Minggu, 01 Mei 2011

Princess Hours Episode 10

Ratu mondar-mandir di kediamannya. Dia masih khawatir memikirkan keberadaan Chae-gyeong. Ratu masih menunggu kabar dari Choi Sang-gung dan Park Sang-gung. Beberapa saat kemudian Park Sang-gung datang. Dia membawa kabar dari badan intelejen istana mengenai keberadaan Chae-gyeong. Badan intelejen mengatakan, dari sumber yang bisa dipercaya, mereka melihat Putri Mahkota pergi dari sekolah bersama seorang pria.

Di rumah kaca, Yul dan Chae-gyeong sudah ada di dalam mobil. Tiba-tiba HP Yul berbunyi. Ibu Yul yang menelpon. Dia bertanya dimana Yul sekarang. Yul bilang kalau dia ada di rumah kaca di taman botani. Ibunya tahu Yul sedang ada disana bersama Chae-gyeong.

Ibunya tak mau tahu apa alasan Yul pergi berdua bersama Chae-gyeong. Tapi Yul dan Ibunya harus tetap tenang. Mereka sudah memulai perangnya. Perang yang tak tahu kapan berakhirnya dan tak bisa menjamin apa mereka bisa menang atau tidak. Mereka harus selalu berjaga-jaga dan berhati-hati. Mereka harus tetap terjaga saat musuh sedang terlelap. Meskipun seperti ini, hal itu akan jadi perang yang sangat berat dan lama yang tak bisa menjamin kemenangan mereka.

Itu berarti kalau Yul tak punya waktu luang untuk bermain-main dengan membawa gadis bodoh yang sekarang adalah istri dari sepupunya ke taman botani. Istana sedang kacau karena Putri menghilang. Hal itu akan jadi masalah uat Yul kalau mereka menemukan Yul bersama dengannya. Jadi Yul harus segera pulang ke rumah sekarang juga.

Yul bilang dia mengerti maksud Ibunya. Dan dia bilang dia akan segera pulang. Chae-gyeong bertanya siapa yang menelpon. Tapi Yul hanya diam saja.

Di bandara Thailand, Shin kaget melihat dua orang pengawalnya ada di depannya. Shin bertanya berapa lama waktu yang dia miliki. Mereka bilang sekitar 30 menit. Mereka bilang sejujurnya waktunya sangat mepet untuk konferensi pers-nya. Apalagi lalu lintas Bangkok terkenal buruk. Mereka bilang mereka akan meminta bantuan kepolisian Thailand. Tiba-tiba pandangan Shin terbentur pada sebuah motor balap.

Shin memacu motornya di jalanan di Thailand diiringi 2 pengawalnya yang setia menjaganya.

Di tempat konferensi pers, Sekretaris Kim melaporkan pada Kasim Kong kalau Shin dan pengawalnya sedang dalam perjalanan menuju kemari dengan naik motor karena banyak jalan yang ditutup sehubungan dengan adanya festival. Dan mereka akan sampai sekitar 10 menit lagi.

Panitia acara datang dan mengatakan kalau waktu yang mereka miliki hanya tinggal 5 menit saja. Kasim Kong akan mengambil alih jalannya acara untuk sementara sambil menunggu kedatangan Shin.

Kasim Kong mengatakan pada para hadirin, sebelum memulai wawancara, mereka akan menunjukkan video tentang Putra Mahkota terlebih dahulu. Kasim Kong memutar video tentang kebudayaan di Korea.

Sementara itu, Shin terjebak di tengah keramaian festival. Mereka tak bisa lewat. Jalanan di tutup karena banyak rakyat turun ke jalan mengikuti festival tahunan itu. Para pengawalnya mencoba mencari jalan tapi tak ketemu. Shin mengamati daerah di sekelilingnya. Kemudian dia melihat sebuah sungai.

Di tempat konferensi, Kasim Kong menunggu dengan gelisah. Sekretaris Kim melaporkan kalau mereka terjebak di jalanan karena adanya perayaan festival. Mereka mungkin tak bisa lolos dari sana sampai acara berakhir. Mereka mungkin akan membutuhkan waktu sekitar 50 menit untuk sampai di situ.

Shin menuju ke sungai dengan salah seorang pengawalnya. Kemudian Shin naik ke sebuah perahu dan menyusuri sungai. Tak berapa lama kemudian mereka sudah sampai. Shin tersenyum senang karenanya. Shin mengucapkan terimakasih pada gadis pengemudi perahu itu. Gadis itu tahu Shin Pangeran dari Korea. Shin tersenyum sambil mengangguk.

Shin naik ke darat. Tapi kemudian dia melepas jam tangannya dan memberikannya kepada gadis itu. Awalnya gadis itu menolak. Tapi Shin ingin gadis itu memiliki jam tangannya karena sudah menolongnya. Akhirnya gadis itu pun menerimanya. Gadis itu juga memberikan sebuah karangan bunga untuk Shin. Shin senang menerima pemberian itu.

Kasim Kong menunggu dengan gelisah. Sekretaris Kim datang membawa kabar baik. Shin baru saja tiba. Kasim Kong merasa lega karenanya. Panitia acara mengatakan waktu yang tersisa hanya 1 menit.

