Senin, 11 Juli 2011

Princess Hours Episode 18



Chae-gyeong bersembunyi dan merasa lemas juga deg-degan bersembunyi di dalam lemari. Chae-gyeong tak tahu apa yang harus dilakukannya. Jika dia keluar sekarang, dia pasti terlihat aneh. Dia jadi salah tingkah sendiri. Dia berkata pada dirinya sendiri, dia tak melihat apa-apa dan dia harus melupakan semuanya. Shin menjatuhkan sesuatu dan memungutnya. Chae-gyeong segera sembunyi lagi.

Shin masuk ke kamar mandi. Chae-gyeong berusaha keluar dari tempatnya sembunyi. Tepat saat itu, Shin keluar lagi dari kamar mandi. Tentu saja itu membuat Chae-gyeong panik dan masuk lagi ke dalam lemari. Chae-gyeong marah-marah sendiri di dalam lemari karena bingung tak bisa keluar. Chae-gyeong bilang dia harus keluar dari lemari itu. Tapi kemudian dia membayangkan, kalau dia keluar dan Shin juga keluar dari kamar mandi dalam keadaan telanjang, maka itu akan membuatnya malu seumur hidup. Kemudian tiba-tiba Chae-gyeong merasa kakinya kesemutan.

Karena lelah dan kesemutan, Chae-gyeong tertidur saat Shin selesai mandi dan berdiri di depan lemari. Chae-gyeong terbangun dan kemudian mulai keluar dari lemari dan memegangi kaki Shin. Tentu saja Shin berteriak dan naik ke tempat tidur karena kaget. Chae-gyeong mencoba keluar dari dalam lemari dan berkata dengan lemah, “Shin-gun ini aku. Kubilang ini aku. Aku Shin Chae-gyeong.

Shin sudah memakai selimut untuk menutupi badannya yang telanjang. Dia duduk di samping tempat tidur. Chae-gyeong sudah berhasil keluar dan bersandar di sisi tempat tidur. Shin marah-marah pada Chae-gyeong. Dia hampir saja mati karena kaget. Dan memarahi Chae-gyeong kenapa harus bersembunyi di dalam lemari.

Chae-gyeong bilang, dia merasa kakinya tadi kesemutan. Tapi sekarang dia merasa seluruh badannya kesemutan. Shin merasa lega. Tapi tiba-tiba Chae-gyeong berkata, “Tunggu sebentar, Shin-gun. Apa kau tak pakai celana dalam?”. Raut wajah Shin mulai berubah. Dia pun jadi panik mendengar kata-kata Chae-gyeong.

“Jangan bilang kau lihat sesuatu. Kau tak lihat apa-apa, kan?” tanya Shin. Chae-gyeong tertawa. “Tidak! Tentu saja tidak. Aku hanya bercanda. Apa yang bisa kulihat darimu. Kau  masih atkut aku melihat sesuatu ya? Mana mungkin. Aku tak melihat sesuatu yang aneh” jawab Chae-gyeong. Shin hanya terdiam terpaku. Sementara Chae-gyeong berlari menjauh sambil berteriak karena bingung.

Kang-hyeon, Hui-sung dan Sun-yeong sedang ada di sauna. Mereka menikmati berendam air hangat. Sun-yeong berkata, mereka senang sekali dan bisa menikmati semua kemewahan ini karena jadi teman Yang Mulia Permaisuri, Shin Chae-gyeong. Kang-hyeon dan Hui-sung meminta Sun-yeong melepas topinya. Sun-yeong malah turun ke bawah dan meminjam kacamata Kang-hyeon.

Kang-in, Jang-gyeong dan juga Ryu-wan masuk ke dalam sauna itu dan bertanya apa yang sedang mereka lakukan. Kang-in meledek mereka, apa sekarang para bebek sudah berubah jadi angsa dan datang ke spa. Kang-in mengambil dan melepas topi Sun-yeong dan memberikannya pada Jang-gyeong. jang-gyeong malah memakai topi Sun-yeong sambil tertawa. Semuanya tertawa karenanya.

Kang-in tiba-tiba kaget dan kemudian menghampiri Kang-hyeon. Dia seakan tak percaya memandangi Kang-hyeon tanpa kacamata. Dia langsung melepas kacamatanya dan menghampiri Kang-hyeon. “Kau adalah…” kata Kang-in dengan takjub. “Hei, ada apa?” tanya Jang-gyeong. “Kenapa seorang pria sepertiku sampai tak sadar ada angsa seanggun dia” jawab Kang-in. “Dasar bodoh. Kau bilang dia angsa, lalu apakah kita juga harus berubah jadi angsa?” canda Jang-gyeong. Semuanya tertawa mendengarnya.

Chae-gyeong selesai keramas dan ada di depan kaca. Rambutnya di bungkus pakai handuk. Shin masuk dan meledeknya dengan bilang, rambut Chae-gyeong seperti es krim. Shin duduk di kasur di belakang Chae-gyeong sambil membaca. “Kapanpun kami pergi berempat ke suatu tempat, aku Kang-hyeon, Hui-sung dan juga Sun-yeong… Kami akan minum bir dan kemudian bercerita tentang cerita hantu dan kami akan ngobrol dan melukis wajah yang lainnya yang duluan tidur. Tapi tidur sekamar denganmu membuatku bosan dan tak berdaya” keluh Chae-gyeong.

“Apa? Tak berdaya?” tanya Shin. “Lalu kenapa kau tak tidur bersama mereka sekarang? Aku takkan menghentikanmu. Cepat pergi sana” kata Shin sambil berusaha mengusir Chae-gyeong dengan kakinya. “Lagipula, aku tak suka tinggal dengan seorang pengintip sepertimu” tambah Shin. “Pengintip apa?” kata Chae-gyeong tak terima.

“Kau kan kemarin mengintipku saat aku selesai mandi. Dan juga…” Shin tak jadi meneruskan kata-katanya. Keduanya salah tingkah. Keduanya sama-sama malu mengingat peristiwa itu.

