Jumat, 17 Juni 2011

Princess Hours Episode 17

Shin sampai di kamar Hyo-rin dan dia kaget karena ada pengawal yang menjaga kamar itu. Hyo-rin membuka pintu dan kaget melihat kedatangan Shin. Shin masuk dan bicara berdua dengan Hyo-rin. Hyo-rin memegang dua tiket kenangan mereka.

“Aku sudah berpikir tentang masa lalu. Apa kau masih ingat? Tiket yang kita simpan saat pertama kalii kita bertemu? Kita membuat perjanjian untuk membukanya 10 tahun yang akan datang. Tapi kurasa aku takkan mengambilnya dalam waktu selama itu. Jadi aku mengambilnya kemarin. Untuk orang sepertiku, kenangan yang indah yang kubagi dengan seseorang, sepertinya sulit untuk menghapus semua itu. Ini sangat bodoh, tapi…setelah menyerah akan dirimu, aku baru menyadari betapa pentingnya kau dalam hatiku. Mungkin sampai akhir aku takkan bisa mengatasi rasa cinta itu. Tapi mulai sekarang, takkan ada halangan apapun dariku. Karena semuanya telah terhapus. Bagiku, keberadaan Shin tak ada yang bisa menggantikannya. Dan juga tak ada yang bisa disalahkan. Aku tahu itu. Lee Shin dan Shin Chae-gyeong, aku tak bermaksud bertindak sejauh ini dan membawamu dalam kesulitan. Maafkan aku karena telah hilang kendali” ungkap Hyo-rin panjang lebar.

“Hyo-rin, sepertinya kau bertindak terlalu jauh” kata Shin. Hyo-rin menangis. Shin pergi meninggalkan tempat itu. Shin memacu mobilnya di jalanan. Shin membelokkan mobilnya menuju suatu tempat.

Sementara itu di sebuah diskotik, Kang-in dan Ryu-wan sedang bersenang-senang disana sambil menikmati alunan musik. Tak berapa lama kemudian Shin masuk juga ke diskotik itu. Shin menelepon seseorang. Ternyata dia menelepon Kang-in. Malah Ryu-wan yang melihat Shin. Saat Ryu-wan menoleh ke arahnya, Shin melambaikan tangannya. Ryu-wan dan Kang-in menghampiri Shin.

“Benar. Aku merasa begitu frustasi. Untung kau menelepon. Jika merasa bosan, kenapa tak kau tunjukkan gaya berdansa ala Putra Mahkota” kata Kang-in. ryu-wan mengajak mereka minum. Tapi Kang-in bilang, kalau mau Ryu-wan bisa pergi sendiri. Shin juga hanya bisa diam saja. Shin teringat kata-kata ayahnya. “Kau hanya membuat malu keluarga kerajaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Apa kau pikir kau masih layak menjadi seorang Raja?” maki Ayahnya. Shin mendesah, tanpa tahu kalau Kang-in dan Ryu-wan sudah pergi.  

Jang-gyeong masuk dengan buru-buru ke dalam diskotek itu. Dia mencari seseorang dan begitu melihat Shin ada di atas, dia naik dengan terburu-buru. Begitu sampai, Jang-gyeong langsung menarik kerah baju Shin. “Dasar brengsek. Dimana Hyo-rin?!? Dimana kau menyembunyikan Hyo-rin?” teriak Jang-gyeong.

Kang-in dan Ryu-wan kembali. Mereka mencoba melerai keduanya. Jang-gyeong minta mereka berdua tak  mengganggu. Ini urusannya dengan Shin. Keduanya pun akhirnya pergi lagi. Shin duduk diam di bangku sedangkan Jang-gyeong bersandar di depannya dan mulai bicara.

“Bermain-main dengan perasaan orang, apa itu menyenangkan? Aku bertemu Hyo-rin lebih dahulu daripada kau. Tapi aku masih memberikan Hyo-rin padamu. Kupikir itu bisa membuatnya lebih bahagia. Tapi ternyata aku salah. Kau bukanlah seseorang yang bisa memberikan kebahagiaan. Kau hanya peduli pada dirimu sendiri. hidup dibawah kemewahan sebagai seorang Putra Mahkota. Sesuatu seperti perasaan orang lain bukanlah hal yang penting, kan? ini benar-benar keterlaluan. Jika itu aku, setidaknya aku takkan melakukan hal itu, meninggalkan seseorang yang kucintai dan menikahi orang lain. Karena tindakan tak bertanggung jawab itu, Hyo-rin lah yang terluka” ceramah Jang-gyeong.

“Sepertinya kau lupa. Aku ini Putra Mahkota negara ini. Dibandingkan dengan orang-orang seperti kalian yang bicara tentang cinta setiap hari, yang aku punya hanyalah tanggung jawab” kata Shin dengan dingin. “Benarkah begitu? Di antara tanggung jawab yang kau miliki, kenapa kau memilih meninggalkan Hyo-rin?” bentak Jang-gyeong. “Jika aku tak bisa bertanggung jawab sampai akhir, aku takkan memilih untuk melakukan hal itu. Itulah prinsipku. Sebagai seorang teman, ku sarankan padamu, akhiri disini sekarang juga” balas Shin. Dia menepuk pundak Jang-gyeong dan turun ke bawah.

Kang-in dan Ryu-wan datang menghampiri Jang-gyeong. “Ini bukan pertama kalinya seorang Shin bertindak seperti itu. Lupakanlah. Ayo berdansa” ajak Kang-in. Jang-gyeong marah dan mengusir keduanya agar pergi. Ryu-wan mencoba membujuk Jang-gyeong sambil membawa minumannya. Jang-gyeong mulai marah dan mendorong Ryu-wan. Kebetulan ada tiga orang pemuda lewat dan membuat minuman Ryu-wan tumpah ke baju salah satu dari mereka. Tentu saja tiga orang itu tak terima dan terjadilah pertengkaran.

Shin ada di atas bukit dan termenung di dalam mobilnya. Dia menoleh ke samping dan memandangi suasana istana di malam hari.

Kasim Kong datang bersama Pengacara Han dan menerima laporan dari seseorang. Orang itu berkata, dia sama sekali tak bermaksud untuk mengganggu Kasim Kong dengan maslaah ini. Kasim Kong memperkenalkan diri sebagai asisten pribadi Shin. Dan dia sudah dari tadi menunggu sejak orang itu meneleponnya. Kasim Kong mengenalkan orang itu pada Pengacara Han.

Kedua dayang Chae-gyeong melihat pertemuan itu. Chae-gyeong bertanya, ‘Paman’ (Kasim Kong) sedang bersama siapa. Kedua dayangnya berkata, dari yang mereka dengar, orang itu dari kepolisian. Chae-gyeong bertanya mengapa dan ada apa. Tapi kedua dayangnya sama sekali tak tahu apa-apa. Chae-gyeong mencoba mendengarkan pembicaraan antara Kasim Kong, Pak Polisi dan juga Pengacara Han.

Polisi itu bilang, situasinya tak bagus untuk Putra Mahkota. Masalah ini menyangkut Putra Mahkota. Mereka harus segera melakukan investigasi. Kasim Kong bilang ini tak mungkin karena sekarang ini Putra Mahkota tak ada di istana. Chae-gyeong mendekati mereka dan ketiganya memberi hormat pada Chae-gyeong.

Chae-gyeong menunduk memeberi salam dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Dia dengar ada sesuatu terjadi pada Shin. Ada apa dengan Shin. Chae-gyeong cemas mendengarnya. Tiba-tiba Shin masuk dan semuanya terkejut memandangi kedatangan Shin.

Mereka mulai membicarakan masalah itu berempat. Kedua dayang Chae-gyeong melayani keempat pria itu sedangkan Chae-gyeong tidak diperkenankan mendekat. Chae-gyeong hanya bisa mengamati dari jauh dan menguping. Chae-gyeong semakin penasaran dan membuatnya gusar sendiri.

Polisi itu melanjutkan laporannya. Ada seseorang yang berkata kalau Shin terlibat dalam tindakan kejahatan.

Hye-jeong sedang minum teh berdua bersama ibunya. Hye-jeong bilang kalau Hyo-rin menghilang. Seharusnya mereka menyingkirkan Hyo-rin terlebih dahulu. Tapi sepertinya ada seseorang yang mendahului mereka. Yul tak suka mendengar hal itu dan meminta ibunya berhenti memprovokasi Hyo-rin. Hyo-rin sudah cukup terluka. Tapi Hye-jeong bilang, luka itu akan sembuh seiring berlalunya waktu. Tapi seseorang akan jadi kuat setelah terluka. Dia bilang, mereka membutuhkan seseorang yang bisa menusuk Shin secara langsung.

Tiba-tiba terdengar seruan dari seorang dayang Hye-jeong yang berkata kalau Kwak Sang-gung datang. Hye-jeong menyuruh Kwak Sang-gung untuk masuk ke dalam. Kwak Sang-gung memberi hormat pada keduanya, lalu menyampaikan laporannya. Dia melapor kalau Putra Mahkota terlibat insiden kekacauan. Sekarang Putra Mahkota sedang di introgasi oleh seseorang dari kepolisian.

Hye-jeong tersenyum mendengarnya. Sepertinya sekarang  ini Putra Mahkota seakan terperangkap dalam jaring laba-laba. Dia senang mendengarnya dan mereka hanya tinggal melanjutkan apa yang telah terjadi. Sepertinya Shin sudah menggali lubangnya sendiri. Yul terlihat tak begitu senang dengan tingkah ibunya.

Chae-gyeong mengikuti Shin dan terus saja bicara. “Bagaimana kau bisa jadi seperti ini? Aku sangat khawatir memikirkanmu. Kau pergi begitu saja dan tak menghubungiku. Jika kau lakukan sekali lagi, aku akan meninggalkanmu” kata Chae-gyeong. “Kembalilah dulu. Ini sudah larut malam” kata Shin sambil melangkah menjauh dari Chae-gyeong.

Chae-gyeong mengejar Shin dan masuk ke dalam kamar Shin. Shin sedang duduk termenung saat Chae-gyeong masuk dan bicara. Tapi Chae-gyeong bicara tak menghadap ke arah Shin melainkan bicara sambil menatap foto Shin.  “Aku tahu Shin-gun selalu menyimpan semuanya sendiri dan membuat dirinya terluka sendiri. Tapi aku juga terluka saat melihatmu seperti ini. Kita ini sepasang. Kenapa aku harus selalu jauh dari sisimu? Tak bisakah kau bersandar padaku sekali saja? Kenapa kau selalu terluka sendirian. Dasar bodoh!” maki Chae-gyeong sambil membanting foto Shin.

“Aku lelah. Jangan bicara apa-apa lagi” kata Shin. Dia beranjak dari tempat duduknya dan hendak menuju ke kamarnya. Kata-kata Chae-gyeong menghentikan langkahnya. “Aku sangat khawatir padamu. Dimana kau, apa yang kau lakukan, kelakuanmu yang keras kepala itu akan membuat masalah untukmu. Apa kau tahu betapa khawatirnya aku?!” bentak Chae-gyeong. Dia ingin pergi meninggalkan Shin. Tapi Shin meraihnya dan memeluknya dengan erat.