Yul dan Chae-gyeong tiba di istana. Choi Sang-gung dan kedua dayang setianya berlari menyambut kedatangan Chae-gyeong. Chae-gyeong turun dari mobil dengan lesu. Apalagi dia juga melihat Sang-gung Ratu yang berdiri di sebelah Choi Sang-gung. Choi Sang-gung mengatakan kalau Ratu sedang menunggu Chae-gyeong sekarang.

Kasim Kong sedang membantu Shin bersiap-siap. Shin bercerita kalau dia baru saja beraksi layaknya sebuah film aksi. Judulnya ‘Ong Bak Ga Onr Li’. Kasim Kong memandangi Shin. Dia tak mengerti apa maksud Shin.

Konferensi Pers pun di mulai. Tepuk tangan dan lampu blitz mengiringi kedatangan Shin di ruang konferensi. Shin membawa topeng pemberian Hyo-rin dan meletakkannya di sampingnya. Shin mengatakan, Republik Korea dalam bahasa Thai adalah “Ga Onr Li”. Ga Onr Li dalam bahasa Korea berarti terhormat dan indah. Shin datang dari sebuah Negara yang terhormat dan indah. Shin berasal dari Negara yang terhormat dan indah dan merasa senang bisa datang ke Negara Thailand yang punya sejarah yang panjang dan bunga yang indah, katanya sembari memperlihatkan karangan bunga yang didapatnya dari gadis perahu..

“Putri, apa kau tak punya otak? Semua orang punya aturan sendiri dalam hidupnya, mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak. Seorang murid harus melaksanakan tugasnya sebagai murid. Seorang prajurit juga harus melaksanakan tugasnya sebagai prajurit. Apa kita harus melalaikan tugas kita sendiri?” hardik Ratu di kediamannya. Chae-gyeong hanya menggeleng sambil tertunduk. Yul duduk di kursi disampingnya.

“Keluarga Kerajaan punya aturan sendiri yang disebut hukum. Dan orang tak bisa seenaknya melanggar hukum itu. Hukum itu dibuat untuk dipatuhi secara serius. Apa kau mengerti?” lanjut Ratu. Chae-gyeong hanya mengangguk.

“Kenapa kau buat aku khawatir sepanjang hari?!” omel Ratu. Chae-gyeong hanya bisa meminta maaf untuk kesalahannya itu. Yul mencoba membela Chae-gyeong. Tapi Ratu ingin agar Yul tak ikut campur untuk membela Chae-gyeong. Yul bilang dia yang mengajak Chae-gyeong. Chae-gyeong ingin minta ijin pada awalnya. Tapi Yul bilang itu tak perlu dan langsung mengajak Chae-gyeong pergi begitu saja.

“Hwi-seong Gun, Putri adalah calon ibu Negara. Meskipun aku tak tahu bagaimana cara orangtua putrid mendidiknya, atau bagaimana cara dia hidup, dia harus mematuhi hokum istana karena dia menikah dengan keluarga kerajaan. Apa kalian mengerti?” tambah Ratu.

Chae-gyeong hanya bisa mengangguk. Hanya itu yang bisa dilakukan oleh Chae-gyeong. Ratu minta agar Chae-gyeong lebih bisa mengendalikan dirinya. Itulah yang harus dimiliki oleh seorang keluarga kerajaan. Chae-gyeong harus ingat hal itu dan menyimpannya dalam hati. Tiba-tiba seorang dayang melaporkan kalau Ibu Suri sedang menunggu Ratu.

Sebelum Ratu beranjak pergi, dia mengatakan pada Chae-gyeong kalau Chae-gyeong tak boleh pergi sebelum menerima perintah darinya. Ratu ingin Chae-gyeong memikirkan lagi kesalahan yang sudah dibuatnya.

Chae-gyeong kembali ke kediamannya. Yul mengikuti di belakangnya. Dua orang dayang Chae-gyeong juga ikut kembali bersama Chae-gyeong. Yul meminta maaf. Chae-gyeong hanya tersenyum kemudian membalikkan badan dan masuk ke kediamannya. Yul memandangi kepergian Chae-gyeong dengan sedih.

Saat Chae-gyeong masuk, ternyata keluarganya ada di dalam. Tentu saja Chae-gyeong terkejut. Tapi dia merasa senang mereka semua ada disitu. Tangis Chae-gyeong pecah di pelukan ibunya. Chae-gyeong memeluk ayah, ibu dan adiknya satu persatu sambil menangis. Kemudian mereka saling berpelukan. Kedua dayang Chae-gyeong ikut menangis menyaksikan kejadian itu.

Kasim Kong melayani Shin sambil membacakan puisi lama. Dia bilang dia merasa sangat khawatir saat menunggu kedatangan Shin tadi. Kasim Kong minta agar situasi seperti itu tak terjadi lagi. Kalau hal itu terjadi lagi, Kasim Kong tak tahu berapa lama dia bisa bertahan hidup. Shin mengerti. Dia akan mencatatnya baik-baik.