Tiba-tiba Shin memegang tangan Chae-gyeong. “Apa kau yakin kau tak melihat apapun?” tanya Shin. “Melihat apa? Aku tak lihat apa-apa. Aku hanya bercanda” jawab Chae-gyeong. “Apa kau benar hanya bercanda?” tanya Shin mencoba memastikan sekali lagi. “Itu benar. Kau ini kenapa seperti ini? Seorang pasangan pengantin juga memperlihatkan milik mereka masing-masing kan?” kata Chae-gyeong.

“Kau…Kau lihat sesuatu kan?” tanya Shin lagi. Dia memaksa Chae-gyeong mengaku. Chae-gyeong melepaskan tangannya dari genggaman Shin dan berkata kalau dia mau tidur siang. Chae-gyeong langsung naik ke tempat tidur dan menyelimuti dirinya lalu kemudian pura-pura tidur.

Hyo-rin sedang termenung sambil menatap pemandagan di jendela kaca. Yul datang dan menghampirinya. Hyo-rin tersenyum memandangi Yul. “Terimakasih karena sudah mengundangku” kata Hyo-rin. “Bukankah kuta teman” jawab Yul. “Aku takut karena aku, semua orang jadi merasa tak nyaman. Hanya itu yang kupikirkan” kata Hyo-rin. “Apa kau benar-benar lelah?” tanya Yul.

“Aku pikir aku lelah dan lebih baik kalau aku berhenti. Jadi, mungkin aku telah membuat kekacauan setiap hari dan aku menyesalinya. Tapi kurasa aku melakukan hal yang benar. Bisa ku katakan, Shin sangat menyukai Chae-gyeong sekarang” jawab Hyo-rin.

“Orang biasa mengatakan, ada cinta yang mulai muncul di antara mereka” kata Yul. “Yul, bicara tentang cinta, bukankah butuh dua orang untuk membentuk cinta itu?” tanya Hyo-rin. Yul hanya diam saja. Tiba-tiba Hyo-rin batuk-batuk. Yul menanyakan keadaan Hyo-rin. Hyo-rin bilang dia tak apa-apa.

Di istana,  Ibu Suri sedang berbicara bertiga dengan Ratu dan Ratu agung. Ibu Suri berkata, Pernikahan Putra Mahkota sudah dilaksanakan. Sejak Hye-jeong dan Yul kembali ke istana, suasana istana jadi lebih meriah. Sekarang giliran Yul yang harus menikah dan menambah jumlah keluarga istana lagi. Mereka belum memiliki pewaris lagi. Saat Yul menikah, Shin dan Yul harus melahirkan pewaris kerajaan sebanyak mungkin. Ratu dan Ratu agung harus ingat hal itu baik-baik.

Ibu Suri juga bilang, kalau bicara tentang hal itu, Ibu Suri melihat kalau Chae-gyeong dan Yul begitu dekat. Apa mereka berdua telah kenal dalam waktu yang begitu lama? Hye-jeong hanya bisa diam saja. Sedangkan Ratu beralasan, mereka berdua adalah teman sekelas. Jadi wajar kalau mereka sangat akrab. Hye-jeong menambahkan, saat pertama kali Yul datang ke negara ini, Chae-gyeong sudah banyak emmbantu Yul. Ibu Suri mengangguk-angguk dan berkata, jadi begitu alasannya kenapa mereka berdua bisa dekat.

“Tapi sepertinya mereka berdua begitu dekat. Apa Putra Mahkota tak cemburu melihatnya?” tanya Ibu Suri. “Yang Mulia, meskipun Putra Mahkota masih sangat muda, tapi pemikirannya terbuka” jawab Ratu. Ibu Suri tertawa mendengarnya dan berkata, “Iya, aku tahu. Aku hanya bercanda”. Hye-jeong tak suka mendengar hal itu. “Bagaimanapun juga, keluarga kerajaan belum pernah seharmonis ini, kan?” kata Ibu Suri sambil tertawa. Ratu tersenyum senang mendengarnya. Hye-jeong hanya bisa memendam kekesalannya.

Hye-jeong dan Kwak Sang-gung keluar dari kediaman Ibu Suri. Hye-jeong berhenti saat bertemu dengan Kasim Kong. Kasim Kong memberi hormat pada Hye-jeong. Hye-jeong memerintahkan Kwak Sang-gung untuk pergi sekarang. Hye-jeong dan Kasim Kong ngobrol dengan tegang berdua.

“Ngomong-ngomong, Kasim… Saat Putra Mahkota Hyo-ryul masih hidup, bukankah kau yang selalu menunggui Pangeran Hwi-seong. Tapi kenapa kau sekarang malah melayani Pangeran Shin. Jadi sebenarnya standar kesetiaan seorang Kasim Kepala itu berdasarkan atas apa?” sindir Hye-jeong. “Tugas seorang Kasim Kepala itu bukan menunggu seseorang tapi melihat posisinya. Setelah kematian Putra Mahkota Hyo-ryul, tugasku juga berubah. Sekarang aku hanya memberikan kesetiaanku pada Putra Mahkota” jawab Kasim Kong dengan tegas.

“Jadi begitu. Jadi, jika Putra Mahkota-nya adalah Pangeran Hwi-seong, kau juga akan kembali melayani Pangeran Yul lagi? Aku hanya ingin bicara. Baiklah kalau begitu…” tanya Hye-jeong. “Kalau begitu, aku juga punya sesuatu yang ingin ku katakan pada anda, Yang Mulia. Haruskah aku mengatakannya?” tanya Kasim Kong. Hye-jeong meminta Kasim Kong untuk mengatakannya.

“Akhir-akhir ini, Pangeran Hwi-seong sering sekali keluar masuk Paviliun Myeong-seon. Apakah mungkin Pangeran Hwi-seong mengetahui insiden itu, Yang Mulia?” tanya Kasim Kong. Hye-jeong terkejtu mendengarnya. Tapi dia mencoba mengendaikan diri. “Apa? Yul? Itu tak mungkin” jawab Hye-jeong. “Itu juga yang saya harapkan, Yang Mulia. Akan lebih baik kalau anak-anak tak tahu tentang apa yang terjadi dengan orangtua mereka. Kalau begitu, saya pamit dulu” kata Kasim Kong. Hye-jeong hanya bisa memandangi Kasim Kong dengan memendam kejengkelannya.