Chae-gyeong bilang Shin terlalu erat memeluknya. Dia tak bisa bernafas. “Jika aku tak lagi jadi Putra Mahkota lagi, tetaplah ada disisiku” pinta Shin dengan lembut. Chae-gyeong senang mendengar hal itu. Dia tersenyum dalam pelukan Shin.

Raja dan Ratu mendengar laporan dari Kasim Kong dan juga Polisi. Mereka melaporkan kalau ternyata Shin tak terlibat secara langsung dengan kerusuhan yang terjadi di diskotik. Shin sudah pergi meninggalkan diskotik itu sebelum kerusuhan itu terjadi. Jadi tak akan ada masalah yang timbul. Ratu berkata, akhir-akhir ini, Keluarga Kerajaan selalu saja di konotasikan buruk di masyarakat. Raja bilang, itulah alasan kenapa dia memanggil polisi larut malam seperti ini. Polisi bilang, dia akan membantu sebisa mungkin dan berkata agar jangan khawatir. Raja dan Ratu senang mendengarnya.

Pagi itu di istana, Hyo-rin masuk untuk pertama kalinya ke dalam istana. Dia diantar seorang Sang-gung menuju ke sebuah tempat. Disana Park Sang-gung sedah menunggunya. Park Sang-gung bilang Ratu akan segera datang dan meminta agar Hyo-rin menunggu sebentar. Park Sang-gung pamit pergi. Dua orang dayang menyajikan teh untuk Hyo-rin.

Hyo-rin hendak meminum tehnya. Tapi tiba-tiba dia melihat Rtau datang. Dia tak jadi meminum tehnya. Ratu tampil tanpa Hanbok kebesarannya. Dia tersenyum dan mendekati Hyo-rin. Ratu duduk di samping Hyo-rin dan mulai bicara.

“Ku dengar kau seorang penari balet?” tanya Ratu. “Ya, Yang Mulia” jawab Hyo-rin. “Ku dengar kau menolak lamaran Putra Mahkota karena ambisimu. Kupikir kau pasti gadis yang cerdas?” lanjut Ratu. Hyo-rin mengiyakan pujian itu. “Sebagai seorang wanita, aku bisa mengerti perasaan Hyo-rin. Karena insiden ini, kau pasti juga khawatir. Dan karena ini, aku juga khawatir padamu” kata Ratu. “Aku sungguh-sungguh minta maaf, Yang Mulia” pinta Hyo-rin.

“Dan juga, meskipun kau hidup di lingkungan yang sulit. Tapi kau tak menyerah begitu saja dengan mimpimu. Dan kau sangat fokus dengan tarian baletmu. Jika aku jadi seseorang yang memberimu dukungan tuk meraih mimpimu bagaimana?” tanya Ratu. “Aku sangat berterimakasih. Tapi…” Ratu memotong kata-kata Hyo-rin.

 “Untuk menjadi seorang penari balet yang terkenal di seluruh dunia, kau butuh seseorang yang bisa mendukungmu. Untuk menciptakan lingkungan yang bisa mendukung agar kau bisa konsentrasi dengan bakatmu. Itulah yang kurasakan. Itu jalan terbaik untuk menciptakan seorang bintang. Keluarga Kerajaan juga mencari orang-orang berbakat sepertimu. Yang pantang menyerah dengan mimpi mereka dan juga memberi bantuan apapun yang mereka butuhkan. Putra Mahkota juga salah satu yang memberikan dukungan. Dia adalah seseorang yang akan menempati tahta di negeri ini. Apa kau mengerti maksudku?” tanya Ratu. “Ya Yang Mulia” jawab Hyo-rin.

Beberapa saat kemudian, Park Sang-gung mengantar Hyo-rin keluar dari istana. Baru saja keluar dari kediaman Ratu,  hyo-rin bertemu dengan Chae-gyeong. Keduanya sama-sama terkejut. Chae-gyeong mengajak Hyo-rin dan bicara berdua. Chae-gyeong dengan agak takut bertanya bagaimana keadaan Hyo-rin. Hyo-rin tersenyum simpul.

“Aku akan mengubur Shin dalam hatiku. Jika suatu saat nanti Shin mau kembali padaku, aku akan menerimanya dengan senang hati” ungkap Hyo-rin. Chae-gyeong hanya bisa menatap Hyo-rin. “Kita ini teman, bukankah kita harusnya berbagi kesedihan dan rasa sakit? Tapi… perlahan aku mulai menyadari bahwa kau adalah orang yang baik. Saat dia bersamaku, dia tak pernah mendapatkan kebahagiaan apapun” ungkap Hyo-rin.

“Aku tahu” kata Chae-gyeong. “Jangan pernah lepaskan Shin. Aku harus pergi” pamit Hyo-rin. “Minumlah tehmu sebelum kau pergi” kata Chae-gyeong. “Aku pamit. Terima kasih” jawab Hyo-rin.  Hyo-rin pun melangkah keluar. Chae-gyeong hanya bisa memandangi kepergian Hyo-rin.

Ibu Suri, Ratu dan Hye-jeong bicara bertiga. Ibu Suri mengeluh. Ada banyak sekali masalah yang terjadi di istana akhir-akhir ini. Ratu meminta maaf. Ini semua salahnya karena tidak mendidik Putra Mahkota dengan benar. Hye-jeong mencoba mencari muka. Dia bilang, yang terpenting adalah menjaga kesehatan Ibu Suri. Kesehatan Ibu Suri adalah keseimbangan di dalam keluarga kerajaan. Ibu Suri berterima kasih pada Hye-jeong dan berkata, dia akan melaksanakan saran Hye-jeong. Ratu memandang tak suka melihat tingkah Hye-jeong yang sok cari perhatian dan Ibu Suri melihat hal itu.

“Kenapa kalian berdua terlihat tak cocok?” tanya Ibu Suri. “Ini karena Raja punya keinginan kuat untuk menentukan kualitas seorang Putra Mahkota” jawab Seo Sang-gung yang melayani Ibu Suri. Hye-jeong menambahkan ‘bumbu’. “Ini di mulai karena skandal yang ditimbulkan oleh Putra Mahkota. Terutama setelah skandal yang terjadi dengan Pangeran Yul. Para tetua sangat marah. Dan kami sebagai seorang ibu hanya berusaha untuk mempertahankan putra masing-masing” kata Hye-jeong.

“Maafkan aku, Yang Mulia” pinta Ratu. “Aku, percaya pada Putra Mahkota. Putra Mahkota punya tanggung jawab yang besar dibandingkan dengan siapapun. Saat dia menempati posisinya, dia akan penuh dengan tanggung jawab” kata Ibu Suri. Hye-jeong tak suka mendengar hal itu. “Maafkan aku, Yang Mulia” pinta Ratu.

“Posisi sebagai seorang Raja, bukanlah ditentukan oleh orang-orang. Tapi itu adalah pilihan dari surga. Salah kalau masih harus membicarakan tentang posisi yang sudah ditentukan” tambah Ibu Suri. Hye-jeong memendam kekesalannya.

Ratu dan Hye-jeong sama-sama keluar dari kediaman Ibu Suri dengan Sang-gungnya masing-masing. “Tentang Hyo-rin, kau bertindak cepat sekali, Ratu” sindir Hye-jeong. “Ini adalah sesuatu yang akan mempengaruhi Putra Mahkota. Sebagai seorang Ibu, kenapa aku tak bisa melakukan hal itu?” jawab Ratu.

“Itu sangat menyentuh, Ratu. Putra Mahkota punya reputasi yang buruk untuk keluarga kerajaan. Apa bisa dia menjadi seorang Raja yang perhatian pada rakyatnya?” sindir Hye-jeong. “Sepertinya Ratu Agung (Hye-jeong) terlalu meremehkan kekuatan dari sebuah kejujuran” jawab Ratu. Hye-jeong kesal mendengarnya.

Raja sedang bersama Kasim Kim saat Yul masuk ke dalam. Yul bertanya apa Raja memanggilnya. Raja mengiyakan dan meminta Yul untuk duduk. Raja pun meminta Kasim Kim untuk duduk. Raja bertanya, sejak Yul masuk ke istana apa Yul menghadapi kesulitan. Yul bilang dia sama sekali tak mengalami  kesulitan. Raja kemudian berkata, mulai hari ini, Kasim Kim akan ada untuk membantu Yul melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan pada Yul. Raja berkata kalau Kasim Kim tak hanya membantu tugas-tugas Yul, tapi juga untuk mencari tahu apa saja yang dibutuhkan oleh Yul setiap hari. Kasim Kim berkata akan melakukan yang terbaik untuk membantu Yul.

Hyo-rin bertemu dengan Hye-jeong. Hye-jeong menanyakan keadaan Hyo-rin. Sepertinya keadaan Hyo-rin tak begitu baik. Hyo-rin hanya diam saja. Lalu Hye-jeong bertanya, dia dengar kalau Hyo-rin bertemu dengan Ratu. Hyo-rin mengiyakan hal itu. Seperti biasanya, Hye-jeong mencoba mengacaukan perasaan Hyo-rin.

“Hyorin, apa kau tahu... Betapa menakutkannya keluarga kerajaan itu. Mereka bisa memahami apapun yang akan mendatangkan keuntungan bagi merekaAku sangat khawatir kalau kau akan terluka” kata Hye-jeong. “Karena laporan yang tersebar luas itu, banyak orang yang akan terluka karenanya. Ini adalah saatnya untukku memperbaiki apa yang sudah kurusak” kata Hyo-rin.

“Hyo-rin? Apa maksudmu? Kau akan lebih menderita kalau kau seperti itu. Aku akan membantumu. Tak peduli apakah aku harus melawan keluarga kerajaan atau siapapun, aku akan membantumu mengatasi semuanya. Kenapa kau menyerah begitu saja? Kenapa tak bisa mengorbankan sesuatu jika kau bisa mendapatkan apa yang kau inginkan? Kau harus punya keberanian. Kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan” bujuk Hye-jeong.

“Aku tak mau membuat pilihan yang lain lagi. Selama aku menunggu, baik itu mimpi ataupun cintaku, aku pasti akan mendapatkan semua itu suatu hari nanti. Terima kasih” jawab Hyo-rin. Hyo-rin pamitan pergi dan Hye-jeong jengkel mendengarnya.

Hyo-rin ada di sebuah ruangan di hotel tempat Hyo-rin menginap sepulangnya sari rumah sakit kemarin. Dia bersama seorang wartawan dan juga Park Sang-gung. “Ya. Shin dan aku adalah teman sekolah. Dan seperti rumor yang beredar, kami berkencan selama 2 tahun” kata Hyo-rin.

“Ku dengar Putra Mahkota melamarmu?” tanya wartawan. “Ya, dia melamarku. Tapi aku menolaknya. Karena bagiku, mimpiku lebih berharga. Aku bukanlah wanita yang seperti di katakan oleh rumor yang beredar, ‘Seorang wanita yang ditinggalkan Putra Mahkota’. Aku yang memilih ini semua. Dan aku tak menyesali keputusanku” ungkap Hyo-rin. “Apa ada hal lain yang ingin kau katakan?” tanya wartawan itu lagi. “Ya. Sekarang ini aku hanya ingin jadi Hyo-rin, Sang Balerina” jawab Hyo-rin. Wartawan itu meminta ijin untuk mengambil foto Hyo-rin. Tapi Hyo-rin tak ingin gambarnya di ekspos. Hyo-rin pamitan pergi.