“Kau pernah bilang kalau aku ini adalah langit, kan? Tapi bagiku, kau adalah langitku. Kau tak perlu memakai kata-kata formal karena kita sama posisinya. Semuanya sudah berakhir sekarang. Pergilah dan istirahatlah. Kau pasti sangat lelah. Aku juga lelah” kata Shin. Kasim Kong mengiyakan perkataan Shin.

Di apartemen, Ibu Yul menyiapkan camilan dan teh untuk mereka berdua. “Ibu, kumohon jadikanlah aku sebagai Raja” ungkap Yul tiba-tiba. Ibunya kaget mendengar ungkapan hati Yul itu.

Chae-gyeong keluar dari kediamannya. Dia bertanya pada dayangnya apa matanya terlihat bengkak? Dayangnya tersenyum dan mengatakan, mata Chae-gyeong memang bengkak. Tapi Chae-gyeong masih terlihat cantik. Kemudian Chae-gyeong kaget saat melihat kedua mata dayangnya yang juga seperti habis menangis. Chae-gyeong tanya kenapa mata mereka. Mereka gugup menjawabnya.

Saat keluar dari kediamannya, Yul sudah menunggu di luar. Yul bertanya apa Chae-gyeong baik-baik saja. Chae-gyeong bilang kalau dia tak apa-apa. Yul bertanya apa Shin sudah menghubungi Chae-gyeong. Chae-gyeong hanya menggeleng. Yul bilang wajah Chae-gyeong terlihat kurus. Chae-gyeong malah senang mendengarnya. Itu berarti program dietnya berhasil.

Chae-gyeong tak percaya kalau dietnya berhasil. Dia sudah mencoba berbagai macam diet dan baru sekarang dia berhasil. Chae-gyeong tertawa senang karenanya. Tiba-tiba Yul datang mendekat dan memegang pipi Chae-gyeong. “Itulah Chae-gyeong yang sebenarnya. Aku senang melihatmu tertawa seperti ini. Aku akan ada disisimu selamanya hanya untuk membuatmu tersenyum. Jangan lupakan itu” ungkap Yul.

Chae-gyeong mencoba mengalihkan pembicaraan. Dia bilang Pangeran William akan datang besok. Pangeran yang diimpikan banyak gadis remaja. Chae-gyeong bilang bahasa Inggrisnya sangat kacau. Bisakah Yul menemaninya menyambut Pangeran William. Yul bilang dia akan melakukannya. Chae-gyeong tersenyum senang. Kemudian dia meraba pipinya sendiri.

Di sebuah rumah sakit anak. Hye-jeong, Ibu yul melakukan kegiatan amal teman baik ayah Shin meliput kejadian itu. Untuk disebarkan lewat media cetak yang dimilikinya.

Ibu Suri dan Ratu sedang membaca Koran hari itu. Kemudian Ibu Suri berkata kalau Hye-jeong ada di Koran melakukan kegiatan amal untuk membantu anak-anak yang sakit. Ratu terlihat tak suka dengan berita itu. Kemudian, salah seorang dayang senior yang selama ini selalu membela Hye-jeong dan Yul bilang, sejak muda, Hye-jeong memang seperti itu. Dia sangat peduli dengan orang-orang di sekitarnya.

Ibu Suri membenarkan, Hye-jeong memang yang paling peduli dengan kegiatan amal. Tapi Ratu kurang setuju dengan pendapat itu. Ratu bilang, orang yang paling peduli dengan kesejahteraan orang lain adalah Ibu Suri. Mengasuh anak-anak. Menangani orang-orang jompo, mengatasi kesejahteraan penduduk, Ibu Suri tak pernah lalai menjaga mereka semua. Ibu Suri tersipu-sipu malu mendengar pujian Ratu.

Ibu Suri bilang, dia hanyalah orangtua yang punya banyak waktu luang, jadi dia melakukan hal itu. Itulah kenapa dia merasa hal itu bukanlah hal yang spesial. Ibu Suri bilang, bukankah Ratu juga terlibat kegiatan amal. Park Sang-gung yang menjawabnya untuk Ratu. Ratu memang terlibat dalam kegiatan amal. Menjaga single parent, menjaga wanita dan anak-anak yang terlantar, dll. Dan Ratu melakukan hal itu dengan diam-diam.

Ibu Suri bilang, kegiatan amal itu adalah kewajiban mereka sebagai bagian dari keluarga kerajaan. Ibu Suri lebih senang dengan apa yang dilakukan Ratu. Melakukan kegiatan amal tapi dengan diam-diam. Ratu senang mendengar pujian Ibu Suri. Dayang yang terus membela Hye-jeong terlihat tak suka mendengar hal itu.

Tapi kemudian Ibu Suri berkata, apa yang dilakukan Hye-jeong juga bagus. Walaupun dia sudah keluar dari anggota keluarga kerajaan, tapi dia masih mau melakukan kegiatan kemanusiaan dan membawa nama baik kerajaan. Hal seperti itu harus sering dilakukan. Ratu terlihat muram mendengarnya.