Tetua kerajaan sedang bersidang. Mereka berdebat tentang siapa yang berhak dan pantas untuk menjadi seorang Putra Mahkota yang akan menggantikan Raja kalau Raja mundur dari posisinya. Ada yang berpendapat kalau Shin masih pantas, tapi banyak juga yang mendukung agar posisi Putra Mahkota Shin diganti dengan Yul karena Shin akhi-akhir ini hanya membuat malu keluarga kerajaan saja.

Raja sedang berdua bersama dengan Kasim Kong. Raja bertanya apakah Shin, Chae-gyeong dan juga Yul selamat tiba di Villa. Kasim Kong berkata, dari yang dia dengar, mereka semua selamat tiba disana. Raja berkata, dia merasa buruk karena lupa akan hari ulang tahun Yul. Untungnya Putra mahkota dan Istrinya menemaninya untuk merayakan ulangtahunnya. Itu melegakan bagi Raja.

“Yang Mulia, ada kabar yang beredar di luar istana” kata Kasim Kong. “Katakan saja” kata Raja. “Maaf Yang Mulia. Kata mereka, Posisi Pangeran Hwi-seong jadi semakin meningkat dimata mereka. Mereka bahkan berkata kalau mereka ingin posisi Putra Mahkota diganti dengan Yul” kata Kasim Kong. “Melihat apa yang terjadi akhir-akhir ini, pantas kalau mereka berpikir seperti itu. Itu bukan hal yang mengejutkan” kata Raja. “Yang Mulia, bukankah kita harus meredam itu semua. Semakin hari, berita itu semakin menakutkan” kata Kasim Kong kemudian.

“Kasim Kepala” panggil Raja. “Ya, Yang Mulia” jawab Kasim Kong. “Sejujurnya, kau juga merasa kalau Pangeran Hwi Seong lebih pantas untuk jadi seorang Pangeran yang akan jadi Raja berikutnya” kata Raja. Kasim Kong memandangi Raja seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya. “Yang Mulia, tak seharusnya anda berkata seperti itu” kata Kasim Kong. “Aku tahu. Tapi setelah kuamati peristiwa yang akhir-akhir ini terjadi, aku selalu berpikir seperti itu” kata Raja.

Di kediaman Hye-jeong, Kwak Sang-gung berkata kalau Baek Cheon-ha sudah datang dan ingin bertemu dengan Hye-jeong. Hye-jeong meminta Baek Cheon-ha untuk masuk ke dalam dan duduk. Hye-jeong berkata kalau mulai sekarang dia mungkin membutuhkan bantuan Baek Cheon-ha. Hye-jeong membutuhkannya untuk mencari seseorang secara rahasia. Tapi Baek Cheon-ha harus bergerak dengan hati-hati. Baek Cheon-ha mengerti itu.

Chae-gyeong tidur siang di kamarnya sambil mengenyot jempolnya. Shin terbangun dan tersenyum geli melihatnya. Tapi Shin tak menyadari kalau wajahnya dilukis oleh Chae-gyeong. Chae-gyeong menguncir rambut Shin, memakaikan lipstik di bibir Shin dan juga memakaikan melukis wajah Shin seperti cewek!

Shin membenahi selimu Chae-gyeong dan kemudian dia meraih handycam yang ada di sebelah tempat tidur Chae-gyeong. Saat dia melihat apa yang direkam oleh Chae-gyeong, barulah dia sadar akan kondisi rambut dan wajahnya yang dilukis oleh Chae-gyeong. Shin langsung berkaca dan menghapus semua riasan diwajah dan rambutnya. Kemudian Shin menghapus rekaman yang diambil Chae-gyeong.

Selesai membenahi dirinya, Shin mengatur handycamnya di meja dan hendak merekam sesuatu saat Chae-gyeong tertidur. Setelah dirasa cukup pas dan terang, Shin menekan tombol rec dan kemudian naik ke atas tempat tidur. Shin membelai Chae-gyeong yang sedang tertidur pulas dan kemudian menciumnya dengan mesra.

Kang-hyeon, Hui-sung dan Sun-yeong seperti biasa, sedang duduk bersantai bertiga. Hui-sung terus mengamati kaca sambil berkata pada dirinya sendiri, “Cermin, cermin, siapa gadis yang paling cantik di dunia? Hui-sung”. Kang-hyeon dan Sun-yeong mengatakan kalau Hui-sung sudah gila. Hui-sung terus sibuk dengan cerminya, sedangkan Kang-hyeon dan Sun-yeong mengamati majalah.

Tiba-tiba Kang-in masuk dan ikut mengamati majalah di depan wajah Kang-hyeon. Kang-in senyum-senyum sambil mengamati Kang-hyeon. Lalu Kang-in duduk di depan Kang-hyeon sambil terus tersenyum. Lalu dengan malu-malu Kang-in bertanya dimana Kang-hyeon tinggal. Dia juga bilang kalau dia tinggal di Kang-nam. Hui-sung malah yang menjawab pertanyaan Kang-in dan bilang kalau dia tinggal di Kang-bok dan kalau ke Kang-nam hanya butuh waktu 1 jam dengan naik kereta bawah tanah.

Kang-in berdehem dan kemudian berkata, “Ah, kau tahu siapa ayahku kan?” kata Kang-in sambil tersenyum malu-malu. Malah Hui-sung yang semangat mendengarkan kata-kata Kang-in. Tiba-tiba Ryu-wan datang dan berkata pada Kang-in kalau Shin mencarinya. Kang-in kesal karena mengganggu saja. Kang-in berpamitan dan senyum-senyum pada Kang-hyeon lalu keluar.

Chae-gyeong terbangun dari tidurnya. Dia memanggil Shin tapi Shin tak menjawabnya. Chae-gyeong mengeluh kenapa Shin pergi tanpa pamit padanya. Kemudian dia bangun dan menyadari sesuatu yang menarik. Dia tadi merekam saat dia mendandani Shin dan dengan penuh semangat dia keluar dengan membawa handycam itu.