Sementara itu, Chae-gyeong diajari menyetir oleh Shin. Awalnya lancar. Tapi saat sampai di belokan, Chae-gyeong menyetir ngawur dan mengerem secara mendadak hingga membuat Shin terbentur ke depan mobil. Shin kesakitan dan tentu saja marah-marah karenanya. Cha-gyeong bilang dia tak bermaksud seperti itu dan kemudian bertanya apa Shin baik-baik saja.

Shin mencoba menenangkan diri dan mulai mengajari Chae-gyeong lagi. Tapi semuannya kacau. Chae-gyeong bingung karena sepanjang perjalanan Shin treus saja berteriak dan membentaknya. Shin merasa takut saat melihat aksi ugal-ugalan Chae-gyeong yang sembarangan itu. Shin berteriak kalau dia ingin turun. Tapi Chae-gyeong tak tahu bagaimana caranya menghentikan mobilnya!

Yul sedang termenung sendirian. Seo Sang-gung masuk membawakan makanan dan minuman untuk  Yul. Seo Sang-gung bilang, dia membuatkan Yeo-gan (agar-agar manis dengan isi pasta kacang merah) yang sangat disukai Yul. Seo Sang-gung berpikir tentang masa lalu dan ingin sekali membuat Yeo-gan itu.

Yul kemudian bertanya pada Seo Sang-gung, bagaimana keadaan istana selama 14 tahun dia tinggal di Inggris. Jika ayahnya masih hidup, pasti keadaan istana sekarang ini berbeda. Jika ayahnya tak meninggal, pasti dia dan Shin akan menempati posisinya masing-masing. Itulah kenapa, dia merasa menyesali kenapa ayahnya meninggal.

Seo Sang-gung turut sedih mendengar hal itu. Tul bilang, dia tak ingat kenangan apapun tentang ayahnya. Tapi kenangan tentang wajah ayahnya dan istana tua, selalu ada dalam pikirannya. Seo Sang-gung mencoba menghibur Yul agar berbesar hati. Dan bertanya, apa Yul punya masalah yang tak bisa ditanganinya.

Yul bertanya apa dia itu pantas jadi seorang Pangeran. Seo Sang-gung berkata, dia akan melakukan apapun dan memberikan apa saja yang dia miliki agar bisa membantu Yul mendapatkan posisinya kembali.

Yul sedang berbicara dengan para tetua dan juga pejabat kerajaan mengenai peninggalan sejarah yang harus tetap di jaga. Itu juga adalah pesan mendiang ayahnya yang ingin agar Yul bisa terus melestarikan budaya di negara mereka. mereka bukan boneka keluarga kerajaan yang bisa dijadikan mainan rakyat. Mereka adalah keluarga kerajaan yang punya kekuatan untuk melindungi budaya peninggalan nenek moyang mereka sendiri.

Di istana dalam, Ratu duduk berdua bersama Yul, Chae-gyeong duduk dihadapan mereka bersama Shin dan Ibu Suri duduk bersama Hye-myeong. Ratu merasa malu karena sama sekali tak ingat tentang ultah Yul. Yul berkata tak apa-apa. Saat dia tinggal di Inggris, dia sendiri juga sering lupa tentang hari ultahnya. Hye-myeong juga minta maaf karena dia juga tak tahu kapan Yul ultah. Ibu Suri bertanya, apa yang ingin Yul dapatkan di hari Ultahnya.

Yul berkata, dia pikir dia ingin mengadakan pesta dengan teman-teman sekolahnya di sebuah tempat di luar kota yang tak terlalu jauh dari istana selama 2 hari 1 malam. Jika boleh, dia ingin agar Pangeran dan Putri juga ikut kesana. Dan meminta ijin agar teman-temannya ikut juga. Ratu bertanya, kalau sebuah pesta, kenapa tak di kerjakan di istana saja.

Yul tersenyum dan berkata, sebenarnya dia juga ingin melakukan tugas akhirnya di sekolah seni. Kalau di istana dia tak bisa mendapatkan inspirasi saat melukis. Jadi dia ingin mengadakan pesta di sebuah tempat yang bisa memberikannya inspirasi untuk melukis sesuatu yang akan di kumpulkannya untuk Tugas Akhir sekolah. Hye-myeong berkata, tak ada alasan untuk menolak hal itu. Ibu Suri mengijinkan ketiganya pergi agar mereka bisa menikmati udara segar dan mmendapatkan beberapa inspirasi.

Tapi kemudian Ibu Suri bertanya, dimana mereka akan mengadakan pesta. Yul bilang ada seorang pejabat Dan Suk yang meminjamkan villa padanya. Ratu bilang dia tahu tempat itu. Tempatnya bagus dan akan menghindari kejaran pers. Yul berterimakasih pada Ibu Suri dan Ratu atas ijin dan perhatiannya. Yul memandangi Chae-gyeong dan tersenyum manis. Chae-gyeong tersenyum, tapi kemudian senyumnya hilang saat memandangi suaminya yang hanya diam saja.

Shin dan Chae-gyeong kembali ke kediamannya. Chae-gyeong mengejar Shin dan bertanya kenapa Shin tak berkata apapun. Shin bilang, pesta macam apa itu, bermalam disana selama 2 hari 1 malam. Dan dia bilang dia takkan mau ikut.

Chae-gyeong berkata, jika mereka tak pergi, nanti Yul sedih. Teman-teman Chae-yeong juga berkata kalau mereka bertiga diundang. Shin bertanya, apa Chae-gyeong ingin pergi kesana. Chae-gyeong mengiyakan. Di ultah Shin, Yul juga datang untuk Shin. Shin emosi, kenapa Chae-gyeong begitu PEDULI. Chae-gyeong bertanya, apa maksud Shin dengan kata PEDULI. Dia hanya bilang kalau dia ingin menghadiri acara ultah temannya saja. Shin marah dan masuk ke kamarnya. Chae-gyeong terus berusaha merayunya.

Hye-jeong bertemu dengan teman dekat ayah Yul yang punya perusahaan penerbitan. Hye-jeong bilang, Ratu sudah mengetahui sepak terjangnya. Dia bertanya, bagaimana mungkin dia bisa ketahuan. Hye-jeong berkata, jangan meremehkan kemampuan badan intelejen kerajaan. Dia bertanya apa yang harus dia lakukan sekarang. Hye-jeong memintanya untuk meninggalkan Korea.

Dia tak mengerti maksud Hye-jeong. Hye-jeong berkata kalau Ratu sudah mulai penyelidikan lebih dalam. Akan jadi masalah kalau kemudian Ratu menemukan dirinya. Jadi mereka harus melakukan hal ini. Setidaknya ini adalah langkah yang bisa menyelamatkan salah satu dari mereka.

Dia terus berkata kalau tak ingin pergi. Dia sudah melakukan banyak hal. Lagi pula, kalau dia tak ada disini, siapa yang akan membantu Hye-jeong. Hye-jeong berkata, untuk seseorang yang tak bisa menjaga identitasnya sendiri, bagaimana orang itu bisa membantunya. Hye-jeong tak ingin menerima walau hanya sedikit kesalahan saja.  Dia tetap ngotot dan berkata kalau dia tak ingin pergi. Hye-jeong telah melakukan semuanya karena hubungan baiknya di masa lalu dengan ayah Yul. Dan sekarang semuanya sudah berakhir. Hye-jeong pergi begitu saja.

Sementara itu, Yul bertemu dengan seorang pejabat yang memperkenalkannya pada seseorang. Orang itu bernama. Baek Cheon-ha, putra dari Baek Jun-gi. Chaeon-ha akan jadi bodyguard Yul, yang akan terus menjaga keselamatan Yul. Yul tersenyum memandang orang itu, lalu makan hidangan yang ada di depannya.

Kasim Kong melapor, kalau kepala editor Choi sudah meninggalkan negara ini. Ratu bertanya, apa Kasim Kong sudah mengecek pergerakannya. Kasim Kong bilang, berita itu saja yang di dapatnya. Ratu berkata, mulai sekarang mereka harus hati-hati dan mempersiapkan sebuah rencana. Biasanya akan ada badai yang tiba-tiba muncul saat suasana tenang.

Raja naik ke atas paviliun Myeong-seon. Dia mengamati sekitar tempat itu dan kaget saat melihat Hye-jeong juga ada disitu. Raja menghampiri dan ternyata itu hanya bayangan Hye-jeong saja. Raja mendesah karenanya. Raja berbalik hendak kembali lagi. Tapi sekarang, dia melihat Hye-jeong yang asli dengan pakaian Hanbok kebesarannya sebagai Ratu Agung. Raja ingin keluar. Tapi tangan Raja di tahan oleh Hye-jeong.

“Myeong-seon Dang (Paviliun Myeong-seon) sudah banyak berubah kan? Waktu sudah lama sekali berlalu. Ini adalah tempat kita berdua berbagi kenangan. Suatu saat, Yul ku pernah bermain disini saat dia jadi seorang cucu keluarga kerajaan. Sekarang tak mungkin semua itu kembali kan?” kata Hye-jeong. Raja hanya diam. Kemudian melangkah pergi dan turun meninggalkan Myeong-seon Dang.

Ratu sedang ngobrol berempat bersama Ibu Suri dan kedua orangtua Chae-gyeong. Ratu bertanya, apa ayah Chae-gyeong tak punya impian? Ayah Chae-gyeong berkata, impiannya adalah impian yang sederhana, yaitu menjadi seorang kepala rumah tangga yang baik yang bisa mempersiapkan semua kebutuhan istri dan anak-anaknya dengan baik. Ibu Chae-gyeong menimpali, maksudnya bukan seperti itu. Sebenarnya Ayah Chae-gyeong punya impian yang besar.

Kemudian tiba-tiba Ratu berkata, bagaimana kalau Ayah Chae-gyeong membantu mengelola Kantin Istana. Tentu saja Ibu Chae-gyeong kaget mendengarnya. Ayah Chae-gyeong merasa senang sekali karena dia akan jadi orang yang bertanggung jawab di kantin istana. Kedua orangtua Chae-gyeong sangat berterimakasih pada Ratu atas semuanya.

Chae-gyeong dan ketiga temannya hendak bersiap-siap pergi ke tempat diadakannya pesta Yul. Kang-hyeon bertanya apa benar ini mobil Chae-gyeong. chae-gyeong membenarkan hal itu. Chae-gyeong memuji mobilnya sendiri dan bilang kalau mobilnya cantik kan. Kang-hyeon bertanya apa Chae-gyeong punya surat ijin mengemudi. Chae-gyeong bilang tentu saja dia punya.

Tiba-tiba Shin datang dan turun dari mobilnya sambil menghampiri Chae-gyeong dan ketiga temannya. Shin bertanya apa benar Chae-gyeong ingin pergi dengan mengendarai mobil itu. Chae-gyeong menegaskan, tentu saja dia akan memakai mobil itu. Shin tersenyum dan berkata, bukankah Chae-gyeong belum pernah mengemudi di jalan raya sebelumnya. tapi Chae-gyeong berkata, Shin kan sudah pernah mengajarinya di jalan raya.