Sementara itu, Raja sedang mengamati beberapa foto. Fotonya bersama Hye-jeong. Tiba-tiba Raja mendengar pengumuman kalau Ratu tiba. Dengan buru-buru Raja memasukkan foto itu ke dalam lacinya dan pura-pura sedang sibuk menulis. Ratu datang untuk mengingatkan Raja untuk meminum obatnya. Raja bilang dia akan segera meminum obatnya. Saat Raja mendekati Ratu, Raja bertanya, kenapa wajah Ratu terlihat tak begitu baik. Ratu tersenyum. Ratu berkata kalau dia tak apa-apa.

Ratu bertanya pada Raja, apa Raja pernah mendengar berita tentang kegiatan amal yang dilakukan oleh Hye-jeong. Hye-jeong sudah lama meninggalkan istana. Tapi tiba-tiba dia muncul dan membuat dirinya ada dimana-mana. Semuanya terlihat aneh. Ratu khawatir tentang Ibu Suri yang selalu memandang baik pada Hye-jeong. Suatu saat, mungkin Ibu Suri akan berbalik membela Hye-jeong.

Raja berkata, mungkin Ibu Suri hanya merasa bersalah setelah apa yang terjadi pada Hye-jeong selama 14 tahun ini. Dilihat dari sudut pandang keluarga kerajaan, bukankah tak ada yang kasihan akan kepergian mereka. Raja meninggalkan Ratu yang masih terus memikirkan kehadiran Hye-jeong.

Ratu bertanya apa Shin melakukan semuanya dengan baik. Raja bilang Shin melakukannya dengan baik meskipun dia jauh dari istana.

Raja menyambut kedatangan Pangeran William. Raja ditemani Ibu Suri, Ratu dan juga Chae-gyeong tentunya. Ratu berkata kalau Pangeran William selalu merasa tertarik dengan kebudayaan tradisional Korea. Jadi Ratu telah mempersiapkan beberapa pertunjukkan tradisional untuk menjamu Pangeran William.

Pangeran William sangat menghargai apa yang sudah Ratu siapkan dan dia merasa sangat berterimakasih karenanya. Ibu Suri mengatakan kalau Putri akan menemani Pangeran William sepanjang hari. Pangeran William memandang Chae-gyeong. Dia bilang kalau dia menyaksikan pernikahan Chae-gyeong yang indah melalui TV. Pangeran William bilang, Chae-gyeong lebih cantik dari yang di TV. Chae-gyeong tersipu-sipu malu mendengar pujian itu.

Chae-gyeong menemani Pangeran William berkeliling istana dan menjelaskan bagian istana satu persatu. Lalu tiba-tiba Pangeran William berseru senang karena melihat Yul. Mereka berpelukan. Ternyata keduanya sangat akrab. Chae-gyeong terbengong-bengong melihat keakraban mereka. Pangeran William mengatakan kalau mereka berdua sudah seperti saudara.

Raja membaca surat yang dibawa oleh Pangeran William dari Inggris. Semacam surat kerjasama yang diwakilkan pada Pangeran William. selesai acara, Chae-gyeong dan Yul mengantar kepergian Pangeran William untuk beristirahat.

Yul bertanya apa Shin sudah menelepon Chae-gyeong. Chae-gyeong hanya bisa menggeleng dengan lesu.

Hari itu rombongan Shin meninggalkan penginapan yang dekat dengan tempat konferensi pers. Di saat yang sama, Chae-gyeong ditemani Yul menemani dan menjamu Pangeran William. Disela-sela pertemuan itu, Chae-gyeong masih sempat mencoba untuk menghubungi Shin.

Chae-gyeong baru saja berganti memakai Hanbok. Dia duduk di beranda kediamannya. Yul datang menghampiri dan bertanya apa Chae-gyeong sangat merindukan Shin. Chae-gyeong bilang dia kangen Shin. Tapi dari pertama berangkat sampai sekarang, Shin sama sekali tak pernah menghubunginya. Chae-gyeong sedih karenanya.

Yul bilang, Chae-gyeong pernah bilang padanya. Kalau Yul yang bertemu duluan dengan Chae-gyeong, mungkin Chae-gyeong akan menyukainya. Jika kecelakaan itu tak terjadi, atau jika Raja tak wafat, jika seperti itu, mungkin mereka…Yul tak sempat melanjutkan kata-katanya karena Pangeran William muncul kembali. Mereka melanjutkan untuk menjamu Pangeran William.

Kasim Kong menghampiri Shin yang mencoba untuk menghubungi seseorang. Kasim Kong mengatakan kalau Chae-gyeong beberapa kali menelepon hari ini. Kasim Kong bilang pada Shin agar melakukan apa yang ada di pikiran Shin. Hal itu akan membuat Shin merasa sennag.

Di istana, Chae-gyeong menjamu Pangeran William dengan sajian musik tradisional. Chae-gyeong yang memang berbakat dalam hal kesenian melakukan hal itu dengan baik. Pangeran William merasa puas dengan jamuan yang disuguhkan oleh Keluarga Kerajaan. Pangeran William merasa sangat tertarik dengan Seul-geum (seruling) yang dimainkan oleh Chae-gyeong saat menjamunya.