Di ruang tengah, Chae-gyeong mengajak teman-temannya untuk menonton video lucu yang direkamnya. Ketiga teman Shin juga ada di sana dan merasa bosan, ingin nonton TV. Tapi keempatnya melarangnya. Hui-sung meminta mereka diam saja. Yang Mulia Permaisuri akan menunjukkan pada mereka film komedi dari keluarga kerajaan. Ketiga teman Shin memprotesnya. Apanya yang lucu, Hui-sung malah lebih lucu!

Hyo-rin berdiri di pojok ruangan. Yul baru saja datang dan diia diam sambil berdiri di belakang teman-temannya. Chae-gyeong meminta semuanya bersabar. Dan saat sudah terlihat gambar, dia mulai berteriak dan bersemangat agar teman-temannya menyaksikan adegan video lucu yang diambilnya.

Chae-gyeong mundur ke belakang agar yang lain bisa menyaksikannya. Tapi dia kaget saat melihatnya. Itu bukan film yang diambilnya. Kang-hyeon berkata, kalau bukan dia, siapa lagi yang mengambil dan merekam video itu. Bukankah itu handycam milik Chae-gyeong. Chae-gyeong bilang bukan dia yang merekam itu.

Tiba-tiba, Shin datang dan berteriak dengan panik, “Ya! Handycam itu!!! Ahhhhh~”. Tapi terlambat. Video itu sudah sampai ke adegan dimana Shin mencium Chae-gyeong di atas tempat tidur dengan mesra. Chae-gyeong malu karena rekamannya tak sesuai yang ada di bayangannya karena sudah dihapus oleh Shin. Chae-gyeong berusaha menutupi layar TV, tapi semua yang ada sudah terlanjur melihat adegan romantis itu.

Hyo-rin kaget melihatnya. Yul terlihat kecewa karenanya. Jang-gyeong bertanya pada Shin, “Kenapa kau tunjukkan video itu pada kami semua?”. “Cerita cinta pasangan Putra Mahkota, kami sudah melihatnya dengan baik” ledek Kang-in. ryu-wan yang duduk di sebelah Kang-in ikut tertawa geli. Kemudian semuanya ikut bertepuk tangan.

“Hey! Hey hey hey! Ini bukan seperti itu. Jangan salah sangka. Bukan itu maksudnya” kata Shin mencoba menutupi rasa malunya. Chae-gyeong merasa malu dan dia langsung berlari pergi meninggalkan ruangan itu diiringi tatapan sedih Yul.

Chae-gyeong masuk ke kamanya dan mulai mengatur nafasnya. Chae-gyeong bertanya pada dirinya sendiri, kenapa Shin merekam adegan seperti itu? Apa dia benar-benar brengsek ataukah karena Shin ingin mempermalukannya? Dia merasa malu karena semua teman-temannya ikut melihatnya. Tapi kemudian dia tiba-tiba tersenyum dan bilang pada dirinya sendiri kalau dia ingin menonton video itu sekali lagi!

Ibu Chae-gyeong ada di istana dan menyapa Kim Sang-gung. Ternyata Kim Sang-gung adalah salah satu klien asuransinya. Ibu Chae-gyeong kemudian pamitan pergi ke suatu tempat. Ibu Chae-gyeong menuju ke kanti istana dimana Ayah Chae-gyeong sedang melayani dayang-dayang istana yang sedang makan siang.

Ayah Chae-gyeong melihat istrinya dan kemudian keduanya duduk bersama. Ibu Chae-gyeong bertanya bagaimana keadaan suaminya. Apakah bisa mengatasi semuanya dengan baik. Ayah Chae-gyeong mengiyakan kalau dia bisa mengatasi semuanya dengan baik dan kemudian bertanya apa yang sedang dilakukan istrinya di kantin istana. Istrinya bilang kalau dia sedang mencari klien baru untuk asuransinya. Ayah Chae-gyeong berkata pada istrinya kalau sekarang ini sudah tak ada orang di istana yang belum ikut dalam asuransi istrinya.

Istrinya tak terima sindiran suaminya. Dia bilang, dia harus memanfaatkan tambang yang mereka dapatkan untuk mencari emas sebanyak mungkin. Di istana itu banyak sekali orang. Dimana ada orang, disitu harus ada asuransi. Dan dimana ada asuransi, disitu pasti ada orang. Ayah Chae-gyeong memuji jiwa bisnis istrinya dan bertanya, target hari ini siapa. Istrinya bilang kalau target hari ini adalah Choi Sang-gung!

Ayah Chae-gyeong kaget mendengarnya. Choi Sang-gung kan belum menikah. Jadi mungkin dia tak butuh asuransi. Tapi istrinya bilang, karena masih sendiri, itu lebih berbahaya bagi seorang wanita. Istrinya merayu dan berkata, kalau dia mendapat klien, dia akan mengadakan pesta untuk suaminya karena sudah dapat pekerjaan. Tentu saja ayah Chae-gyeong senang mendengarnya, tapi tiba-tiba wajahnya berubah muram. Disaat seperti ini, dia ingin Chae-gyeong ada disini bersamanya. Tapi sayang Chae-gyeong sedang ada di pesta Ultah Yul.

“Aku berani bertaruh, hanya akulah ayah di dunia ini  yang menerima pekerjaan di istana hanya agar bisa bertemu dengan putrinya. Benar begitu kan? Kurasa aku memang terlalu mencintai putriku” kata Ayah Chae-gyeong. “Aigo! Itu karena kalian memiliki metal yang sama. Aku harus kembali bekerja” kata Ibu Chae-gyeong kemudian.

Ibu Chae-gyeong berusaha merayu Choi Sang-gung di kediaman Chae-gyeong. Choi Sang-gung berkata, pelayan istana tak diijinkan untuk menikah. Jadi dia takkan punya anak ataupun suami. Ibu Chae-gyeong kaget mendengarnya. Bagaimana mungkin gadis secantik Choi Sang-gung memutuskan untuk tidak menikah. Choi Sang-gung berkata, dia berasal dari keluarga miskin dan Ratu lah yang selama ini menjamin hidupnya dan bahkan membiayainya hingga lulus universitas. Untuk membalas kebaikan Ratu, dia datang ke istana. Jadi tidak bisa menikah, bukanlah masalah untuknya.

