kata Jang-gyeong. “Liburan bersama?” tanya Hyo-rin. “Ya, benar. Shin harus berpikir tentang hal ini juga. Dia pasti sudah menyadari perasaannya sekarang. Teman dari keluarga kerajaan atau apapun, kupikir aku tahu apa yang akan kau perbuat. Tapi aku tak ingin hidupmu jadi membingungkan” ungkap Jang-gyeong.

“Jadi kau memperingatkan aku sekarang?” tanya Hyo-rin dengan sinis. “Ya. Aku mencoba memperingatkanmu. Shin sudah menikah. Permainan selesai. Kalau ka uterus seperti ini, kau akan dapat masalah dan mungkin akan melukai dirimu sendiri.” Tambah Jang-gyeong. Hyo-rin tak mau mendengar ocehan Jang-gyeong lagi. Jadi dia segera turun dari mobil Jang-gyeong dan masuk ke dalam rumah.

Shin masuk ke kamarnya dan pandangannya tertuju pada teddy bearnya. Dia tertawa senang melihat teddy bearnya yang sekarang memakai baju dan celana, hasil kreasi Chae-gyeong.

Kasim Kong masuk ke dalam kamar Shin dan membawa sesuatu. Shin bertanya dan tak tahu apa itu. Kasim Kong bilang itu hadiah untuk Putri. Shin menghadiahkan banyak oleh-oleh untuk para tetua, jadi Kasim Kong mempersiapkan hadiah kecil untuk Putri. Shin berkata agar Kasim Kong meletakkan saja hadiah itu di kamar Chae-gyeong. Tapi Kasim Kong berkata lebih baik Shin memebrikannya langsung. Karna Shin tlah meninggalkan Chae-gyeong sendirian, tak ada salahnya sekarang Shin membawa hadiah itu sebagai ucapan permintaan maafnya. Hal itu akan lebih baik untuk hubungan suami istri di antara mereka.

Shin berkeras kalau dia merasa tak perlu meminta maaf pada Chae-gyeong. Tapi dia bilang dia mengerti. Dia akan memberikan hadiah itu secara langsung pada Chae-gyeong. Hadiah itu ternyata sebuah kalung dengan hiasan sebuah mahkota berwarna biru.

Shin masuk ke dalam kamar Chae-gyeong. Dia melihat bantal-nya dengan raut mukanya yang marah, jadi dia membalik bantal itu agar yang terlihat sisi yang tersenyum. Dia meletakkan hadiah itu di atas kasur Chae-gyeong dan bersembunyi saat mendengar Chae-gyeong pulang bersama kedua dayangnya. Chae-gyeong baru saja mengambil bunga yang akan dijadikannya sebagai hiasan di kamarnya. Dengan sembunyi-sembunyi Shin mencoba keluar dari kamar Chae-gyeong.

Shin berhasil keluar, tepat pada saat itu, Chae-gyeong hendak mencari gunting untuk memotong bunga-bunganya. Saat mencari gunting itulah dia melihat hadiah dari Shin. Dia membukanya dan merasa senang sekali menerima hadiah itu.

Dengan gembira, Chae-gyeong masuk ke dalam kediaman Shin sambil membawa bantal Shin-nya. Shin sedang asyik membaca. Chae-gyeong mengucapkan terimakasih atas pemberian Shin. Kalung itu sangat cantik. Chae-gyeong sangat menyukainya. Kalung itu berkelap-kelip. Apa itu berlian? Kalung itu pasti sangat mahal. Shin sama sekali tak bereaksi. Dia masih asyik membaca.

Kemudian Chae-gyeong meminta Shin memakaikan kalung itu. Dengan tertawa sinis Shin bilang, kalau Kasim Kong lah yang membawakan hadiah itu untuk Chae-gyeong. Jadi kenapa Chae-gyeong tak meminta Kasim Kong untuk memakaikan kalung itu. Chae-gyeong kesal mendengar kata-kata Shin.

Chae-gyeong yang kesal pulang ke kediamannya, masuk ke kamarnya dan mulai melampiaskan kekesalannya dengan memukuli bantal Shin sepuasnya.

Bersambung………………