Chae-gyeong duduk berdua bersama Yul di sebuah ruangan. Chae-gyeong merasa senang karena semua sudah berakhir dan berjalan dengan lancer. Chae-gyeong berterimakasih pada Yul, karena kalau Yul tak membantunya, hasilnya pasti takkan sebaik ini.

Yul bilang dia tak melakukan banyak hal untuk membantu Chae-gyeong. Tapi Chae-gyeong bilang Yul sudah membantu banyak hal. Bahkan suaminya malah sama sekali tak membantunya. Yul selalu membantunya. Yul tersenyum senang mendengarnya. Kemudian Yul menyerahkan sekotak coklat untuk Chae-gyeong. (Kyaaaaa……serasa valentine. Coz itu coklat yang biasa dikirim dari sana by my hubby kalau valentine!). Yul bilang dia tahu kalau Chae-gyeong tak makan siang ini. Chae-gyeong hanya minum air. Chae-gyeong senang dengan perhatian Yul. Yul menyerahkan satu coklat pada Chae-gyeong. Chae-gyeong bilang dia akan memakannya nanti.

“Punya teman sebaik kau yang tak pernah mengharap imbalan apapun, membuatku sangat nyaman” ucap Chae-gyeong. Yul bilang, dia bukan tak mengharap imbalan appaun. Chae-gyeong tak mengerti maksud Yul. “Meskipun aku bukan suamimu sekarang, tapi aku pernah menjadi tunanganmu” jelas Yul. Chae-gyeong makin tak mengerti.

“Orang yang pertama kali dijodohkan denganmu itu bukan Shin tapi aku. Meskipun hal itu berubah setelah kematian Ayahku. Tapi aku berharap kau kan ingat bahwa meskipun semuanya tak mungkin jadi kenyataan, jika saja tkadir tak mempermainkan kita,  suamimu sekarang pasti bukan Shin. Tapi aku” jelas Yul. Chae-gyeong hanya bisa memandangi Yul dan terdiam.

Chae-gyeong kembali ke kediamannya dan para dayang juga Choi Sang-gung sedang menyiapkan makanan untuknya. Choi Sang-gung memperhatikan Chae-gyeong yang tak berselera makan. Choi Sang-gung bertanya, apakah makanannya tak cocok bagi Chae-gyeong. Apakah Chae-gyeong ingin makan sesuatu yang lain. Tapi Chae-gyeong hanya diam. Dia terus memandangi kursi Shin di depannya yang kosong.

Chae-gyeong meletakkan sumpitnya dan bilang kalau dia sudah selesai makan. Kedua dayangnya cemas melihat keadaan Chae-gyeong. Choi Sang-gung apalagi. Tapi Chae-gyeong bilang dia seperti itu karena mungkin Chae-gyeong grogi menghadapi kedatangan Pangeran William. Chae-gyeong ingin istirahat sekarang.

Raja sedang sendirian di lapangan istana. Tiba-tiba datang Hye-jeong menghampirinya. Raja menanyakan kabar Hye-jeong dan Hye-jeong malah mengajak Raja jalan-jalan. Hye-jeong bilang ini hari yang cerah. Tak ada salahnya menikmati sinar matahari.

Raja dan Hye-jeong pergi ke suatu tempat. Raja bilang kalau dia khawatir dengan keadaan Hye-jeong dan Hwi-seong. Mereka pasti melewati saat-saat yang sulit karena harus tinggal di Negara asing. Raja merasa malu menghadap mendiang kakaknya (suami Hye-jeong).

“Kau tahu kenapa aku kembali?” tanya Hye-jeong. Raja memandang Hye-jeong. “Ini adalah saatnya. Tolong kembalikan gelar asli yang seharusnya jadi milik Putra Mahkota Hyo-yeol (Ayah Yul)” pinta Hye-jeong. “Gelar asli?” tanya Raja tak mengerti. “Maksudku adalah gelar milik Raja yang sudah meninggal sebelummu” jelas Hye-jeong.

“Sebenarnya, rasa berkabung untuk Raja yang sudah meninggal,  aku juga sedang memikirkannya. Tapi ini topik yang sangat sensitif. Politik yang berbicara. Harus melalui prosedur yang jelas dan butuh untuk di diskusikan. Ini bukanlah sesuatu yang bisa kuputuskan sendiri” kata Raja sambil berbalik hendak meninggalkan Hye-jeong.

“Oppa” panggil Hye-jeong tiba-tiba. “Maafkan aku, Oppa” lanjut Hye-jeong. Raja merasa panik. Dia melihat kesekelilingnya. “Kakak ipar,! Bukan…Hye-jeong. Tolong jangan seperti ini” pinta Raja. “Waktu yang berlalu seperti sebuah kebohongan saja. Berapa banyak musim gugur seindah sekarang datang dan pergi. Untuk kerinduanku, aku sudah menyentuh, mendaki, berputar dan terluka. Hidup seakan tak berarti. Tapi semua itu memang harus berlalu, kan?” kata Hye-jeong.

“Kenapa aku begitu bodoh? Waktu itu, perasaanku pada Oppa memang sungguh-sungguh” ungkap Hye-jeong. Raja tak tahu harus berkata apa lagi. Jadi dia hanya bisa diam.