Ibu Chae-gyeong bertanya, apa maksud Choi Sang-gung. Kalau tidak menikah, bagaimana mungkin hidupnya bisa jadi menarik. Menikah dengan seseorang yang dicintai, bertengkar dengan seseorangyang dicintai dan kemudian menghasilkan keturunan dan hidup bahagia bersama. Apa Choi Sang-gung merasa semua aturan itu adil untuknya.

Choi Sang-gung bilang itu adalah pilihannya. Ibu Chae-gyeong masih berusaha merayu dan berkata itu adalah eksploitasi pada seorang karyawan dan menyalahi hak asasi manusia. Itu adalah prinsip wanita modern. Tapi Choi Sang-gung berkata, di istana ini juga banyak seniornya yang tidak menikah. Dengan memelas ibu Chae-gyeong berkata, dia tak sanggup melihat Chae-gyeong menghabiskan waktu di istana dengan dikelilingi orang-orang yang tidak diijinkan untuk menikah. Dia akan memprotes hal itu dan memastikan kalau Choi Sang-gung akan diijinkan untuk menikah. Ibu Chae-gyeong pamitan pergi.

Ibu Chae-gyeong menyampaikan protesnya di depan Ibu Suri dan Ratu. Karena terlalu bersemangat dia sampai tersedak. Ibu Suri meminta Ibu Chae-gyeong untuk meminum tehnya. Ibu Chae-gyeong meminum tehnya. Dia berkata sampai dimana tadi, kenapa dia merasa tenggorokannya begitu sakit. Ratu dengan senyum-senyum berkata, terang saja sakit karena ibu Chae-gyeong baru saja bicara selama 30 menit!

“Bagaimanapun juga, bukankah yang kukatakan itu benar kan?” kata Ibu Chae-gyeong. “Aku merasakan banyak hal setelah kau mengatakan hal itu pada kami. Tapi itu adalah sebuah tradisi yang berlangsung cukup lama. Bukankah begitu Ratu?” kata Ibu Suri. “Ya. Mungkin aku harus mengatur ulang peraturan itu. Maafkan aku” kata Ratu. “Tak apa-apa. Sekarang kita harus mendengarkan dengan baik apa yang dipikirkan oranglain. Apa kau merasa lebih baik sekarang?” tanya Ibu Suri.

Ibu Chae-gyeong senyum-senyum. “Ya, aku merasa lebih baik. Terimakasih sudah mendengarkanku. Tapi apa aku tak keterlaluan ya?” tanya Ibu Chae-gyeong pada dirinya sendiri. “Kau baru saja bicara tentang peraturan yang tak kau suka di istana ini” kata Ibu Suri. Ratu berusaha menyembunyikan senyumnya.

Malam itu di Villa di adakan pesta topeng. Chae-gyeong dan ketiga temannya pergi ke belakang. Hyo-rin memuji ide kreatif Yul dalam menyelenggarakan pesta topeng ini. Yul hanya ingin semuanya merasa senang. Shin bertanya kemana istrinya pergi. Tapi Yul juga tak tahu apa-apa. Yul memandang ke sekeliling ruangan. Chae-gyeong akhirnya muncul bersama ketiga temannya sambil membawa tart.

Chae-gyeong membawa kue itu ke hadapan Yul. Shin memandang dengan cemburu. “Karena ini ulang tahun, kau juga butuh kue. Apa lagi yang kau tunggu Yul-gun? Ayo tiup lilinnya” kata Chae-gyeong. yul meniup lilinnya dan semua bertepuk tangan untuknya termasuk juga Shin. Mereka bertepuk tangan sambil mengucapkan Selamat Ulang Tahun untuk Yul lalu kemudian bersulang tapi belum minum sampagne-nya.

Yul bilang ini adalah Pesta Ulang Tahun impiannya dimana dia selalu ingin menghabiskan waktu bersama teman-temannya seperti ini. Saat dia di Inggris, dia tak punya banyak teman. Chae-gyeong berkata, Yul sekarang punya banyak teman. Chae-gyeong minta persetujuan Shin tentang kata-katanya. Awalnya Shin hanya cuek tapi akhirnya dia mengiyakannya.

“Bagaimanapun juga, Selamat Ulang Tahun” ucap Shin. Yul mengucapkan terimakasih atas perhatian Shin. Keduanya lalu bersulang. Tapi saat Shin hendak meminum sampagne-nya, Hyo-rin menghentikan Shin dan meminta Shin agar tak meminum sampagne itu. Hyo-rin bilang itu sampagne buah peach dan Shin alergi buah peach. Shin bertanya pada teman-temannya apa benar itu sampagne peach, Kang-in yang memegang botol sampagne-nya mengiyakan hal itu.

Chae-gyeong terlihat kecewa. Karena dia sama sekali tak tahu akan hal itu tentang suaminya sendiri. hyo-rin bercerita, kalau terakhir kali Shin makan sekaleng buah peach, badannya jadi semerah wortel. Tapi lucunya, punggung Shin terdapat bintik-bintik dan bentuknya hampir menyerupai hati. Hyo-rin dengan semangat menceritakan hal itu. Tampak wajah Chae-gyeong kecewa. Shin tahu itu karena Chae-gyeong berdiri di sisinya. Karena itulah Shin berkata kalau peristiwa itu sudah lama sekali berlalu.

Chae-gyeong berusaha memendam rasa irinya pada Hyo-rin yang tahu banyak hal tentang Shin. “Jika kau minum itu, kau pasti dapat masalah besar” sindir Chae-gyeong sambil meminum sampagne-nya. Hyo-rin kemudian berkata, apa Shin juga bercerita tentang alerginya terhadap kacang. Chae-gyeong jadi tambah marah. Dia bilang dia sangat suka kacang dan buah peach, lalu meminum habis sampagne di gelasnya dan kemudian mengambil sampagne dari tangan Shin lalu meminumnya juga sambil berkata kalau dia sangat suka peach. Shin berusaha melarangnya, tapi Chae-gyeong yang merasa tersisihkan oleh Hyo-rin tak mempedulikan perhatian Shin.