Shin bilang lupakan saja, itu terllau berbahaya dan meminta Chae-gyeong untuk masuk ke mobilnya. Chae-gyeong langsung berteriak dan berkata kalau dia tidak mau. Dia ingin mengendarai mobilnya sendiri. Chae-gyeong bertanya pada ketiga  temannya kalau mereka juga ingin naik mobilnya kan. Walau ragu, ketiganya menegaskan kalau mereka ingin naik mobil Chae-gyeong.


“Baiklah kalau begitu. Mengemudilah pelan-pelan. Jika ada apa-apa, hubungi aku” kata Shin kemudian. “Shin-gun, apa kau tak ingin mengendarai mobilku?” tanya Chae-gyeong. “Karena aku seorang Putra Mahkota, hidupku sangat berharga. Sampai jumpa disana” kata Shin sambil tersenyum. Chae-gyeong dan teman-temannya mulai masuk ke mobil dan hendak bergegas pergi meninggalkan istana.

Sementara itu, di luar tembok istana, Hyo-rin menanti di dalam mobil bersama Jang-gyeong. “Hyo-rin, kau bisa menolaknya jika kau tak ingin pergi” kata Jang-gyeong. “Tidak. Aku ingin pergi. Aku tak bisa bicara dengan baik dengan teman-temanku sejak insiden itu. Sekarang, aku hanya ingin hidup sama dengan orang-orang lainnya tanpa jadi tudingan orang” jawab Hyo-rin. “Baiklah. Lakukanlah apa yang kau inginkan” kata Jang-gyeong kemudian.

Tiba-tiba datang mobil Ryu-wan dan parkir di samping mobil Jang-gyeong. Kang-in ikut di mobil Ryu-wan. Ryu-wan bertanya kenapa Kang-in tak memakai mobilnya sendiri. Kang-in berkata, kalau sekarang harga bahan bakar mahal. Dia sekarang tak punya uang lebih untuk beli bahan bakar. Ryu-wan tertawa mendengarnya dan Kang-in  kemudian bertanya, ngomong-ngomong dimana Shin.

Baru saja Kang-in bertanya, Shin muncul dari belakang mengendarai mobilnya lalu mengajak mereka untuk segera pergi karena Chae-gyeong akan pergi dengan mobilnya sendiri.

Sementara itu di dalam istana, Chae-gyeong mencoba mengeluarkan mobilnya dari istana dan mengemudi dengan susah payah dan sembarangan. Tentu saja teman-temannya berteriak ketakutan dan memakinya. Katanya punya ijin mengemudi. Tapi kenapa mengemudi seperti itu. Bahkan para prajurit yang berjaga di sekitar tempat itu ikut merasa takut kalau terjadi sesuatu pada mereka berempat.

Chae-gyeong mencoba membela diri kalau ada yang aneh di mobilnya. Teman-temannya menyangkal apanya yang aneh. Chae-gyeong bilang ada sesuatu yang hilang dan itu aneh. Mereka berkata, bagaimana mungkin ada yang hiolang. Bukankah itu mobil baru. Chae-gyeong tetap ngoto bilang kalau mobilnya aneh. Kang-hyeon yang kesal karena dibohongi berkata, bukan mobil Chae-gyeong yang aneh, tapi Chae-gyeong sendiri yang aneh!

Mobil Yul datang menghampiri mereka. Sebenarnya ketiga teman Chae-gyeong berusaha membujuk Chae-gyeong untuk ikut di mobil Yul. Tapi Chae-gyeong tetap ngotot kalau dia ingin mengendarai mobilnya. Apa boleh buat, ketiganya juga tak enak hati mau membiarkan Chae-gyeong mengemudi sendirian. Chae-gyeong menyuruh Yul pergi duluan.

Mobil Chae-gyeong mulai bergerak pergi meninggalkan istana dengan pelan-pelan. Mobil Yul mengikuti di belakang mereka. Hee-sung berkata, kenapa pelan sekali. Kalau terus mengendarai seperti itu, mungkin besok pagi mereka baru sampai ke tempat pesta. Kemudian tiba-tiba Kang-hyeon berkata, kenapa tak memperhatikan peta saja. Yeong-sun berkata, bagaimana kalau mendengarkan musik agar tidak bosan. Chae-gyeong setuju. Tapi saat hendak menyalakan musik, malah tombol pembersih kaca yang dipencetnya.

Ketiganya mencoba menasehati Chae-gyeong agar lebih cepat lagi. Tapi saat Chae-gyeong hendak menambah kecepatan, yang diinjaknya justru rem. Mobil Chae-gyeong pun jadi berhenti. Yul yang ada di mobilnya tersenyum geli melihat hal itu.

Sementara itu, Shin dan teman-temannya juga Hyo-rin sudah lama menunggu di tempat itu. Tak berapa lama kemudian, barulah mobil Chae-gyeong dan Yul muncul  kemudian masuk ke villa itu. Shin langsung menghampiri mobil Chae-gyeong dan bertanya kenapa mereka lama sekali. Shin dan teman-temannya sudah menunggu hampir 3 jam di villa itu. Chae-gyeong hanya tertawa, cuma tiga jam saja. Yang penting mereka sekarang sudah sampai. Hee-sung mengeluh dan bilang kalau dia ingin muntah.

Yul keluar dari mobilnya dan disambut ketiga teman Shin juga Hyo-rin. Shin terus memperhatikan Yul. Kemudian saat Yul hendak masuk, Shin bertanya kenapa Yul bisa telat datang. Yul hanya tersenyum sambil memandangi Chae-gyeong. yul pergi sambil senyum-senyum. Shin terlihat tak suka memandang Yul.

Mereka berkumpul di dalam villa. Chae-gyeong ingin sekamar dengan ketiga temannya. Yul bilang, di villa itu dalam satu kamar hanya ada 3 tempat tidur. Jadi teman-teman Chae-gyeong memutuskan untuk tidur bertiga tanpa Chae-gyeong. chae-gyeong bisa tidur bersama suaminya. Awalnya Chae-gyeong tak mau. Tapi tak ada pilihan lain. Suaminya juga ada disitu, jadi kenapa dia harus tidur dengan teman-temannya. Shin memandang Chae-gyeong dengan grogi. Begitu pula Chae-gyeong.

Ketiga teman Shin juga hendak tidur sekamar. Teman-teman Chae-gyeong sudah mulai masuk ke dalam. Jang-gyeong menghampiri Hyo-rin dan membawakan barang-barang Hyo-rin ke kamarnya. Shin memandangi kepergian Hyo-rin dan ketiga temannya. Hanya tinggal Shin, Yul dan Chae-gyeong yang belum masuk ke kamar. Shin langsung membawa Chae-gyeong pergi ke kamarnya dengan paksa dan agak marah melihat Chae-gyeong yang terus saja memandangi Yul. Yul hanya bisa menatap kepergian mereka berdua dengan sedih.

Chae-gyeong memeriksa ruangan demi ruangan yang ada di dalam kamar mereka. dia merasa senang. Kemudian keduanya duduk berhadapan dan bicara. Chae-gyeong bilang, dia merasa malu harus berbagi ruangan bersama Shin. Shin bertanya kenapa harus malu, bukankah mereka pernah melakukannya. Chae-gyeong bilang, dia ingin sekali berada sekamar dengan teman-temannya.

Shin bertanya, apa Chae-gyeong tak suka sekamar dengan suaminya sendiri. kalau Chae-gyeong tak mau, Chae-gyeong bisa pergi ke kamar yang  lain. Chae-gyeong berkata bukan itu maksudnya. Hal yang buruk akan terjadi kalau mereka tidur dalam satu kamar. Seperti saat ada di rumah Chae-gyeong. Dan juga saat mereka menghabiskan malam pertama. Chae-gyeong tak tahu apa yang akan Shin lakukan padanya.

Tentu saja Shin marah mendengar hal itu. Apa Chae-gyeong pikir dia itu orang brengsek? Shin berkata, jika seseorang mendnegar hal ini, mereka mungkin akan berpikir kalau Shin adalah orang brengsek. Chae-gyeong malah meledeknya, Shin itu seperti binatang. Tentu saja Shin tak terima mendengarnya. Chae-gyeong bilang, siapa yang meminta Shin menciumnya seperti itu waktu itu.

Shin mencoba membela diri. Waktu Chae-gyeong diciumnya, kenapa Chae-gyeong tak menolaknya. Chae-gyeong langsung mengalihkan pembicaraan agar mereka cepat ganti baju. Yang lainnya sudah menunggu. Shin menggoda Chae-gyeong, kenapa mereka tidak ganti baju bersama. Tentu saja Chae-gyeong jadi ketakutan. Shin menggoda Chae-gyeong, bukankah mereka sudah sering berbagi ruangan, kenapa tidak melakukannya bersama. Chae-gyeong jengkel dan balik menantang Shin. Gantian Shin yang salah tingkah dan menutup matanya seketika karenanya.

“Shin-gun, kenapa kau tiba-tiba menutup matamu? Kau…Jangan lihat. Jika kau membuka matamu saat aku telanjang, berarti kau memang benar-benar orang brengsek!” ancam Chae-gyeong. “Ok. Baiklah. Aku tahu” jawab Shin. Tanpa Shin tahu, Chae-gyeong pergi sambil membawa tasnya dan pergi ke balik tembok sambil terus menggoda Shin agar jangan mengintip. Chae-gyeong senyum-senyum di balik tembok sambil meninggalkan sebuah catatan untuk Shin, lalu pergi.

Shin sudah tak tahan dan ingin membuka matanya. Lalu kemudian Shin membuka matanya dan melihat sekelilingnya. Chae-gyeong sudah tak ada di situ. Kemudian ada catatan tergeletak dibawah kakinya. Catatan itu bertuliskan, “Kau itu sedang lihat apa?”. Shin tertawa sendiri membacanya. Disitu ada foto seorang tokoh kartun yang bawahnya digambari sendiri oleh Chae-gyeong.

Hyo-rin termenung sendirian. Tiba-tiba Shin dan Chae-gyeong keluar dari kamar mereka sambil bercanda. Hyo-rin melihat mereka berdua. Teman-teman mereka yang lain sedang sibuk memasak. Mereka bertanya kenapa Shin dan Chae-gyeong lama sekali turunnya. Mereka berpikir yang macam-macam mengenai kedua pasangan itu. Kang-hyeon berkata, Chae-gyeong pasti senang sekali. Chae-gyeong dan Shin jadi salah tingkah karenanya. Chae-gyeong mengalihkan perhatian dan berkata kalau dia lapar sekali.

Selesai memasak, mereka makan bersama. Kang-hyeon memberitahu Chae-gyeong, kenapa Shin makan sedikit sekali. Chae-gyeong malu-malu, tapi sebenarnya dia mau. Chae-gyeong bertanya pada Shin yang duduk di sebelahnya dan bertanya kenapa Shin hanya makan sedikit. Shin bilang, dia tak begitu suka baunya. Chae-gyeong kemudian bertanya, bagaimana kalau dia membungkus dagingnya dengan selada. Awalnya Shin menolak, tapi akhirnya mau makan juga dengan disuapi oleh Chae-gyeong.