Raja sedang termenung sendirian. “Yang Mulia, apa yang sedang anda lakukan disini?” tanya Ratu yang tiba-tiba datang. Raja menghampiri Ratu. “Ini saatnya anda minum obat. Aku sudah mencari anda daritadi” kata Ratu. Ratu bertanya apa yang sedang Raja lakukan disini. Raja bilang dia habis jalan-jalan. Ratu tersenyum dan berkata, “Ya. Ini memang musim gugur yang indah”. Raja melangkah pergi. Ratu mengikutinya. Tapi tiba-tiba Ratu berhenti melangkah. Dia melihat seseorang berjalan pergi meninggalkan tempat itu. Seseorang yang Ratu kenal dengan baik. Yang membuat raut wajah Ratu berubah kecewa. Hye-jeong.

Chae-gyeong ada di atas tempat tidur. Tapi dia tak bisa tidur. Choi Sang-gung masuk ke dalam dan mengajak Chae-gyeong minum teh. Choi Sang-gung melihat Chae-gyeong memukuli bantal Shin dengan kesal. Choi Sang-gung memandangi Chae-gyeong. Chae-gyeong hanya nyengir malu. Kemudian merapikan rambutnya yang berantakan.

“Eonni, apa kau masuk ke istana dengan memakai tes? Aku mendengar dari Sang-gung yang lain kalau dibutuhkan tes untuk masuk ke istana” tanya Chae-gyeong kemudian. Choi Sang-gung membenarkan kata-kata Chae-gyeong. Chae-gyeong bilang, brarti Choi Sang-gung pasti belajar dengan giat untuk lulus tes. Tapi Chae-gyeong masih tak mengerti kenapa mereka tak boleh pulang ke rumah dan tak boleh menikah. Mereka harus bekerja keras disini, tidakkah itu terlalu kejam?

Choi Sang-gung bilang, mereka memang akan mengabdikan dirinya sepanjang hidup mereka demi keluarga kerajaan. Itulah kenapa mereka masuk ke istana. Kami merasa beruntung karena bisa melayani keluarga kerajaan. Chae-gyeong memuji dan menghargai para Sang-gung dengan tujuan mulia mereka.

Dua dayang Chae-gyoeng masuk ke dalam dan membawakan sesuatu untuk Chae-gyeong. Choi Sang-gung bilang, mereka bertiga khawatir sejak Chae-gyeong sama sekali tak  mau makan apa-apa. Choi Sang-gung meminta Chae-gyeong memakan apa yang tadi di bawa kedua dayangnya sebelum dia melaporkannya pada para tetua.

Chae-gyeong bertanya apa itu. Choi Sang-gung bilang, dia lihat Chae-gyoeng terlihat agak kurus beberapa hari belakangan ini. Jadi dia menyiapkan obat herbal untuk Chae-gyeong. Chae-gyeong bilang dia paling tidak suka dengan obat herbal Korea. Chae-gyeong bilang dia akan meminumnya nanti. Tapi Choi Sang-gung menegaskan kalau Chae-gyeong harus meminumnya segera.

Choi Sang-gung menegaskan, Chae-gyeong itu calon ibu Negara. Tapi Chae-gyeong bilang, dia merasa dia tak berguna di masa depan. Ibu Negara di masa depan. Untuk seseorang yang tak berguna seperti dia. Choi Sang-gung mengatakan, tinggal ambil saja posisi itu, dia akan mengajari Chae-gyeong selama itu hingga tiba saatnya Chae-gyeong mendapatkan posisinya sebagai ibu Negara. Untuk mempersiapkan Chae-gyeong sebagai seorang Ratu. Selama itu, Chae-gyeong akan melaksanakan upacara menuju kedewasaan dam Chae-gyeong akan jadi Ratu, dari anak-anak yang dilahirkan yang akan menjadi pewaris tahta kerajaan.

“Apa? Ibu….Ibu….Apa kau bilang, aku akan jadi seorang Ibu?” tanya Chae-gyeong bingung. “Saat usia kalian berdua cukup, keluarga kerajaan dan orang-orang Korea akan menunggu kehadiran kelahiran anak-anak keluarga kerajaan. Keluarga kerajaan cenderung menginginkan anak lahir secepatnya daripada keluarga biasa. Hal itu berlangsung tak lama lagi. Mereka sedang membicarakan, kapan Shin dan Chae-gyeong tidur sekamar. Chae-gyeong terbelalak mendengar penuturan Choi Sang-gung.

Shin sudah ada di dalam pesawat yang terbang menuju Korea. Shin duduk sambil membaca Koran Thailand yang meliput kedatangannya ke Thailand. Kasim Kong mengatakan kalau Shin pasti senang bisa mengunjungi Negara dengan kebudayaan dan keindahan yang alami dengan reaksi yang positif dari kedua belah pihak.

Shin hanya diam. Kasim Kong memperhatikan Shin. Ternyata Shin asyik melamun sendiri. Dia sibuk dengan laptopnya. Tapi tatapan matanya menerawang entah kemana. Kemudian Kasim Kong bertanya dimana jam tangan Shin. Shin bilang kalau dia memakainya untuk membayar seseorang.