Chae-gyeong duduk sendirian di atap sambil bermain-main dengan bara api. Yul datang menghampirinya dan berkata kalau dia tadi emncari Chae-gyeong. yul bertanya apa yang sedang Chae-gyeong lakukan disitu. Chae-gyeong bilang dia hanya ingin ada disini. Yul bertanya apa ini semua karena Hyo-rin, Chae-gyeong bilang  Hyo-rin tahu banyak hal tentang Shin daripada dirinya yang tak tahu apa-apa tentang Shin.

Yul berkata, Hyo-rin dan Shin sudah bertemu dan dekat selama 2 tahun. Dan yang dia dengar, mereka berdua memang sangat dekat. Dua tahun bukanlah waktu yang singkat. Chae-gyeong berkata itu memang benar. Tapi tetap saja dia merasa sangat buruk karena tak tahu apa-apa tentang Shin. Apa waktu bisa membuatnya tahu banyak hal tentang Shin? Yul kecewa dan berkata, rasanya takkan mungkin semudah itu. Chae-gyeong mencoba mengendalikan airmatanya. Dia melihat sekelilingnya dan melihat sesuatu. Dia melihat Hyo-rin dan Shin yang sedang bicara berdua!

“Mereka bilang mereka akan mendukungku. Tapi sebenarnya yang mereka inginkan adalah membuatku pergi meninggalkan Korea” keluh Hyo-rin. “Jangan khawatir akan hal itu. Meskipun mereka keluarga kerajaan, mereka tak berhak mengatur hidupmu” kata Shin.

“Tidak. Aku sudah memikirkannya dengan tenang. Aku tak ingin selalu bergantung pada guruku. Dukungan ini lebih banyak untuk menggapai mimpiku. Dan juga, aku sudah menerimanya. Aku berpikir pergi ke luar dari Korea untuk belajar, dan kemudian aku berpikir tentang sesuatu. Tak lama lagi kau juga akan menyusul untuk belajar tentang film dan aku akan belajar balet. Itu mungkin akan butuh waktu 2-3 tahun lagi. Bukankah kau juga ingin belaja di luar negeri? Jika itu benar-benar terjadi, jika kita bisa belajar bersama, itu akan sangat menyenangkan” ungkap Hyo-rin.

Tanpa mereka tahu, Chae-gyeong mendengar percakapan itu dan tambah kecewa karenanya. “Pergi sendirian, aku pasti akan merasa kesepian” tambah Hyo-rin. “Aku memang ingin belajar ke luar negeri” kata Shin. “Jika kau ingin melebarkan sayapmu dan meraih mimpimu untuk belajar tentang film di Prancis, kau akan bisa memproduksi film terbaik” kata Hyo-rin. “Yeah. Setelah 2-3 tahun, pergi ke Paris adalah masa depanku” ungkap Shin. “Aku tahu kau akan berpikir seperti itu, lalu…” kata Hyo-rin tapi kata-katanya dipotong oleh Shin.

Chae-gyeong pergi meninggalkan  mereka dengan perasaan sedih, marah dan kecewa. Tanpa tahu apa yang Shin katakan pada Hyo-rin. “Tapi, kupikir, aku punya sesuatu yang lebih baik dari mimpiku yang baru saja muncul dalam kehidupanku. Jika aku benar-benar akan pergi, aku akan pergi bersama orang itu” ungkap Shin. Hyo-rin melepas topeng yang sedari tadi di pakainya. Dia seakan tak percaya akan apa yang baru saja didengarnya.

“Tapi sekarang, aku tak bisa meninggalkan istana. Ibuku mungkin tak benar-benar tulus membantumu. Tapi kurasa itu yang terbaik untukmu. Raihlah mimpimu di Paris” tambah Shin lagi.

Chae-gyeong duduk lagi bersama Yul. Matanya sudah mulai memerah dan berair. Tapi dia mencoba untuk tetap menahan kesedihannya. “Apa kau tahu apa yang Shin suka atau tidak?” tanya Yul. “Shin-gun pasti berbeda denganku. Shin-gun sudah merencanakan masa depannya tanpa aku. Aku tak seperti itu. Berpikir kalau Shin tak ada di masa depanku saja membuat hatiku sakit. Tapi Shin tak seperti itu. Dia benar-benar berbeda denganku” ungkap Chae-gyeong.

“Sudah kubilang padamu jangan percaya pada hatinya. Kau dan Shin memang tak cocok” kata Yul. “Ini membuatku berpikiran buruk, dia seharusnya mengatakan impiannya tentang belajar ke luar negeri padaku” keluh Chae-gyeong. “Tapi mungkin Hyo-rin membuatnya merasa nyaman daripada harus bicara padamu” kata Yul lagi. Chae-gyeong berusaha menahan tangisnya dengan menggigit bibirnya sendiri.

Raja bertemu dengan seseorang di tepi danau. Ternyata yang ditunggunya adalah Hye-jeong. Mereka berjalan berduaan sambil bergandengan tangan dengan mesra dan tertawa gembira. Lalu keduanya duduk di sebuah bangku taman dan bercanda. Bahkan Raja mencium kening Hye-jeong. Raja tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Ternyata itu adalah mimpi Raja. Raja terbangun dan kemudian duduk di kursi. Ratu ikut terbangun juga karena suaminya bangun. Tapi Ratu pura-pura masih tertidur di tempat tidurnya. Raja mengeluh kenapa mimpinya seperti itu. Padahal waktu sudah lama sekali berlalu.

Ratu kemudian bangun dan turun dari tempat tidur lalu mendekati suaminya dan duudk di depannya. Ratu bertanya pada suaminya ada apa. Apa Raja mimpi buruk. Raja agak kaget dan meminta maaf karena sudah membangunkan istrinya. Ratu bilang kalau dia juga tak nyenyak tidur.  Ratu bertanya Raja bermimpi apa. Tapi Raja berkata itu bukan apa-apa.