Hyo-rin menatap dengan kecewa. Yul juga merasa iri. Sementara yang lainnya, menyoraki kedua pasangan itu. Jnag-gyeong berkata, Shin banyak sekali berubah. Dia jadi lebih dewasa. Dengan sombongnya Chae-gyeong bilang, itu karena dirinya. Chae-gyeong bilang, laki-laki bisa juga jadi terpengaruh karena kebiasaannya bersama seorang wanita seperti dirinya.

Selesai makan, anak-anak dari kelas seni mulai melukis untuk tugas akhir mereka. yul menghampiri Chae-gyeong dan berkata, kalau ternyata gambar Chae-gyeong lebih buruk dari yang dia bayangkan. Chae-gyeong jengkel dan berkata, kalau begitu dia ingin melihat gambar Yul. Yul panik dan menghalangi Chae-gyeong untuk melihat lukisannya. Yul bilang, dia akan memperlihatkannya nanti.

Shin datang bersama teman-temannya dan melihat tingkah Yul yang mencoba menghalangi Chae-gyeong untuk melihat lukisannya. Shin menghampiri Chae-gyeong agar ikut dengannya. Dia ingin memotret Chae-gyeong. Chae-gyeong bertanya apa Yul mau ikut, Yul dengan segera menolaknya dan meminta agar Chae-gyeong pergi saja dengan Shin. Dia masih harus menyelesaikan lukisannya. Chae-gyeong langsung mengajak ketiga temannya untuk berfoto, meninggalkan Yul sendirian. Yul memandangi lukisannya dengan sedih, ternyata dia melukis wajah Chae-gyeong!

Chae-gyeong masuk ke kamarnya dan dia merasa gerah. Dia ingin mandi. Lalu mulai mencari perlengkapannya di dalam tasnya. Dia mencoba mencari perlengkapan mandinya, tapi yang ditemukannya malah celana dalam Shin! Tiba-tiba Shin datang dan masuk ke kamar sambil menyebut nama Hyo-rin. Shin sedang berbicara di telepon dengan Hyo-rin. Chae-gyeong tak mau ketahuan dan dia langsung membawa barang-barangnya masuk ke lemari. Dia juga ikut masuk dan bersembunyi di dalam lemari.

Shin duduk di tempat tidur yang terletak di depan lemari tempat Chae-gyeong sembunyi. Chae-gyeong kesal saat mendengar kalau dia akan bicara nanti kalau ketemu lagi dengan Hyo-rin. Lalu kemudian dia terkejut. Celana dalam Shin masih tertinggal di luar. Chae-gyeong mengambilnya dengan susah payah dan masuk kembali ke dalam lemari.

Shin mulai melepas bajunya satu-persatu. Dia ingin mandi. Chae-gyeong kaget saat melihat Shin yang sedang membuka bajunya di depannya. Di atas tempat tidur. Shin selesai melepas bajunya, kemudian berdiri di depan lemari tempat Chae-gyeong sembunyi. Chae-gyeong melihat pemandangan didepannya dan dia segera menutup matanya dengan tangannya. Shin telanjang di hadapannya!

Princess Hours Episode 16

Chae-gyeong dan Shin bersenang-senang di pinggir pantai. Mereka main kejar-kejaran, main pasir, bercanda, tertawa dan berfoto bersama. Shin bahkan menggendong Chae-gyeong di punggungnya. Saat hujan turun mereka masuk ke dalam mobil. Shin mengamati foto-foto yang diambilnya. Chae-gyeong tiduran di samping Shin.

“Selamat” kata Chae-gyeong. “Untuk apa?” tanya Shin. “Selamat karena kau bukan lagi Putra Mahkota Lee Shin yang terperangkap di dalam istana. Tapi kau sekarang adalah orang biasa yang bisa menghirup udara segar dengan bebas” jawab Chae-gyeong. Shin tersenyum dan kemudian memotret Chae-gyeong. Shin merangkul Chae-gyeong yang tiduran. Chae-gyeong memeluk tangan suaminya.

Kemudian mereka pergi ke suatu tempat. Chae-gyeong bertanya tempat apa itu. Shin bilang itu adalah istana musim panas. Istana dimana keluarga kerajaan biasanya menghabiskan waktu musim panas. Chae-gyeong kaget mendengarnya. Tapi dia merasa sangat senang.

Seorang pengurus istana musim panas menyambut mereka. Dia merasa senang sekali karena Shin berkunjung. Kemudian dia mengenali Bi-gung Mama alias Chae-gyeong. Dia menyampaikan salamnya. Chae-gyeong juga mengucapkan salam dan tersipu-sipu malu. Shin bilang, dia akan menginap malam ini di istana ini. Pengurus istana berkata, dia akan mempersiapkan semuanya. Lalu mempersilahkan Shin dan Chae-gyeong untuk masuk ke dalam.

Chae-gyeong membuka jendela kamarnya. Shin duduk di sampingnya. Shin tersenyum bahagia memandangi Chae-gyeong. Chae-gyeong bilang dia lapar. Dia ingin makan nasi. Tapi Shin diam saja. Dia agak kecewa. Karena sebenarnya dia ingin menikmati suasana sore itu berdua dengan Chae-gyeong. “Saat kau menginap di rumahku, bukankah aku memasakkan ramen untukmu. Kau bilang kau itu pemandu wisatanya. Harusnya kau tahu bagaimana cara untuk memasak nasi” rengek Chae-gyeong.

“Ya, aku tahu cara memasak nasi” jawab Shin. “Kalau begitu, ayo kita makan nasi sekarang. Aku lapar” bujuk Chae-gyeong. “Kalau begitu ayo kita makan nasi. Tapi sebelumnya, lihat itu dulu. Pemandangannya sangat indah” ajak Shin sambil merangkul Chae-gyeong dan meminta Chae-gyeong melihat pemandangan indah di depannya. “Aku hanya bisa melihat nasi dimana-mana. Ayo kita makan nasi” ajak Chae-gyeong.

Mereka pun akhirnya pergi berbelanja. Shin mengambil banyak barang. Tapi Chae-gyeong melarangnya. Mereka hanya berdua. Kenapa berbelanja sebanyak itu. Bahkan Shin sempat mengambil bawang bombay 1 keranjang yang biasanya berisi 10kg! Tentu saja Chae-gyeong melotot ke arahnya dan memintanya mengembalikan bawang itu. Selesai berbelanja, mereka memasak bersama sambil bercanda.

Makanan sudah siap dan mereka berdua mencicipi hasil karya mereka berdua. Ternyata rasanya enak. Keduanya mulai makan. “Shin-gun. Bolehkah aku bertanya padamu” tanya Chae-gyeong saat makan. “Ya. Bicaralah” jawab Shin. “Apa kau mengajakku kesini benar-benar untuk melihat matahari terbit? Ini tak seperti biasanya dan sedikit aneh. Mungkinkah ini perjalanan perpisahan kita?” tanya Chae-gyeong dengan berat hati.

“Apa? Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?” tanya Shin tak terima. “Suatu saat kau berkata seperti ini, Hyo-rin juga…” kata-kata Chae-gyeong dipotong oleh Shin. “Jangan batasi dirimu sendiri karena Hyo-rin. Aku sedang tak ingin mengadakan perjalanan perpisahan” kata Shin. “Perjalanan perpisahan. Itu sudah lama tren sejak dulu kan? Meskipun ini masih kurang matang, tapi rasanya tetap enak ” kata Chae-gyeong sambil mengalihkan pembicaraan dan melanjutkan makannya lagi.

“Lalu bagaimana menurutmu kalau kita hidup bersama selama 100 tahun?” tanya Shin. Chae-gyeong kaget. Dia menyemprotkan makanannya. Ada nasi jatuh di pipi Shin. Shin kesal karenanya. Chae-gyeong minta maaf pada Shin, dia sama sekali tak bermaksud seperti itu. Chae-gyeong membersihkan nasi yang menempel di wajah Shin. Shin bilang, Chae-gyeong lah orang pertama yang berani menyemprotkan nasi di wajah Putra Mahkota.

“terkadang aku ingin membiarkanmu pergi. Tapi terkadang, aku tak ingin membiarkanmu pergi. Jadi, sebelum hatiku ingin membiarkanmu pergi, beranjak dewasa bersama, itu bukan ide yang buruk” ungkap Shin. “Kenapa? Apa kau takut hidupmu jadi bosan?” tanya Chae-gyeong. Shin tersenyum. “Tidak. Karena aku merasa bahagia saat aku bersamamu” jawab Shin. Chae-gyeong tersipu-sipu malu mendengarnya.

Mereka tidur bersama. Shin terbangun dan memandangi istrinya. Dia terbangun dan terus tersenyum sambil memandangi Chae-gyeong yang tertidur dengan pulas di sampingnya. Shin kemudian tidur lagi dan meraih Chae-gyeong ke dalam pelukannya. Dia tersenyum bahagia sambil memeluk istrinya.

Keesokan harinya mereka pergi ke pantai. Cuaca mendung! Shin tak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia tak tahu kalau cuacanya akan mendung seperti itu. Kalau mendung, mereka takkan mungkin bisa melihat matahari terbit. Shin mengajak Chae-gyeong kembali lagi kapan-kapan untuk melihat matahari terbit bersama.

Chae-gyeong memandangi ekspresi kecewa Shin. “Kau tahu, melihat ekspresimu itu, aku bisa merasa kalau kau terluka dan kesepian lebih dari yang kurasakan. Jadi, mulai sekarang… mulai sekarang, aku tak bisa lagi menahan diri untuk jatuh cinta padamu” ungkap Chae-gyeong. Shin tak percaya dengan apa yang di dengarnya. Dia memandang Chae-gyeong. Chae-gyeong tersenyum balik memandangi Shin.

Mereka kembali ke istana. Shin ada di kamarnya bersama Kasim Kong. Shin memutar video yang berisi foto. Chae-gyeong masuk dan merasa tertarik ingin melihatnya. Dia menerobos masuk dan duduk di samping Shin.

“Apa ini? Komputermu juga ada remote controlnya?” tanya Chae-gyeong yang selalu saja penasaran. Dia ingin memakai remote itu. Tapi Shin tak mau memberikannya. Dia meneruskan memutar video foto nya. “Semua yang ada di istana ini otomatis. Ada pintu di ruang rahasiamu yang bisa terbuka secara otomatis. Dan sekarang komputermu juga begitu” celoteh Chae-gyeong. Chae-gyeong masih ingin menggunakan remote itu. Jadi Shin memegangi tangan Chae-gyeong dengan erat dan menyuruhnya agar diam dan melihat saja.

Tenyata Shin juga memasukkan foto-foto Chae-gyeong di dalam Video foto itu. Chae-gyeong memuji dirinya sendiri. dia bilang, dia memang cantik. Di foto dalam keadaan apapun tetap saja kelihatan cantik. Shin tersenyum meremehkan. Chae-gyeong tak terima. Dia meminta pendapat Kasim Kong dan merasa senang karena Kasim Kong juga bilang kalau Chae-gyeong cantik. Shin tertawa geli mendengar Chae-gyeong yang terus saja bicara.