Chae-gyeong demam. Dua orang dayangnya menjaganya sepanjang malam hingga pagi harinya mereka tertidur karena kelelahan. Chae-gyeong terbangun saat sinar matahari masuk ke dalam kamarnya.chae-gyeong bangun dengan pelan-pelan agar tak mengganggu istirahat kedua dayang setianya itu.

Chae-gyeong melangkah keluar kediamannya. Dia berdiri di sebelah bangku yang biasa dipakainya untuk ngobrol berdua bersama Shin. Karena bosan, Chae-gyeong pun melangkah masuk ke dalam. Dia kaget saat sudah sampai di pintu kediamannya. Seseorang yang selama ini dirindukannya ada disana. Shin sudah pulang dan dia langsung pergi ke kediaman Chae-gyeong!

“Ada apa? Apa kau sakit? Atau kau ada diluar untuk menyambut kedatanganku? Kalau begitu biarkan aku melihat wajahmu” kata Shin sambil melangkah mendekati Chae-gyeong. “Berhenti disitu!” teriak Chae-gyeong. Shin malah semakin mendekat padanya hingga membuat Chae-gyeong berteriak semakin keras untuk melarang Shin semakin mendekat.

“Jika kau melangkah lebih dekat lagi, aku akan memukulmu” ancam Chae-gyeong. Matanya sudah mulai memerah. “Menyedihkan sekali. Kenapa kau tak mengijinkan suamimu yang baru saja pergi jauh untuk mendekat padamu” kata Shin. Chae-gyeong hanya melirik sebentar ke arah Shin.

“Apa kau tak pernah nonton drama di TV? Saat seperti ini, harusnya kau tak berkata apa-apa. Kau hanya perlu berlari ke dalam pelukan suamimu” kata Shin. “Melihatmu membuatku kehilangan selera makan. Kau hanya mengurusi urusanmu sendiri. Kau benar-benar egois. Kau tak peduli perasaan orang lain. Kau orang paling egois sedunia” maki Chae-gyeong. Chae-gyeong menangis tertahan.

Shin mencoba mendekati Chae-gyeong. Chae-gyeong mencoba menahan tangisnya. Shin memegang bahu Chae-gyeong. Chae-gyeong mulai terisak. Shin meraih tubuh Chae-gyeong ke dalam pelukannya. “Aku tahu. Kupikir lain kali, kita akan pergi bersama. Tangis Chae-gyeong pun pecah. Dia menangis dipelukan Shin.

Keuda dayangnya yang ternyata sudah terbangun melihat kejadian itu dan ikut bahagia untuk Chae-gyeong. Begitu juga dengan Kasim Kong dan Choi Sang-gung yang turut menyaksikan dengan senyum tersungging dibibir mereka.

Shin membawakan oleh-oleh untuk kerajaan dari Thailand. Semuanya sangat senang menerimanya. Ibu suri berkata kalau Shin pasti sulit menghadapi iklim di Negara yang panas seperti Thailand. Kasim Kong pasti juga sulit selama disana. Kasim Kong senang dengan perhatian Ibu Suri.

Ratu berkata, dia ikut senang karena media di Thailand menyambut positif kedatangan Pangeran. Untuk kerjasama di masa endatang dengan Thailand, Shin akan mengemban tugas itu sebagai bagian tanggungjawabnya. Raja juga mengucapkan terimakasih karna Shin melaksanakan tugasnya dengan baik. Shin bilang, dia hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang Pangeran. Shin bilang dia melakukan hal itu tak sendiri. Dia melakukannya karna dia mendapat bantuan dari ‘surga’.

Mereka tak mengerti apa maksud Shin. Tapi Shin tersenyum penuh arti sambil memandang ke arah Kasim Kong. Ibu Suri memandang ke arah Kasim Kong. Dia mengerti apa yang dimaksud oleh Shin. 

Hyo-rin menemui Ibu Yul lagi. Ibu Yul bertanya apa Hyo-rin punya masalah? Karena hampir seharian Hyo-rin ada disini, tak bisa tidur dan berlatih yoga. Hyo-rin berkata, Ibu Yul pernah bercerita tentang Camilla. Jadi Hyo-rin meminta Ibu Yul bercerita lagi tentang Camilla dan memberitahukan padanya bagaimana cara untuk menjadi teman dari keluarga kerajaan.

Yul masuk ke dalam dan senang ada Hyo-rin disitu. Yul duduk disamping ibunya dan bertanya apa ibunya sudah membaca Koran hari ini. Di Koran terdapat berita tentang peringatan upacara kematian Pangeran Hyo-yeol, ayah Yul. Yul menawarkan apa Hyo-rin mau minum teh atau yang lainnya. Yul akan membuatnya untuk Hyo-rin.

Ibunya bertanya kenapa Yul baik sekali pada Hyo-rin. Yul bilang kalau Hyo-rin itu manajer. Ibunya tak tahu apa maksud Yul. Kemudian Hyo-rin menjelaskan, kalau dia Cuma manajer kecil di sebuah klub berkuda tempat Yul dan Shin berlatih berkuda.