“Sudah 20 tahun aku hidup denganmu. Itu adalah waktu yang lama. Selama itu, aku selalu ada untukmu. Tapi kurasa, aku tak bisa dekat dihatimu” kata Ratu. “Apa maksudmu Ratu?” tanya Raja. “Aku selalu menunggu sampai hatimu kosong untuk ku tempati. Aku selalu menunggu dan menunggu. Terkadang aku ingin menyerah, tapi aku tak bisa. Aku harus melihat sampai anakku jadi Raja. Itu akan jadi hadiah terindah dalam hidupku yang bisa kau berikan padaku yang sudah selalu menderita disisimu dan hanya bisa diam saja” ungkap Ratu. “Ratu, tentang itu…” kata Raja. “Jadi, Yang Mulia, kau harus melindungi Putra Mahkota. Kau harus melakukan hal itu” tambah Ratu lagi.

Di pesta Yul, mereka menikmati api unggun sambil berbicara tentang kapan mereka bisa seperti ini lagi. Pasti akan sulit karena sebentar lagi mereka akan lulus. Jika mereka lulus, mereka akan berbaur di masyarakat. Mereka akan sulit untuk bisa menghabiskan waktu seperti ini lagi.

“Kita akan memulai hidup dengan serius. Kapanpun, dimanapun. Kita harus hidup dengan serius tak peduli dimanapun kita berada” kata Chae-gyeong. “Hei, bebek, kau akan menghabiskan sisa umurmu di dalam istana, jadi bagaimana kau bisa berkata kalau kita harus hidup dengan serius?” tanya Kang-in. “Aku mungkin akan mendapatkan kebebasanku 2-3 tahun lagi” jawab Chae-gyeong.

Shin menatap Chae-gyeong. “Bagaimana mungkin kau bisa bebas? Apa kau tak ingat siapa kau?” tanya Hui-sung. “Bagaimanapun juga aku harus tetap memikirkannya” jawab Chae-gyeong. “Kalau begitu, nanti pasti akan muncul berita Sang Putri kabur dari istana” ucap Jang-gyeong. “Jangan bicara omong kosong tentang Putri yang meninggalkan istana” timpal Shin. “Aku juga berhak memikirkan masa depanku” kata Chae-gyeong. Shin hanya bisa menatap Chae-gyeong dengan kecewa.

Chae-gyeong bermain-main dengan lilin yang ada di depannya. Dan tangannya terluka karena panas. Chae-gyeong berteriak kesakitan karenanya. Sun-yeong dan Kang-hyeon langsung panik sambil memegangi tangan Chae-gyeong dan bertanya apa Chae-gyeong tak apa-apa, kenapa tak hati-hati. Yul bilang dia akan mengambilkan es untuk Chae-gyeong. Chae-gyeong bilang tak perlu. Dia yang akan mengambilnya sendiri. Yul mengajaknya pergi bersama. Shin hanya bisa memandangnya dengan memendam rasa kecewanya.

Yul membukakan pintu. Ada sebuah bata yang lepas dan bata itu membuat Chae-gyeong terjatuh. Yul berusaha menahan tubuh Chae-gyeong agar Chae-gyeong tak terluka. Shin memandangi keduanya dengan marah, tapi dia hanya diam saja. Chae-gyeong panik dan bertanya apa Yul tak apa-apa. Chae-gyeong kaget saat melihat tangan Yul yang terluka dan berdarah karena menimpa lampu dan lampu itu pecah.

Yul bilang dia tak apa-apa asalkan Chae-gyeong tak terluka. Yul berusaha berdiri. Mereka pergi bersama ke atap di depan bara api. Mereka duduk berdua disana. Chae-gyeong menempelkan plester di luka Yul. Chae-gyeong mengkhawatirkan luka Yul. Tapi Yul berkata kalau dia tak apa-apa. Bukankah Yul sudah pernah bilang, lebih baik dia yang terluka daripada melihat Chae-gyeong yang terluka. Dia akan merasa sakit saat melihat Chae-gyeong terluka.

“Sekarang, kita seperti ini, membuatku teringat saat bermain polo. Waktu itu kau datang padaku” kata Yul. “Waktu itu tak ada yang peduli padamu” kata Chae-gyeong. “Waktu itu, saat kau berlari untuk menolongku, aku bahagia walau hanya sekejap” ungkap Yul. “Maafkan aku, ini semua salahku” pinta Chae-gyeong. “Jika kau benar-benar minta maaf, maukah kau menerima sebuah hadiah dariku?” tanya Yul. “Hadiah? Tapi hari ini kan ulangtahunmu?” Chae-gyeong malah balik bertanya.

Yul tersenyum. “Ada sesuatu yang benar-benar ingin kuberikan padamu” kata Yul. “Baiklah” kata Chae-gyeong kemudian. Chae-gyeong menunduk. Yul mendekat dan kemudian mengecup kening Chae-gyeong. chae-gyeong kaget karenanya. Yul bilang, dia melakukan hal itu bukan sebagai seorang teman, tapi sebagai seorang laki-laki terhadap seorang wanita. Yul mengucapkan terimakasih karena Chae-gyeong sudah muncul dalam hidupnya dan jadi bagian dari takdirnya.

Chae-gyeong hanya diam. Tapi dia merasa grogi. Dia mencoba menatap berkeliling, saat itulah dia tersadar, kalau Shin berdiri di depan mereka dan menatapnya dengan penuh kemarahan. Chae-gyeong mencoba berdiri. Tapi dia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Chae-gyeong langsung duduk lagi. Shin menghampiri mereka dan meminta Chae-gyeong untuk berdiri. Chae-gyeong tak mau. Tapi Shin terus memaksanya. Shin menggenggam tangan Chae-gyeong dan meminta Chae-gyeong bangun. Yul berusaha membela Chae-gyeong dengan memegang tangan Shin dan berkata kalau Chae-gyeong tak mau jangan dipaksa. Shin dengan geram melepas genggaman tangan Yul lalu kemudian menyeret Chae-gyeong pergi dari tempat itu. Yul memandangi kepergian mereka berdua dengan menahan amarahnya.

Shin membawa Chae-gyeong pergi ke sudut ruangan. Chae-gyeong terus memegangi tangannya yang sakit karena diseret paksa oleh Shin. “Apa tak cukup bagimu untuk jatuh ke pelukan laki-laki lain seperti itu? Apa kau sangat menyukainya? Apa kau memang sangat peduli pada Yul?” hardik Shin. “Kau itu bicara apa? Kau pikir Yul terluka karena siapa?” teriak Chae-gyeong. “Bagiku, itu terlihat seperti kesempatan yang kalian berdua tunggu-tunggu. Bukankah dia melakukannya untuk melamarmu?” maki Shin.

“Berhenti bicara omong kosong. Kenapa kau tak fokus saja tentang rencana masa depanmu yang hebat?” Chae-gyeong ikut berteriak dengan marah tak mau kalah. Chae-gyeong melangkah pergi meninggalkan Shin. “Kau itu bicara apa?” teriak Shin. Chae-gyeong berhenti dan Shin berjalan menghampirinya. “Setelah 2-3 tahun, kita akan bercerai dan kau akan pergi ke luar negeri. Lebih baik kau mulai merencanakannya sekarang” jawab Chae-gyeong.

“Belajar di luar negeri? Oh itu” kata Shin. Shin berusaha menjelaskannya, tapi Chae-gyeong tak memberinya kesempatan untuk bicara. “Aku tak peduli dengan siapa kau pergi belajar ke luar negeri. Saat itu, aku akan kembali bersama keluargaku. Itulah masa depan yang kuinginkan” kata Chae-gyeong. “Jadi masa depan yang kau inginkan adalah kembali ke rumahmu?” tanya Shin kemudian.

“Ya. Jika kau memikirkannya, pasti semuanya akan berjalan dengan baik. Kau bisa pergi untuk meraih mimpimu dan aku bisa memulai hidup baruku dengan seseorang yang kusukai” kata Chae-gyeong. “Dengan kata lain, kau akan memulai hidup barumu dengan Yul?” tanya Shin dengan kasar. “Apa? Kau benar-benar hanya peduli pada dirimu sendiri. Yul-gun dan kau berbeda. Setidaknya dia jujur padaku. Kau tak pernah jujur padaku. Jika kau jujur, kami tak mungkin bisa sedekat ini sekarang” maki Chae-gyeong.

Chae-gyeong hendak melangkah pergi. Tapi Shin menahan tangan Chae-gyeong. shin memojokkan Chae-gyeong dna mencium Chae-gyeong dengan paksa. Chae-gyeong berusaha melepaskan dirinya. Akhirnya Chae-gyeong berhasil melepaskan diri. “Apa yang kau lakukan?” teriak Chae-gyeong. “Aku hanya ingin kau tahu kalau aku ini suamimu!” tegas Shin. Chae-gyeong menampar Shin  dan kemudian berkata, “Kau itu benar-benar brengsek!”. Chae-gyeong melangkah pergi meninggalkan Shin. Shin marah dan memukul tembok di depannya.

5 komentar:

  1. Ntah kenapa, aku lebih suka pangeran yul daripada pangeran Shin. Karena pangeran Yul begitu tulus mencintai Shin Chae Kyoung. Sayangnya, Cha Kyoung mencintai Shin. Tp, jika Chae Kyoung mencintai Yul, mungkin filmnya jadi tidak menarik, karena cinta segitiga inilah, salah satunya yang bikin film ini jadi menarik.

    Sedih bgt, saat sampai akhir cerita, cinta Pangeran Yul tetap juga tidak terbalas. Tapi dia pangeran Yul tetap mencintai Shin Chae Kyoung dg tulus. Persis seperti ketulusan cinta Han Taesuk pada Enseo di film Endless love ...

    ketulusan cinta mereka berdua, walau orang yang mereka cintai tidak membalas cinta mereka itulah yang bikin aku tersentuh dan menitikkan air mata ...
    Dan mengajarkan padaku, bahwa Cinta sejati adalah cinta yang tulus ...

    BalasHapus
  2. Ntah kenapa, aku lebih suka pangeran yul daripada pangeran Shin. Karena pangeran Yul begitu tulus mencintai Shin Chae Kyoung. Sayangnya, Cha Kyoung mencintai Shin. Tp, jika Chae Kyoung mencintai Yul, mungkin filmnya jadi tidak menarik, karena cinta segitiga inilah, salah satunya yang bikin film ini jadi menarik.

    Sedih bgt, saat sampai akhir cerita, cinta Pangeran Yul tetap juga tidak terbalas. Tapi dia pangeran Yul tetap mencintai Shin Chae Kyoung dg tulus. Persis seperti ketulusan cinta Han Taesuk pada Enseo di film Endless love ...

    ketulusan cinta mereka berdua, walau orang yang mereka cintai tidak membalas cinta mereka itulah yang bikin aku tersentuh dan menitikkan air mata ...
    Dan mengajarkan padaku, bahwa Cinta sejati adalah cinta yang tulus ...

    BalasHapus
  3. Seharusnya Yul tidak berfikir merebut kekuasaan sodara sendiri hanya karena wanita,.
    kasihan yg jd istri Yul kelak, seperti kisah cinta ibu Shin menikah dgn Ayah Shin pdhal masih mencintai Ibu Yul,.
    Bisa dilihat dari sisi yg berbeda kan,.
    Memang drama korea tu, antagonis tidak selalu jahat dan protagonis jg tdak selalu benar,.

    BalasHapus
  4. mau tanya lagu yang di puter waktu shin ngatur handicamp itu judulnya apa ya? penasaran banget udah nyari tapi gak ketemu mohon reply ya...

    BalasHapus
  5. Setuju dengn Putri, Yul belum bener2 mengerti "cinta" yang gak selamanya harus dimiliki dan bersama. Kalo cara nya begini, Cinta yul gak bisa dikategorikan tulus.

    BalasHapus