Chae-gyeong panik saat sampai pada foto-foto konyolnya. Chae-gyeong ingin menghalangi agar Kasim Kong tak melihat foto-foto itu. Chae-gyeong berdiri dan menggunakan tubuhnya untuk menghalangi layar komputer yang big size itu. Kasim Kong dan Shin tertawa geli karena ulahnya. Tiba-tiba HP Chae-gyeong bunyi. Ayahnya yang meneleponnya.

Ayahnya menelepon dan berkata kalau ibunya membelikan Chae-gyeong sebuah mobil. Chae-jun senang sekali melihat mobil itu. Tapi dia kecewa karena itu mobil untuk kakaknya. Ibunya berkata itu adalah hadiah perkawinan Chae-gyeong yang belum bisa diberikan pada Chae-gyeong sewaktu Chae-gyeong menikah dulu. Sekarang ibunya adalah Ratu Asuransi. Jadi dia baru bisa memberikan hadiah pernikahan sekarang.

Ibunya minta agar Chae-gyeong memakai mobil itu dengan hati-hati. Dan lupakan peristiwa kecelakaan yang pernah menimpa Chae-gyeong dulu dengan mobil Ibu Suri. Yang pasti mobil yang diberikan ibunya itu lebih bagus daripada yang Chae-gyeong pernah dapatkan dulu. Chae-jun juga menyampaikan pesan agar Chae-gyeong hati-hati memakai mobil itu. Saat dia sudah punya SIM, dia akan meminta mobil itu.

Raja dan Ratu sedang berdua di ruang kerja Raja. Ratu menegur Raja yang terlalu keras bekerja setelah kembali ke istana dari kediaman pribadinya. Raja bilang, akan sangat senang jika Putra Mahkota bisa membantu. Ratu berkata, saat Raja tak ada Shin mengerjakan semuanya dengan baik. Seharusnya Raja percaya pada Shin. Raja berkata sekarang ini, sulit baginya untuk mempercayai Shin.

Ratu mencoba membela putranya. Putra Mahkota masih muda dan dia butuh perhatian dan juga bimbingan. Dan sekarang ini, harusnya mereka membantu Shin menentukan jalan yang benar. Raja bilang, karena insiden yang terjadi waktu itu, kelakuan Putra Mahkota sekarang diperbincangkan oleh masyarakat. Sejarah dan tradisi keluarga kerajaan juga jadi panutan masyarakat. Alasan kenapa Keluarga Kerajaan masih tetap ada, itu karena masyarakat masih memberikan kepercayaan pada keluarga kerajaan.

Ratu berkata, Raja seharusnya lebih mengerti Pangeran dengan hati yang terbuka. Ratu akan melakukan apa yang bisa dia lakukan untuk membantu Raja. Park Sang-gung datang dan berkata kalau Pangeran Yul datang. Ratu kaget mendengar kedatangan Yul. Raja dengan tenang berkata agar Yul dipersilahkan masuk.

Raja bertanya apa yang membawa Yul kesini. Yul bilang, ada yang ingin dia bicarakan dengan Raja. Yul melirik sekilas memandangi Ratu.  Ratu berkata kalau dia akan pergi. Karena sepertinya ada yang hendak mereka bicarakan berdua. Ratu menatap mereka berdua dengan rasa penasaran sebelum dia dan Park Sang-gung pergi dari ruang kerja Raja.

“Aku datang kesini untuk membicarakan tentang Festival Kebudayaan yang kita susun” kata Yul. “Ini sangat melegakan sekali. Seharusnya ini dilakukan oleh Putra Mahkota. Tapi kau melakukannya dengan baik Pangeran Hwi-seong” puji Raja.

Hyo-rin pergi ke suatu tempat. Stasiun. Dan dia duduk di sebuah bangku dan membelai ruang kosong di sebelahnya sambil tersenyum. Hyo-rin membayangkan saat dia berduaan dengan Shin di tempat itu.  “Apa kau juga kabur dari rumah?” tanya Shin. Hyo-rin ingat, mereka pergi berdua ke alam bebas. Menikmati keindahan alam di sekitarnya dan bersenang-senang hanya berdua. Hyo-rin ingat, mereka berdua menguburkan kedua tiket kereta mereka di sebuah pohon besar. Hyo-rin masih ingat pohon itu. Dia pergi kesana untuk melihatnya dan kemudian menggalinya. Dia tersenyum melihat sepasang tiket itu.

Di sekolah, banyak amurid yang membicarakan tentang Hyo-rin yang masih saja menganggap dirinya pantas untuk jadi seorang Putri Mahkota. Hyo-rin hanya bisa memendam rasa jengkelnya dalam hati. Dia terus berjalan menyusuri lorong sekolah, kemudian dia terhentak, dia melihat Shin berdiri termenung di sudut ruangan. Hyo-rin berjalan menghampirinya.

“Sama seperti sebelumnya. saat pertama kita bertemu di sekolah ini, aku tak suka teman-temanku dan aku bertemu denganmu disini. Apa kau ingat yang terjadi di Thailand? Mungkin kau mencoba untuk melupakannya. Tapi aku sangat menikmatinya. Berbelanja di Tuk Tuk (Pasar Tradisional Thailand). Bersembunyi dari Paparazzi. Aku takkan bisa melupakan semuanya. Meskipun aku hanya seperti bayangan, tapi waktu itu, aku merasa aku ini benar-benar temanmu. Terima kasih” ungkap Hyo-rin. Shin berlalu pergi. Tapi kata-kata Hyo-rin menghentikannya.

“Aku ingin bertanya padamu tentang sesuatu. Apa kau benar-benar menyukainya?” tanya Hyo-rin. “Ku rasa aku mulai jatuh cinta padanya” jawab Shin. Hyo-rin mendesah. Dia merasa kecewa. Shin melangkah pergi. Hyo-rin membasuh wajahnya di kamar mandi dan mengingat lamaran Shin dulu yang telah ditolaknya. Dia merasa menyesal telah menolak lamaran itu.

Chae-gyeong mengendap-endap di tangga sekolah. Dia melihat Shin sedang memotret. Chae-gyeong mengerjai Shin. Dia mengageti Shin. Tentu saja Shin kaget dan berteriak. Tapi Chae-gyeong hanya tertawa. “Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Chae-gyeong. Shin merangkul Chae-gyeong dan mengajak Chae-gyeong mengamati foto yang di ambilnya.

Tapi saat Chae-gyoeng hendak melihat apa yang tadi di potret oleh Shin, Shin malah mengantukkan kamera itu ke dahi Chae-gyeong. Tentu saja Chae-gyeong kesakitan karenanya. Lalu Shin menunjuk ke suatu arah. Chae-gyeong menoleh dan Shin langsung memotret Chae-gyeong. Chae-gyeong bertanya, tadi Shin memotretnya kan, karena tadi dia mendengar suara kamera. Shin menyangkalnya.

Kang-in berteriak dalam kelas dan memberitahu kalau Hyo-rin mencoba bunuh diri di toilet dengan meminum banyak pil. Semua teman-teman Shin langsung berlari menuju toilet. Sementara itu di toilet, gadis-gadis yang masuk ke toilet bingung apa yang harus mereka lakukan pada Hyo-rin yang terkapar di toilet.

Dengan sigap Jang-gyeong langsung masuk dan membopong tubuh Hyo-rin dan membawanya pergi. Kang-hyeon, Sun-yeong dan Hee-sung yang kebetulan lewat juga ikut penasaran dan menerobos kerumunan murid-murid yang berkumpul memenugi toilet. Dan mereka bertiga melihat Hyo-rin yang dibopong keluar oleh Jang-gyeong.  Jang-gyeong membopong Hyo-rin turun ke bawah. Dia berhenti sejenak saat melihat Chae-gyeong dan Shin. Keduanya kaget melihat keadaan Hyo-rin. Tapi Shin hanya diam saja. Jang-gyeong langsung terus jalan menuju ke bawah.

Shin dan Chae-gyeong pulang ke istana bersamaan. Sepanjang jalan tadi, Shin hanya diam saja. Chae-gyeong bertanya, bukankah seharusnya Shin mengunjungi Hyo-rin di rumah sakit. Tapi Shin tak mengatakan apa-apa.

Di rumah sakit, Jang-gyeong menunggui Hyo-rin dan senang saat dia lihat Hyo-rin sudah sadar. Hyo-rin ingin melepaskan baju rumah sakit itu, karena bagaimana mungkin Hyo-rin dan keluarganya bisa membayar tagihan rumah sakitnya nanti. Tapi Jang-gyeong melarangnya. Jang-gyeong bilang kalau pamannya yang punya rumah sakit itu. Dia yang akan mengurus biaya rumah sakit Hyo-rin dan meminta Hyo-rin agar jangan khawatir.

Hyo-rin memandangi Jang-gyeong dan bertanya, apa Jang-gyeong sudah tahu yang sebenarnya tentang dirinya dan sejak kapan Jang-gyeong tahu. Jang-gyeong tahu sejak awal. Kalau sebenarnya Hyo-rin itu bukanlah anak orang kaya. Dia berasal dari keluarga miskin, hanya saja karena Hyo-rin berbakat dalam balet, gurunya lah yang selama ini membayar biaya pendidikan Hyo-rin di sekolah seni paling elit di Korea itu.

Jang-gyeong meminta Hyorin agar berhenti bertindak sejauh itu. Satu-satunya yang akan terluka adalah Hyo-rin sendiri. “Apa kau pikir Shin akan kembali padamu? Jangan menunggunya. Jika dia pernah sekali saja berpikir untuk kembali padamu, dia pasti takkan menunggu sampai hari ini. Kau berubah jadi seperti ini karena dia. Tapi bayangannya pun sampai sekarang sama sekali tak terlihat disini. Cepatlah sembuh dan mulailah berlatih balet lagi” nasehat Jang-gyeong.

Kedua dayang Chae-gyeong hendak masuk ke dalam untuk mengantarkan teh. Tapi mereka melihat Chae-gyeong seperti sedang depresi, jadi mereka berdua pergi lagi.

Chae-gyeong memang sedang bingung. Dia tak tahu apa yang harus di lakukannya. Dia juga terkejut mengetahui keadaan Hyo-rin. Chae-gyeong bertanya pada dirinya sendiri. apa ini semua karena dirinya. Dia hanya bisa mendesah. Kemudian Chae-gyeong bangkit dari tempat duduknya dan memandang ke kamar Shin. Dia merasa lebih sedih lagi melihat keadaan Shin juga sedang bingung.

Chae-gyeong berjalan-jalan di sekitar kediamannya dan melihat Yul duduk di sebuah bangku taman. Dia menghampiri Yul dan bicara dengan Yul. Yul bilang dia juga sangat terkejut melihat keadaan Hyo-rin. Dia tak menyangka Hyo-rin bisa nekat melakukan hal itu. Chae-gyeong bertanya pada Yul, kenapa Hyo-rin melakukan hal itu. Apa itu karena dirinya? Jika saja dia tak pernah ada antara Shin dan Hyo-rin, mungkin Hyo-rin tak kan melakukan hal itu. Atau mungkin Hyo-rin merasa menderita karena Shin.

Yul bilang dia tahu apa yang dirasakan Hyo-rin. Pikirannya ingin menyerah akan perasaannya pada Shin. Tapi perasaan cintanya pada Shin malah semakin kuat. Tapi sebenarnya hal itu tak perlu dilakukan Hyo-rin. Tiba-tiba Yul berkata agar Chae-gyeong mau mengembalikan posisi Hyo-rin. Chae-gyeong kaget dan memandangi Yul. Dia tak mengerti apa maksud Yul.

Yul berkata, sejak awal, posisi itu milik Hyo-rin. Sebelum Shin turun tahta, tak mungkin bagi Shin untuk bercerai. Jadi sebaiknya Chae-gyeong yang pergi lebih dahulu. Chae-gyeong bilang, akhir-akhir ini Shin memperlakukannya dengan baik. Tapi Yul terus saja meracuni pikiran Chae-gyeong dengan berkata, meskipun dia tak tahu apa Shin sudah membuka hatinya untuk Chae-gyeong atau tidak, tapi yang jelas, Shin merasa lebih bahagia saat bersama Hyo-rin daripada saat bersama dengan Chae-gyeong. Pada akhirnya, Shin akan kembali pada Hyo-rin lagi.

“Tapi, dia menikah denganku. Bercerai dengannya akan membuat Shin semakin sulit” kata Chae-gyeong. “Itu adalah masalah yang harus diatasi oleh Shin. Hyo-rin telah melewati waktu yang berat untuk mengatasi cintanya. Mungkin ini harus segera diakhiri. Kita harus kembali pada posisinya masing-masing. Posisi kita yang sebenarnya” kata Yul.

Ratu sedang melihat-lihat foto bersama Kasim Kong dan juga Park Sang-gung. Ratu bertanya itu foto siapa. Kasim Kong bilang, itu adalah foto teman baik mendiang Raja Hyo-ryul (Ayah Yul). Dia adalah pemilik sebuah perusahaan media. Hye-jeong menjumpai orang itu saat pertama kali pulang ke Korea. Setelah diamati, semua kegiatan Hye-jeong berasal dari orang itu. Ratu mengerti sekarang. Jadi kabar dari Thailand, mungkin juga berasal dari orang itu. Kasim Kong mengiyakannya. Paparazzi yang mengejar Shin di Thailand juga mungkin dikirim olehnya. Semua masalah yang timbul akhir-akhir sini mungkin diawalai dari Hye-jeong. Ratu merasa puas dengan hasil penyelidikan Kasim Kong.

Kemudian dia melihat foto Hye-jeong yang sedang minum the bersama Hyo-rin. Ratu berkata pada Park Sang-gung dan meminta Park Sang-gung mencari informasi lebih detail lagi tentang Hyo-rin. “Kau benar-benar tak bisa melihat melalui hati seseorang. Bagaimana dia jadi begitu jahat dan sangat egois dengan hasratnya sendiri” ungkap Ratu.

Ratu menoleh lagi ke Kasim Kong, “Bagaimana jika anak ini, Pangeran terlibat dalam skandal yang lain lagi? Itu akan jadi ancaman untuk Pangeran. Jadi aku mohon bantuanmu untuk mengatasi masalah ini” pinta Ratu. “Ya, saya mengerti Yang Mulia Ratu” jawab Kasim Kong.

Chae-gyeong berbicara berdua dengan Choi Sang-gung. Chae-gyeong memuji penampilan Choi Sang-gung yang cantik dan punya bentuk tubuh yang indah. Pasti banyak orang yang menyukai Choi Sang-gung. Choi Sang-gung tersipu-sipu malu tapi dia berhasil mengatasi perasaan itu. Choi Sang-gung bertanya pada Chae-gyeong apa yang sebenarnya ingin Chae-gyeong ceritakan padanya.

Chae-gyeong bilang, ini bukan cerita tentang dirinya. Ini cerita tentang salah seorang teman Hee-sung. Chae-gyeong bilang gadis itu(sebut saja Mrs. C) sedang memasuki masa yang sulit. Mrs. C punya seorang pria yang disukai (Mr. S) tapi dia tak tahu apakah Mr. S mencintainya atau tidak. Jadi dia benar-benar tak mengerti. Dan Mr. S punya seorang gadis lain yang disukai (Mrs. H). Mrs. H tak mau melepaskan Mr. S dan semuanya jadi kacau karena itu.

Mrs. C tak tahu bagaimana perasaan Mr. S yang sebenarnya dan dia merasa kalau mungkin sebaiknya dia menyerah saja. Apakah Mrs. C harus menyerahkan kembali Mr. S pada Mrs. H. Apa benar kalau harus seperti itu.

“Bi-gung Mama, kau harus mempercayai hatimu. Jika kau merasa seperti itu, lakukanlah seperti itu. Ini adalah masalah prinsip kejujuran” nasehat Choi Sang-gung. “Sudah kubilang padamu, ini bukan cerita tentang aku. Tapi ini cerita tentang Sun-yeong” sangkal Chae-gyeong. Padahal Choi Sang-gung tahu pasti itu adalah masalah Chae-gyeong. Karena pada awalnya Chae-gyeong bilang ini masalah Hee-sung. Tapi sekarang berubah jadi masalah Sun-yeong.

“Yang lebih baik adalah mengakui perasaanmu, Yang Mulia” kata Choi Sang-gung. “Sudah kubilang, ini bukan ceritaku. Itulah kenapa aku tak tahu perasaanku” sangkal Chae-gyeong lagi. Dia menutupi wajahnya. Perasaannya tak karuan setelah ketahuan bohong.

Shin ada di rumah sakit tempat Hyo-rin di rawat. Awalnya dia ragu apa dia harus buka pintu atau tidak. Hyo-rin sedang duduk termenung sendirian saat Shin masuk ke dalam. “Apa kau sangat membenciku? Cukup, jangan lakukan apapun” kata Shin. Hyo-rin tersenyum.

“Kau tahu cinta pertama Romeo? Cinta pertama Romeo bukanlah Juliet tetapi Rosaline. Romeo jatuh cinta pada Rosaline dan cinta itu bertepuk sebelah tangan. Dan tentu saja dia menderita karena hal itu. Saat bertemu dengan Juliet di sebuah pesta, Romeo jatuh cinta pada pandangan pertama. Rosaline dilupakan begitu saja. Orang-orang hanya tahu tentang Romeo dan Juliet, mereka tak pernah tahu siapa Rosaline. Dalam arti lain, Rosaline itu hanyalah pelengkap. Dia adalah cinta pertama yang hilang begitu saja seiring hadirnya cinta yang baru” cerita Hyo-rin.

Hyo-rin bangkit dari duduknya dan menghampiri Shin. “Romeo, kenapa cintamu begitu tak pasti. Bagaimana kau bisa berubah begitu cepat?” tanya Hyo-rin. “Maafkan aku” ucap Shin. Shin pergi begitu saja meninggalkan Hyo-rin.

Chae-gyeong tiduran sambil menepuk-nepuk bantal Shin. Chae-gyeong mengintip ke kamar Shin dan melihat Shin sedang termenung di kediamannya. Chae-gyeong mengintip. Dia hendak masuk, tapi merasa ragu. Chae-gyeong pun pergi lagi.

Yul menghampiri ibunya yang sedang berdandan. “Aku akan mengunjungi Hyo-rin, kenapa kita tidak pergi bersama?” tanya Hye-jeong. “Hyo-rin terlalu menyedihkan” kata Yul. “Ya, aku tahu. Makanya, ayo kita pergi ke rumah sakit sama-sama sekarang. Jika kita menggenggam kartu terlalu lama, kta akan mulai diserang balik. Jadi sekarang saatnya membuang kartu itu” kata Hye-jeong.

“Kau mudah sekali mengatakan kalau seseorang itu penting, beberapa saat kemudian kau bisa bilang orang itu tidak penting lagi. Itu mengerikan” kata Yul. “Apa yang kau katakan?” tanya Hye-jeong. “Jika kita bertemu lebih awal, Hyo-rin mungkin takkan seperti ini. Itulah kenapa orang-orang bisa tidak beruntung karena kita terlambat bertemu mereka” sindir Yul. “Kau, apa maksudmu?” tanya Ibunya. “Maaf, Bu. Aku sedang tak ingin mengunjungi siapapun” kata Yul sambil pergi meninggalkan ibunya.

Chae-gyeong ada di rumah sakit mengunjungi Hyo-rin. Dia melihat ke kamar Hyo-rin, tapi Hyo-rin tak ada. Ternyata Hyorin baru saja keluar dari kamarnya. Hyo-rin terkejut saat melihat Chae-gyeong yang berdiri di depan kamarnya. Chae-gyeong menanyakan kabar Hyo-rin. Hyo-rin dengan sinis berkata kalau dia tak ingin bertemu dengan Chae-gyeong. Chae-gyeong ingin masuk ke dalam, tapi begitu masuk, Hyo-rin langsung menutup pintu kamarnya. Chae-gyeong hanya bisa mendesah karena kecewa.

Park Sang-gung masuk ke dalam ruangan Ratu saat Ratu sedang berdua bersama Hye-myeong. Park Sang-gung melaporkan kalau Hyo-rin baru saja bunuh diri dan sekarang berada di rumah sakit. Hye-myeong kaget mendengar nama itu. Ratu memandangi Hye-myeong dan bertanya apa Hye-myeong mengenal Hyo-rin.

Hye-myeong berkata, Hyo-rin itu mantan pacar Shin. Dari yang dia tahu, Hyo-rin itu anak yang kurang beruntung. Meskipun dia berasal dari keluarga yang berantakan, tapi dia tak pernah menyerah pada mimpinya. Dia menari balet dengan keras dan sekarang dia jadi seorang balerina hebat yang menerima banyak perhatian. “Dia mencoba bunuh diri, itu pasti Shin melukainya sangat dalam. Dia bukanlah orang yang lemah” kata Hye-myeong.

Ratu menghela nafas. Belum selesai masalah yang satu sudah datang lagi masalah yang lain. Ratu benar-benar tak tahu apa yang harus dilakukan. Hye-myeong bilang, ini situasi yang sangat serius. Ratu bilang, situasi seperti itu tak boleh bertambah besar. Ratu bertanya pada Park Sang-gung apa Hyo-rin masih ada di rumah sakit, Park Sang-gung membenarkan hal itu.

Hye-jeong sedang berduaan dengan Hyo-rin di sudut rumah sakit. “Kau tahu gosip apa yang eredar di dalam istana? Sekarang sedang di diskusikan tentang kualifikasi seorang pangeran. Itu mungkin akan bisa menyingkirkan posisi Putra Mahkota” cerita Hye-jeong. “Memikirkan Shin membuatku merasa khawatir. Jika dia diturunkan posisinya, siapa yang bisa mendampinginya? Memikirkan Shin membuatku benar-benar khawatir. Jika dia diturunkan dari tahtanya, siapa lagi yang bisa bersama dengannya? Sesekali aku berpikir, apa dia akan sendirian. Aku benar-benar merasa khawatir” kata Hye-jeong. “Ada Chae-gyeong bersamanya” jawab Hyo-rin.

“Pernikahan mereka hanya pernikahan politik, hanya pernikahan paksa dengan balasan agar keluarga Chae-gyeong terhindar dari kemiskinan. Apa pernikahan seperti itu akan bisa dipertahankan? Terutama saat diturunkan dari tahtanya. Dari apa yang kulihat, sepertinya mereka berdua sama sekali tidak saling menyukai. Itu mungkin karena rumor yang beredar akhir-akhir ini. Jadi mereka berusaha menunjukkan pada orang-orang kalau hubungan mereka tidak apa-apa. Shin adalah anak yang sangat bertanggung jawab. Mungkin dia bersama dengan Chae-gyeong karena merasa bertanggung jawab. Ini akan jadi kali pertama seorang Putra Mahkota turun tahta. Ini akan jadi pukulan hebat bagi Shin. Jadi bagaimana mungkin gadis bodoh seperti dia bisa membuat Shin merasa nyaman dalam mengatasi situasi seperti itu? Dia akan kembali ke sisimu” ceramah Hye-jeong panjang lebar.

“Tapi jika hal itu terjadi, akan sulit bagi Shin dan akan sulit juga untukku” kata Hyo-rin. “Kau tahu apa yang paling mudah untuk menuju surga? Adalah pengetahuan untuk tahu dimanakan jalan menuju surga itu berada. Ini adalah neraka yang harus kau lalui untuk menuju surga. Kau harus mengatasinya. Jika kau bisa mengatasinya, kau bisa dapatkan apapun yang kau inginkan” tambah Hye-jeong.

Chae-gyeong mengintip ke kamar Shin. Shin sedang membaca buku. Chae-gyeong berdehem dan membuat Shin menoleh. Chae-gyeong masuk dan duduk di kursi samping Shin. Chae-gyeong meraih Alfred yang ada di samping Shin, hingga membuat buku yang dibaca Shin jatuh ke bawah.

“Shin-gun” hanya itu yang diucapkan Chae-gyeong. “Katakan. Kau mau bicara apa?” tanya Shin. “Kau pergi mengunjungi Hyo-rin kemarin, kan? aku tahu kau pergi kesana. Aku juga kesana hari ini” kata Chae-gyeong. Shin melotot menatap Chae-gyeong. “Kenapa kau pergi ke sana?” teriak Shin. “Apa?” tanya Chae-gyeong yang kaget mendengar teriakan Shin.

“Karena kau dia ada di sana, tentu saja kita harus mengunjunginya, kan?” jawab Chae-gyeong. “Akan kulakukan urusanku sendiri” teriak Shin sambil melangkah pergi meninggalkan Chae-gyeong. “Kenapa kau begitu marah?” tanya Chae-gyeong yang tak terima sedari tadi terus saja dibentak oleh Shin. “Aku tak suka kau mencampuri urusan yang bukan urusanmu” jawab Shin.

Ibu Suri sedang sibuk dengan tanamannya. Seo Sang-gung masuk sambil membawa surat kabar. “Yang Mulia” sapa Seo Sang-gung. Seo Sang-gung memberikan korannya pada Ibu Suri. Ibu Suri membacanya dan terkejut. Beritanya sungguh mengerikan. Seorang murid sekolah mencoba untuk bunuh diri. Ibu Suri kaget dan kemudian pingsan. Seo Sang-gung terus berteriak memanggil-manggil Ibu Suri.

Hye-jeong menelepon rekannya dan berkata kalau mereka perlu menciptakan skandal lagi dan melakukan apa saja hingga musuh mereka kalah. Mereka hanya punya satu kesempatan. Dan harus menggunakan kesempatan itu sebaik-baiknya. Yul mendengar semua itu dari beranda. Dia hanya bisa menghela nafas panjang.

Raja marah-marah pada Shin. Setelah satu masalah belum selesai, timbul lagi masalah yang lain. Ini mungkin hanya salah paham. Ini mungkin hanya rumor. Tapi apa hanya itu yang bisa dilakukan? Raja terus saja bicara panjang lebar tapi Shin hanya bisa diam. Raja membentak Shin agar bicara. Tapi Shin tetap bungkam.

Hye-myeong mencoba membela adiknya. Shin sedang bingung sekarang, jadi dia tak bisa mengatakan apapun. Hye-myeong minta ayahnya agar tenang dan biarkan Shin berpikir agar dia tahu apa yang harus dikatakannya. Raja membentak Shin dan minta Shin bicara. Ratu mencoba menenangkan suaminya. Shin akhirnya berkata, kalau dia tak ingin bicara apa-apa.

Karena Shin tak mau bicara apa-apa, maka Raja menganggap kalau semua berita itu benar adanya. Raja kesal karena Shin terus saja membuat masalah. Hye-myeong terus mencoba membela adiknya. Dia bilang ini bukan kesalahan Shin. Ini adalah kesalahan seseorang yang mencoba membesar-besarkan masalah yang sepele. Raja menyangkal pembelaan Hye-myeong. Raja bilang, semua ini sudah tak bisa diatasi lagi. Raja terus memaki Shin. Kalau seperti ini terus, bagaimana mungkin Shin layak jadi seorang Raja. raja mengusir Shin pergi. Hye-myeong hanya bisa pasrah.

Chae-gyeong ternyata sedang menguping. Dia merasa serba salah. Saat dia berbalik, dia melihat Yul yang berjalan menghampirinya. Shin mendekat dan melihat mereka. Chae-gyeong memanggil Shin. Tapi Shin terus saja berjalan menjauh. Chae-gyeong berusaha menghentikan langkah Shin, tapi Shin mengibaskan tangan Chae-gyeong. chae-gyeong hanya bisa memandangi kepergian Shin. Yul mengikuti kemana mereka berdua.

Yul berdiri di belakang Chae-gyeong. “Biarkan Shin pergi” kata Yul. “Tapi…” kata Chae-gyeong dengan kecewa. “Chae-gyeong, masalah ini hanya bisa diatasi oleh Shin dan Hyo-rin” nasehat Yul. “Ini pertama kalinya aku melihat Shin dengan begitu banyak masalah. Jika aku meninggalkannya sendirian, kurasa itu akan berat untukku” kata Chae-gyeong.

“Jika kau pergi, kau akan dilukai Shin lagi. Shin bukanlah orang yang peduli pada kondisi seseorang” tambah Yul. “Tak apa jika aku terluka. Shin sering terluka karena dia sendirian. Jadi, aku tak ingin meninggalkan dia sendirian lagi” ucap Chae-gyeong. Chae-gyeong melangkah pergi menyusul Shin. “Tak bisakah kau melihatku? Kenapa kau tak bisa melihat hatiku yang terluka karenamu?” kata Yul dengan pilu.

Chae-gyeong mengejar Shin. Dia meminta Shin agar mau minta maaf. Hanya melarikan diri seperti ini sungguh kekanak-kanakn. Tapi Shin kesal. Dia bilang, sudah cukup apa yang dilakukannya. Semuanya sudah berakhir. Shin pergi dengan mobilnya keluar istana tanpa mempedulikan Chae-gyeong yang terus saja berteriak.

Chae-gyeong duduk di depan kediamannya hingga malam tiba. Dayangnya keluar dan memintanya untuk masuk ke dalam karena udaranya dingin sekali. Chae-gyeong terus saja memikirkan keadaan Shin.

Hyo-rin sudah keluar dari rumah sakit. Dia ada di sebuah kamar mewah. Hyo-rin sedang mengamati tiket miliknya dan Shin yang dulu dikuburnya. Hyo-rin tersenyum simpul. Tiba-tiba HP-nya berdering. Hyo-rin mengangkatnya dan bicara dengan sopan dengan seseorang dan berkata kalau dia tak apa-apa.

Hye-jeong hendak bertemu Ibu Suri dan minta dayangnya untuk mengumumkan kedatangannya. Tapi dayang yang berjaga di kediaman Ibu Suri berkata kalau Ibu Suri bilang, dia sedang tak ingin bertemu dengan siapapun. Hye-jeong berlalu pergi. Di tengah jalan, rombongan Hye-jeong bertemu dengan Ratu.

Ratu bertanya dimana anak itu. Hye-jeong tak mengerti maksud Ratu. Hye-jeong berkata, sejujurnya dia penasaran dengan anak itu. Hye-jeong pikir, Hyo-rin itu anak yang baik. Dia tak mengerti kenapa Pangeran mencampakkan anak itu dan menikah dengan Chae-gyeong. Mungkinkah Pangeran sekarang menyesali tindakannya itu?

Ratu tak mau kalah. Ratu bilang, dia juga akan segera bertemu dengan anak itu. Dia akan tahu semuanya saat dia bertemu dengan Hyo-rin. Ratu berlalu pergi meninggalkan Hye-jeong.

Di kediamannya, Ratu meminta Park Sang-gung untuk menghubungi Hyo-rin. Park Sang-gung segera menyerahkan telepon itu pada Ratu setelah tersambung ke Hyo-rin. Hyo-rin menjawab telepon itu dan mulai bicara dengan Ratu untuk pertama kalinya.

Sementara itu, Hye-jeong mencoba menghubungi seseorang. Tapi sayangnya, teleponnya tidak mau tersambung. Sepertinya Hye-jeong juga mencoba menelepon Hyo-rin.

Chae-gyeong sedang ngobrol berdua dengan Yul “Aku tak ingin terlalu bersandar padamu. Tapi semuanya selalu berakhir seperti itu” kata Chae-gyeong. “Kapanpun kau butuh kau, aku suka kalau kau bersandar padaku” jawab Yul “Aku sangat marah hingga aku pergi ke rumah sakit. Aku merasa menyesal dan benar-benar minta maaf. Tapi sekarang aku tak bisa mengerti. Tapi seharusnya semua tak harus seperti ini. Jika kau mencintai seseorang, harusnya kau tak membuat orang itu jadi susah” kata Chae-gyeong.

“Kau tak kan tahu bagaimana rasanya saat kau menginginkan sesuatu tapi kau tak bisa mendapatkannya. Jika kau membuat Shin jatuh dalam masalah, bukankah itu berarti kau mendapatkannya?” kata Chae-gyeong. “Kau juga menginginkan hati Shin” kata Yul. “Meskipun benar seperti itu, aku takkan memaksakan apa yang tak bisa kumiliki” jawab Chae-gyeong. Airmata mulai memenuhi matanya.

“Apa kau sekhawatir itu?’” tanya Yul. Airmata Chae-gyeong sudah mulai jatuh. “Kurasa membantunya mengatasi masalah dan ada disisinya membuatku merasa lebih baik. Karena dia tak ada disini aku merasa sekarat dan khawatir” ungkap Chae-gyeong. Yul sedih sekali mendengarnya.

Sementara itu, di kediaman Hye-jeong, Hye-jeong marah besar karena belum bisa menemukan Hyo-rin daritadi.

Shin masih menyetir di luar sana. Hyo-rin termenung di kamarnya. Yul pun juga memikirkan sesuatu di beranda kediamannya. HP Shin berbunyi. Shin segera mengarahkan mobilnya ke suatu tempat. Shin mengetuk pintu, Hyo-rin muncul dari dalam pintu itu. Sementara Chae-gyeong masih terus bersedih di kamarnya memikirkan Shin.