Hyo-rin bercerita kalau anggota keluarga kerajaan juga bagian dari klubnya. Shin presiden klub dan dia manajernya. Yul bilang kalau dia dan Chae-gyeong adalah anggota baru di klub itu. Ibu Yul tak tahu kalau Putri Mahkota juga ikut ke klub itu. Hyo-rin bilang banyak yang tak suka. Tapi Hyo-rin memperjuangkan agar Chae-gyeong masuk ke dalam anggota klubnya. Bagaimana mungkin seorang anggota keluarga kerajaan tak bisa jadi bagian dari sebuah klub berkuda milik kerajaan.

Seperti biasanya, Jang-gyeong yang mengantar Hyo-rin pulang ke rumahnya. Saat Hyo-rin hendak turun, Jang-gyeong bertanya apa Hyo-rin sudah memperjelas perasaanya dengan Shin.  Hyo-rin tak tahu apa yang coba dikatakan oleh Jang-gyeong.

“Kau dan Shin… Hubungan antara kalian berdua, apa kau tak mengerti juga. Bukankah kalian melewatkan liburan bersama dengan baik?” kata Jang-gyeong. “Liburan bersama?” tanya Hyo-rin. “Ya, benar. Shin harus berpikir tentang hal ini juga. Dia pasti sudah menyadari perasaannya sekarang. Teman dari keluarga kerajaan atau apapun, kupikir aku tahu apa yang akan kau perbuat. Tapi aku tak ingin hidupmu jadi membingungkan” ungkap Jang-gyeong.

“Jadi kau memperingatkan aku sekarang?” tanya Hyo-rin dengan sinis. “Ya. Aku mencoba memperingatkanmu. Shin sudah menikah. Permainan selesai. Kalau ka uterus seperti ini, kau akan dapat masalah dan mungkin akan melukai dirimu sendiri.” Tambah Jang-gyeong. Hyo-rin tak mau mendengar ocehan Jang-gyeong lagi. Jadi dia segera turun dari mobil Jang-gyeong dan masuk ke dalam rumah.

Shin masuk ke kamarnya dan pandangannya tertuju pada teddy bearnya. Dia tertawa senang melihat teddy bearnya yang sekarang memakai baju dan celana, hasil kreasi Chae-gyeong.

Kasim Kong masuk ke dalam kamar Shin dan membawa sesuatu. Shin bertanya dan tak tahu apa itu. Kasim Kong bilang itu hadiah untuk Putri. Shin menghadiahkan banyak oleh-oleh untuk para tetua, jadi Kasim Kong mempersiapkan hadiah kecil untuk Putri. Shin berkata agar Kasim Kong meletakkan saja hadiah itu di kamar Chae-gyeong. Tapi Kasim Kong berkata lebih baik Shin memebrikannya langsung. Karna Shin tlah meninggalkan Chae-gyeong sendirian, tak ada salahnya sekarang Shin membawa hadiah itu sebagai ucapan permintaan maafnya. Hal itu akan lebih baik untuk hubungan suami istri di antara mereka.

Shin berkeras kalau dia merasa tak perlu meminta maaf pada Chae-gyeong. Tapi dia bilang dia mengerti. Dia akan memberikan hadiah itu secara langsung pada Chae-gyeong. Hadiah itu ternyata sebuah kalung dengan hiasan sebuah mahkota berwarna biru.

Shin masuk ke dalam kamar Chae-gyeong. Dia melihat bantal-nya dengan raut mukanya yang marah, jadi dia membalik bantal itu agar yang terlihat sisi yang tersenyum. Dia meletakkan hadiah itu di atas kasur Chae-gyeong dan bersembunyi saat mendengar Chae-gyeong pulang bersama kedua dayangnya. Chae-gyeong baru saja mengambil bunga yang akan dijadikannya sebagai hiasan di kamarnya. Dengan sembunyi-sembunyi Shin mencoba keluar dari kamar Chae-gyeong.

Shin berhasil keluar, tepat pada saat itu, Chae-gyeong hendak mencari gunting untuk memotong bunga-bunganya. Saat mencari gunting itulah dia melihat hadiah dari Shin. Dia membukanya dan merasa senang sekali menerima hadiah itu.

Dengan gembira, Chae-gyeong masuk ke dalam kediaman Shin sambil membawa bantal Shin-nya. Shin sedang asyik membaca. Chae-gyeong mengucapkan terimakasih atas pemberian Shin. Kalung itu sangat cantik. Chae-gyeong sangat menyukainya. Kalung itu berkelap-kelip. Apa itu berlian? Kalung itu pasti sangat mahal. Shin sama sekali tak bereaksi. Dia masih asyik membaca.

Kemudian Chae-gyeong meminta Shin memakaikan kalung itu. Dengan tertawa sinis Shin bilang, kalau Kasim Kong lah yang membawakan hadiah itu untuk Chae-gyeong. Jadi kenapa Chae-gyeong tak meminta Kasim Kong untuk memakaikan kalung itu. Chae-gyeong kesal mendengar kata-kata Shin.

Chae-gyeong yang kesal pulang ke kediamannya, masuk ke kamarnya dan mulai melampiaskan kekesalannya dengan memukuli bantal Shin sepuasnya.

Bersambung………………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar