Ibu Suri bertanya pada Seo Sang-gung dan Choi Sang-gung apa yang sudah terjadi antara Shin dan Chae-gyeong. Mereka bilang, sepertinya usaha mereka untuk mengatasi gosip akan segera berhasil. Semalam rencana mereka berjalan dengan lancar. Ibu Suri dan Ratu merasa senang. Ibu Suri bilang, sekarang mereka hanya tinggal menunggu hasilnya. Sebentar lagi, pasti akan lahir seorang cucu keluarga kerajaan.
Sementara itu, Hye-jeong memegang sebuah foto sambil berkata, “Malam ini semua orang bersenang-senang. Tapi besok, istana akan terhempas oleh “badai darah”. Sekarang semunya akan kembali kepada anakku Yul”. Hye-jeong memasukkan foto-foto itu yang ternyata adalah foto Shin dan Hyo-rin ke dalam amplop besar.
Sementara itu, Shin sedang sibuk menghitung karena tak bisa tidur. Sementara itu Chae-gyeong sudah tidur pulas dalam pelukan Shin. “Kau bisa tidur dengan mudah dalam situasi seperti ini. Kau pasti Dewa Tidur ya?” keluh Shin. Dia mulai berhitung lagi agar bisa cepat tidur.
Keesokan harinya, kedua dayang Chae-gyeong dan Chae-gyeong berusaha membangunkan mereka berdua. Tapi sepertinya mereka berdua masih tidur lelap akibat kelelahan karena ‘peristiwa semalam’.
Sementara itu, di dalam kamar, keduanya terbangun dan salah tingkah karena tidur berpelukan dan berhadap-hadapan. Chae-gyeong bertanya, semalam Shin tak melakukan apa-apa padanya, kan. Tentu saja Shin mengomel. Kapan dia sempat melakukan sesuatu pada Chae-gyeong. Chae-gyeong masih terus bertanya, lalu kenapa Shin tidur sambil memeluk dirinya. Pasti Shin bermaksud melakukan sesuatu padanya. Shin mencoba membela diri. Dia tertidur dan hal itu terjadi begitu saja. Chae-gyeong masih tak mau terima dan terus mengomel. “Diamlah, ganti baju dan bersihkan air liurmu” ledek Shin. Chae-gyeong malah mengusapkan air liurnya ke tubuh Shin!
Mereka sudah berpakaian rapi dan keluar kamar. Shin menghampiri Chae-gyeong yang sedang berteriak untuk melampiaskan kekesalannya. Shin bilang ‘kejadian’ tadi malam hanya ‘insiden’ kecil saja. Tak perlu dibesar-besarkan. Chae-gyeong tak mau dengar. Dia minta Shin diam saja. Chae-gyeong jengkel. Harusnya ciuman pertamanya dilakukan di sebuah tempat yang romantis dengan seorang laki-laki yang romantis. Sekarang impiannya itu sudah dihancurkan oleh Shin. Chae-gyeong kesal dan pergi menjauh dari Shin. Shin mengikuti di belakang Chae-gyeong.
Shin protes, “Kau pikir menyentuh bibirmu dengan bibirku hanya dalam waktu 1 detik itu disebut ciuman? Aku hanya menyentuhnya selama 1 detik”. Chae-gyeong juga tak mau kalah, dia marah-marah, “Diam saja kau. Aku bahkan tak mau berjalan dengan orang seperti kau”. Chae-gyeong hendak beranjak pergi. Tapi Shin menarik tangan Chae-gyeong. Chae-gyeong yang kesal mengalihkan perhatian Shin dan kemudian menohok dada Shin dengan sikunya lalu kabur! Awalnya Shin merasa kesakitan, tapi kemudian dia tertawa senang!
Chae-gyeong sampai di depan kediamannya. Yul menunggunya. Chae-gyeong bertanya kenapa pagi-pagi sekali Yul sudah ada di depan kediamannya. Yul bilang dia langsung lari ke kediaman Chae-gyeong begitu matahari terbit. Chae-gyeong bertanya, ada apa dengan Yul, apa Yul sakit. Yul tersenyum dan kemudian meraih tangan Chae-gyeong.
“Kau tak apa-apa kan? Tak ada yang saah kan?” tanya Yul kemudian. “Apa maksudmu tak ada yang salah? Tentu saja tak ada yang salah” jawab Chae-gyeong. Tiba-tiba Yul memeluknya dengan erat. Chae-gyeong merasa tak nyaman kenapa Yul tiba-tiba memeluknya seperti itu. Chae-gyeong mencoba melepaskan diri. Tapi kekuatan Yul lebih besar darinya. Tiba-tiba Shin datang dan melepaskan dengan paksa pelukan Yul.
“Apa yang kau lakukan? Kenapa? Apa kau pura-pura tak tahu apa-apa?” hardik Shin. “Aku hanya memberi salam padanya karena aku sangat gembira bisa bertemu dengannya. Apa itu salah hingga kau bereaksi seperti itu?” teriak Yul yang tak terima perlakuan Shin. “Kau sangat senang sekali bertemu dengannya…Apa perlu kau peluk dia sedemikian erat? Dia masih istriku. Jadi jangan memeluknya tanpa ijin dariku!” tambah Shin dengan emosi tinggi. Chae-gyeong berdiri dengan takut di belakang Shin. Shin langsung menggandeng Chae-gyeong dan mengajaknya masuk ke dalam. Yul terlihat kesal karenanya.
Di dalam, Shin mengomeli Chae-gyeong karena masih merasa kesal. “Jika kau adalah istri Raja di masa depan, bersikaplah seperti itu. Jangan bertingkah seperti itu dengan seorang laki-laki meskipun dia adalah sepupuku yang mungkin tak apa-apa jika kau ingin jalan-jalan bersamanya” omel Shin. Chae-gyeong kesal mendengar omelan Shin itu.
“Kau benar-benar ingin dipeluk oleh seorang pria…Tapi kenapa kau seperti itu semalam? Jadi, apa perlu aku memnita pada orangtuaku untuk mengatur malam yang sama seperti semalam untuk kita?” tanya Shin dengan suara keras. “Aku tak punya waktu untuk bercanda” maki Chae-gyeong. “Lalu tadi malam, bisakah kau memelukku seperti kau memeluk Yul? Masalahnya adalah karena kau bertindak berbeda. Denganku, kau sangat marah hanya karena aku menciummu walau hanya sekali. Tapi untuk orang lain kau bahkan tak bisa marah” hardik Shin. Chae-gyeong hanya bisa diam memendam kekesalannya.
“Jika kita bercerai, apa kau berencana untuk kabur dengannya?!!” bentak Shin. Chae-gyeong tak tahan lagi. Chae-gyeong berkata, “Sekarang aku tahu kenapa aku merasa jijik. Lebih baik aku pergi dan mencuci mulutku terlebih dahulu. Dasar brengsek” maki Chae-gyeong. Shin menatap Chae-gyeong dengan kecewa. “Mungkin kalian, sebagai anggota keluarga kerajaan sudah sejak awal di ajarkan bagaimana caranya menyakiti hati seseorang. Bagaimana caranya agar mereka merasa kalau diri mereka memang yang paling buruk. Kalian, keluarga kerajaan sama saja. Kalian semua sangat jahat!” teriak Chae-gyeong kemudian meninggalkan Shin dan masuk kedalam kamarnya sambil membanting pintu kamarnya. Shin hanya bisa diam dan merasa kecewa.
Di sekolah, Chae-gyeong dan Yul berduaan di ruang seni. Chae-gyeong sedang sibuk membuat bingkai. Sedangkan Yul berdiri di depan Chae-gyeong. Yul pikir seharusnya mereka berdua harus lebih dekat. Jadi mereka bisa menikah. Chae-gyeong tak tahu apa maksud perkataan Yul. Yul bilang sekarang dia menyukai Chae-gyeong. Yul bercerita. Awalnya dia pikir, dia menginginkan Chae-gyeong hanya karena seharusnya Chae-gyeong memang miliknya. Tapi makin lama dia menyadari kalau dia mencintai Chae-gyeong.
Chae-gyeong minta agar Yul tak bercanda seperti itu. Yul bilang dia tidak sedang bercanda. Yul bilang sudah terlambat sekarang untuk berpikir kalau Chae-gyeong itu adalah istri dari sepupunya. Dia sudah tak bisa menahan perasaannya lagi. Dia sekarang ingin jadi seorang Raja. Chae-gyeong tahu, Yul mungkin sedang tertekan. Tapi tak perlu Yul mengatakan hal itu. Yul bilang, dia berbeda dengan Shin. Dia takkan pernah meninggalkan Chae-gyeong sendirian di dalam istana. Kakeknya merencanakan pernikahannya dengan Chae-gyeong. Ayahnya juga menginginkan pernikahannya dengan Chae-gyeong.
“Apa maksudmu berkata seperti itu? Aku sudah menikah dengan Shin. Dan itu takkan bisa dirubah” kata Chae-gyeong. Yul tersenyum, lalu berkata, “Apa kau khawatir akan kritik orang tentang dirimu? Jangan khawatir. Saat kau kembali ke istana sebagai istriku, kau takkan dikritik karena aku akan jadi seorang raja yang punya kekuatan besar”. Chae-gyeong menatap Yul dengan perasaan sedikit takut.
Shin dan ketiga temannya sedang sibuk merekam video di kamera. Tiba-tiba Shin melihat dirinya yang sedang mencium Chae-gyeong di kameranya. Tentu saja Shin kaget sendiri melihatnya. Dia mencoba melihat ke arah yang dibidiknya, ternyata disana tak ada apa-apa. Shin bangkit dari tempat duduknya, mengarahkan kameranya lagi dan kemudian tertawa sendiri.
Hyo-rin sedang berlatih balet seorang diri. Tiba-tiba Yul datang menghampirinya. Hyo-rin bilang, sekarang ini Yul terlihat berbeda. Ada apa sebenarnya dengan Yul. Yul bertanya bagaimana bagaimana penilaian Hyo-rin padanya sekarang. Hyo-rin bilang, kalau dia merasa Yul lebih tegas dan lebih berani sekarang. Apa itu karena sekarang Yul pindah ke istana. Yul hanya tersenyum.
Yul kemudian bercerita, kalau semalam, Shin dan Chae-gyeong sudah melakukan malam pertama. Yul hanya bilang, kalau mungkin Hyo-rin perlu tahu hal ini. Hyo-rin bertanya apa benar seperti itu. Yul mengiyakannya. Yul ingin mencegah hal itu terjadi, tapi dia sama sekali tak punya kekuatan. Hyo-rin berterima kasih karena Yul memberitahunya. Yul bertanya, apa Hyo-rin masih berpikir kalau dia bisa mendapatkan Shin kembali. Bukankah semakin sulit sekarang. Hyo-rin tak terima. Dia bilang, dia bahkan belum memulai apa-apa.
Di kelas Chae-gyeong, semua murid heboh membicarakan berita di internet tentang perjalanan Shin dan Hyo-rin di Thailand. Teman-teman Chae-gyeong tak habis pikir, kenapa Hyo-rin harus menjegal Putri Mahkota lagi. Kenapa Hyo-rin harus mengikuti Shin ke Thailand dan melukai Chae-gyeong. Kang-hyeong bilang, ini hanya artikel berita. Tapi yang lain berpikir ini serius. Hyo-rin itu memang brengsek. Chae-gyeong hanya diam saja mendengarnya. Hee-sung tak terima. Dia bilang dia ingin memberi pelajaran pada si brengsek Hyo-rin.
Kang-hyeon, Hee-sung dan Sun-yeong turun ke bawah. Kemudian secara tak sengaja mereka melihat Hyo-rin yang berjalan sendirian. Mereka langsung berlari menghampiri Hyo-rin. Hee-sung dan Sun-yeong langsung menyerang Hyo-rin dengan kata-kata pedas.
Hyo-rin mencoba menghindar dari mereka. Tapi Hee-sung menahan dan memakinya. “Hei! Kenapa kau tak menjauh saja dari calon Raja? Apa kau mencoba mengganggu suami orang?” maki Hee-sung. Hyo-rin tak terima dengan perlakuan mereka. “Tak ada yang perlu ku katakan pada kalian” kata Hyo-rin. Hyo-rin mencoba pergi. Tapi Kang-hyeon mencengkram tangan Hyo-rin dan mendorongnya dengan kasar ke tembok.
“Ya! Kau pikir kau punya segalanya…Apa jadi orang kaya itu bagus?” maki Kang-hyeon. “Apa yang kami katakan salah!” Sun-yeong ikut berteriak. Banyak anak-anak yang berlarian mendekati mereka. “Kau! Berhentilah mengejar suami orang dan berhentilah mengganggu Chae-gyeong!” teriak Kang-hyeon lagi. “Ini bukan urusan kalian. Ini masalah Shin dan aku, jadi menyingkirlah” jawab Hyo-rin.
Hyo-rin mencoba pergi lagi. Kali ini Sun-yeong yang menariknya dan mendorongnya hingga jatuh ke tangan Kang-hyeon dan Kang-hyeon mendorongnya hingga jatuh tersungkur di lantai. “Jika kau membuat Putri menangis, kami juga akan membuatmu menangis” teriak Sun-yeong sambil menangis karena jengkel. “Bagaimana bisa kau melakukannya pada temanmu sendiri” Hee-sung tak mau kalah. “Jangan pura-pura lemah. Ayo cepat berdiri!” teriak Sun-yeong lagi.
Chae-gyeong turun ke bawah dan melihat keributan itu. Dia langsung menghampiri ketiga temannya dan Hyo-rin. “Ya! Apa yang kalian lakukan?” teriak Chae-gyeong. Dia menghampiri Hyo-rin dan membantunya berdiri. Chae-gyeong bertanya bagaimana keadaan Hyo-rin. Tapi Hyo-rin yang kesal menampik tangan Chae-gyeong. HP Hyo-rin berbunyi. Dia segera menjauh dari mereka semua, diiringi tatapan mencemooh teman-teman sekolah mereka yang sedari tadi berkumpul mengelilingi mereka.
Hyo-rin mengangkat HP-nya. Ternyata telepon dari Orangtua asuh Hyo-rin yang mengabarkan kalau Ibu Hyo-rin dirawat di Rumah Sakit. Chae-gyeong mendengar percakapan itu dan terkejut. Dia merasa kasihan pada Hyo-rin. Apalagi saat pergi, Hyo-rin menangis. Chae-gyeong membuntuti Hyo-rin sampai ke Rumah Sakit.
Di Rumah Sakit, Hyo-rin menyuapi ibunya yang baru di rawat. Hyo-rin bilang, memang sejak awal ibunya harus di rawat di Rumah Sakit. Tapi ibunya meminta Hyo-rin agar tak khawatir. Hanya tulangnya saja yang salah posisi. Jadi sakitnya tak terlalu parah. Ibunya bilang, dia akan segera pulih setelah operasi. Hyo-rin bercerita, ibu temannya juga punya sakit yang sama dan setelah operasi dia langsung pulih.
Hyo-rin bertanya bagaimana dengan ibu asuhnya. Apa ibu asuhnya sudah membezuk ke Rumah Sakit, ibunya bilang ibu asuh Hyo-rin berkata agar jangan khawatir dan mendoakan agar ibu Hyo-rin cepat sembuh. Kemudian ibu Hyo-rin bertanya, bagaimana kalau dia tidak sadar setelah operasi? Apa yang harus dia lakukan untuk Hyo-rinnya?
Hyo-rin memarahi ibunya agar tak berkata omong kosong. Ibu Hyo-rin terus saja memegangi tangan Hyo-rin. “Kau sudah bekerja sepanjang hidupmu dan sekarang kau harus istirahat” nasehat Hyo-rin. Ibu Hyo-rin merasa ada yang sangat mengganggunya. Dia kesakitan. Jadi Hyo-rin membantu ibunya agar berbaring. Dia membenarkan letak selimut dan membelai rambut ibunya penuh kasih sayang. “Tunggulah. Kau akan baik-baik saja” kata Hyo-rin.
Hyo-rin membawa makanan ibunya keluar dan kaget saat melihat Chae-gyeong berdiri di depan pintu kamar tempat ibunya dirawat sambil menunduk sedih. Chae-gyeong juga kaget saat dia mendongak dan ternyata ada Hyo-rin di depannya sedang melotot ke arahnya. Hyo-rin melewati Chae-gyeong begitu saja. Chae-gyeong masih tetap diam membisu.
Chae-gyeong pulang kembali ke istana. Dia bingung menghadapi dua masalah sekaligus. Bagaimana caranya agar bisa merubah perasaan Yul padanya dan bagaimana caranya mengatasi masalah Hyo-rin. Dia benar-benar tak tahu apa yang harus dilakukannya.
Ternyata Yul sudah menunggunya di depan kediaman Chae-gyeong. Yul bertanya kenapa Chae-gyeong baru pulang. Chae-gyeong bilang, ada sesuatu yang harus dilakukannya hari ini. Chae-gyeong mencoba langsung masuk ke dalam. Tapi Yul menahan tangan Chae-gyeong dan berkata kalau dia ingin bicara. Chae-gyeong berkata dengan agak takut-takut, “Jangan memegangku seperti itu. Di istana, apa kau tak tahu kalau aku punya posisi yang lebih tinggi daripada kau? Aku ini istri dari sepupumu dan aku istri dari calon Raja. jadi mulai sekarang, berhati-hatilah dengan apa yang akan kau katakan”.
“Kau sama sekali tak cocok dengan Shin. Kau tahu betapa dinginnya Shin" sangkal Yul. "Itulah kenapa aku kasihan padanya. Dan saat aku merasa kasihan padanya, aku mulai mengerti dia. Dan karena aku mengerti dia. Aku mulai menyukainya. Setidaknya aku tahu satu hal dengan yakin. Setidaknya, Shin tak pernah menginginkan sesuatu yang bukan miliknya. Aku pergi sekarang” kata Chae-gyeong. Chae-gyeong masuk ke dalam dan Yul hanya membisu memandangi Chae-gyeong. Mata Yul berkaca-kaca.
Chae-gyeong masuk ke kediamannya dan disambut oleh dua dayang setianya. Chae-gyeong langsung masuk menuju kamarnya. Dia terkejut melihat beberapa lembar foto ada di kursi riasnya. Dia melihat foto itu satu persatu. Foto-foto Shin dan Hyo-rin di Thailand! Juga termasuk foto Shin yang sedang berciuman dengan Hyo-rin di bandara. Chae-gyeong shock melihatnya.
Ratu juga sangat marah setelah mendapatkan kiriman foto yang sama dengan apa yang didapat oleh Chae-gyeong. Ratu marah-marah pada Kasim Kong. Bukankah Kasim Kong mengawasi Shin selama ada di Thailand. Bagaimana mungkin hal seperti ini dapat terjadi dibawah pengawasannya. Kasim Kong hanya bisa minta maaf. Ratu bilang semua sudah terlanjur terjadi. Tak ada gunanya minta maaf.
Hal pertama yang harus mereka lakukan adalah mengatasi foto-foto itu agar tak tersebar ke luar istana. Kasim Kong mengiyakan. Ratu masih heran, bagaimana foto-foto itu bisa masuk ke dalam istana. Ratu bertanya pada Park Sang-gung yang berdiri di sebelah Choi Sang-gung apa dia sudah menyelidikinya. Park Sang-gung bilang, tak ada orang lain yang dari luar masuk ke dalam istana. Ratu kemudian menyimpulkan, itu berarti pelakunya berasal dari dalam istana.
“Yang Mulia, jika seseorang ingin mengancam kita, mereka akan mengirimkan foto-foto itu ke media” kata Choi Sang-gung. “Lalu?” tanya Ratu. “Jadi kami berpikir tentang hal lain, Yang Mulia” kata Kasim Kong. “Bicaralah” pinta Ratu. “Kami pikir, itu adalah ulah orang dalam istana” lanjut Kasim Kong. Ratu kaget mendengarnya, tapi kemudian mengangguk-angguk tandan mengerti maksud ketiganya.
Semnetara itu, di kediamannya, Hye-jeong juga sedang mengamati foto-foto itu bersama Seo Sang-gung. “Haruskah kita mengirimnya ke Media?” tanya Seo Sang-gung. “Tidak. Kita tunggu saja sebentar lagi. Aku rasa akan sangat menarik melihat apa yang akan terjadi di dalam istana setelah ini” kata Hye-jeong dengan angkuhnya. “Tapi Yang Mulia, mereka bilang, mereka sedang mencari orang yang mengirimkan foto-foto itu” kata Seo Sang-gung lagi.
Hye-jeong tersenyum meremehkan. “Mereka bilang mereka akan menemukanku dengan kemampuan mereka. Itu hanya omong kosong” kata Hye-jeong. “Yang Mulia, foto-foto itu bisa membuat masalah untuk anda” nasehat Seo Sang-gung. Hye-jeong mengatakan pada Seo Sang-gung agar tak khawatir. Ini hanya seperti permainan berburu. Sebelum mengalaminya sendiri, sang pemain akan mengalami tekanan dan gugup. Tapi sebenarnya, permainan itu membosankan. Melawan aturan dalam permainan itu adalah yang terbaik di dalam sebuah permainan.
Seo Sang-gung masih agak takut. Putra Mahkota dan Ratu bukanlah orang yang bodoh. Hye-jeong bilang, hal itu akan membuat permainan jadi semakin menyenangkan. Mereka bisa melihat musuh-musuhnya seperti mengantar kepala kepadanya. Akan sangat menarik sekali melihat bagaimana reaksi mereka saat melihat foto-foto itu. Hye-jeong melihat Yul berdiri di belakang Seo Sang-gung. Hye-jeong bilang, Seo Sang-gung boleh pergi sekarang. Seo Sang-gung pamitan pergi.
Yul duduk di depan ibunya. Yul bertanya, apa ibunya juga mengirimkan foto-foto itu ke Chae-gyeong juga. Hye-jeong dengan dingin berkata. Dia sudah bilang agar Yul menyerahkan smeua itu padanya. Dia yang akan mengurus semuanya. Yul marah-marah pada ibunya. Ini bukan saatnya menunjukkan foto-foto itu.
“Lalu kapan lagi kita akan melakukannya? Siapa yang coba kau bodohi? Kau pikir aku tak tahu kalau kau takut Chae-gyeong akan terluka?! Lupakan dia. Dia sudah jadi milik calon Raja” kata Hye-jeong. “Tak peduli bagaimana caranya, mereka pasti bisa bercerai” sangkal Yul. “Yul, apa yang sebenarnya kau pikirkan?” tanya ibunya.
“Sejak aku kecil, aku selalu melakukan apapun yang kau minta. Tapi ini pertama kalinya aku mengatakan sesuatu yang kuinginkan. Aku menginginkan dia. Sudah terlambat bagiku untuk menyerah pada perasaanku terhadapnya” sangkal Yul. “Kau… Apa kau ingin melihat ibumu meninggal?”ancam Hye-jeong. Yul tak menjawab apa-apa. Dia beranjak pergi meninggalkan ibunya.
Hye-myeong kaget melihat ayahnya membawa setumpuk buku. Dia mencoba membantu ayahnya. Raja melihat Hye-myeong sudah berdandan dan kemudian bertanya sepertinya Hye-myeong hendak pergi ke suatu tempat. Hye-myeong bilang, dia ingin ke istana. Raja khawatir apa sudah terjadi sesuatu di istana. Hye-myeong menenangkan ayahnya kalau tak ada sesuatu yang terjadi di istana.
Ayahnya merasa tenang. Dan kemudian menitipkan pesan untuk Ibu Suri. Raja bilang agar Hye-myeong menyampaikan kalau Raja baik-baik saja. Karena takut Ibu Suri mengkhawatirkan keadaannya. Hye-myeong mengerti hal itu dan meminta ayahnya beristirahat saja dan jangan hanya membaca buku saja. Ayahnya mengerti dan meminta Hye-myeong agar berhati-hati di jalan. Saat Hye-myeong hendak pergi, Raja ingin meminta buku-buku itu. Tapi Hye-myeong berkeras agar ayahnya beristirahat dan dia akan menyimpan buku-buku itu.
Hye-myeong duduk berdua dengan Shin yang sedang menghadapi kemarahan ibunya. Ibu Suri hanya diam saja di samping mereka. Ratu marah besar. Shin dianggap sama sekali tak bertanggungjawab dengan posisinya sebagai seorang Putra Mahkota dengan melakukan tindakan seperti itu di Thailand. Ibu Suri mencoba membela Shin. Ibu Suri bilang, Shin sudah menyadari kesalahannya. Jadi tak perlu dibentak-bentak lagi.
Ratu bilang ini bukan masalah segampang itu. Ini masalah tentang reputasi Putra Mahkota. Hanya berpikir tentang berita ini mungkin akan menyebar di luar istana saja membuatku merasa sedih. Ratu memegangi kepalanya yang terasa pusing. “Kita tak bisa merubah masa lalu. Tapi masa depanlah yang harus kita hadapi” kata Ibu Suri. Ratu mengangguk. Ibu Suri memandangi Shin. Ibu Suri meminta agar Shin memastikan kalau foto-foto itu tidak sampai ke tangan Chae-gyeong. Shin mengerti. Ibu Suri menyuruh Shin pergi. Awalnya Shin ragu. Tapi Hye-myeong menenangkan adiknya dan meminta Shin pergi.
Setelah kepergian Shin dan Kasim Kong, Ratu mengeluh. Waktu kecil Shin sama sekali bukan anak yang nakal. Tapi sekarang, Ratu sama sekali tak tahu apa yang ada di pikiran Shin. “Kalian tiba-tiba memanggilku ke istana. Jadi kupikir ada bom meledak atau sejenisnya” kata Hye-myeong. Ibu Suri tertawa mendengarnya. “Percayalah pada Shin. Di negara lain, sebuah ciuman seperti itu hanya dianggap sebagai ucapan salam. Saat aku bepergian, aku juga pernah memberikan salam seperti itu” lanjut Hye-myeong.
Ibu Suri tersenyum sambil memandang Hye-myeong. “Dan hal itu menurutku tidak buruk” tambah Hye-myeong. “Benarkah?” tanya Ibu Suri sambil tertawa. Ratu menegur putrinya. Shin itu seorang calon Raja. tak sepantasnya melakukan hal seperti itu. Hye-myeong tahu itu. Hye-myeong bilang, seseorang sedang mempermainkan mereka semua.
“Apa maksudmu dengan permainan?” tanya Ratu. “Jika seseorang menginginkan uang, tentu saja mereka akan mengirimkan foto-foto itu ke media. Tapi mereka langsung mengirimkannya ke istana. Itu menunjukkan kalau tujuan utama mereka bukanlah uang. Biasanya permainan seperti ini akan berakhir saat menemukan siapa pemenangnya. Jika tidak, orang itu mungkin akan merasa bahagia saat melihat kita kaget dan ketakutan karena foto-foto itu. Itulah kenapa kita tak boleh kaget dan takut. Kita harus tenang” jelas Hye-myeong. Ibu Suri dan Ratu mulai mengerti.
Shin berbicara berdua dengan Kasim Kong. Shin bertanya siapakah yang mungkin melakukan semua itu. Apa mungkin Paparazzi di Thailand yang melakukannya. Kasim Kong bilang, mereka tak mungkin melakukannya. Jika mereka ingin melakukannya, bukankah mereka biasanya mengirimkan foto-foto itu dahulu kepada sumbernya. Jadi pasti ada maksud lain di balik semua ini. Shin bertanya, jadi sekarang apa yang harus mereka lakukan. Kasim Kong bilang, mereka harus mengawasi orang-orang di istana. Shin mengerti.
Sementara itu, Chae-gyeong yang sedang sedih termenung sendirian sambil bersandar di dinding depan kamarnya. Dia bicara sendiri dalam hatinya. “Jika Shin tahu situasi Hyo-rin dan masih menyukainya, itu berarti mereka berdua memang saling menyukai. Jadi Yul-gun mungkin benar” batin Chae-gyeong.
Hye-jeong menemui Ibu Suri dan Ratu. Hye-jeong berkata, Ratu pasti sangat sedih sekarang. Ratu bilang, itulah rumor jelek yang beredar. Ratu bertanya bagaimana Hye-jeong bisa tahu hal itu. Hye-jeong beralasan, semua orang disini pasti tahu tentang semua kabar tentang keluarga kerajaan yang mudah sekali tersebar luas. Hye-jeong bertanya bagaimana cara Ratu mengatasi masalah yang memalukan seperti ini yang mungkin sebentar lagi akan tersebar luas.
Ratu tersenyum dan berkata dengan tenang, “Bagaimana mungkin Keluarga Kerajaan akan terguncang hanya dengan masalah kecil seperti itu. Ini pasti hanya ulah kotor dari orang berhati jahat”. Hye-jeong mencoba menyembunyikan kejengkelannya dan berkata, “Itu menguntungkan sekali. Tapai bagaimana jika foto-foto itu tersebar keluar istana? Apakah itu akan mudah diatasi”.
“Seperti kata Hye-myeong. Apa benar sedang ada orang yang mempermainkan kita?” tanya Ibu Suri. “Mempermainkan?” tanya Hye-jeong. “Hye-myeong hanya memberika contoh saja” timpal Ratu. Ibu Suri mengerti. “Jadi Pangeran harus bisa mengatasi masalah ini dengan baik. Jika nama Keluarga Kerajaan jadi buruk akibat ulah memalukan Putra Mahkota, itu akan menjadi berita buruk kan?” kata Hye-jeong. Ratu mulai memahami sesuatu sekarang. Dia terus saja menatap Hye-jeong.
Chae-gyeong masuk sekolah seperti biasanya. Ditangga dia bertemu dengan Jang-gyeong dan Hyo-rin yang mengikuti di belakang Jang-gyeong. Chae-gyeong hanya bisa menatap mereka dengan lesu. Di kejauhan Jang-gyeong berkata pada Hyo-rin, sepertinya Chae-gyeong sedang sedih. Hyo-rin menoleh, tapi Chae-gyeong sudah beranjak pergi.
Di kelas, Chae-gyeong hanya diam saja merenung di bangkunya. Dia menatap seseorang yang berjalan melewatinya. Orang itu adalah Yul. Tapi setelah itu, dia hanya diam saja. Yul terus menatap ke arah Chae-gyeong. Hee-sung, Sun-yeong dan juga Kang-hyeon menghampiri Chae-gyeong dan mengajaknya melukis di luar. Tapi Chae-gyeong hanya diam saja. Mereka cemas dan bertanya ada apa dengan Chae-gyeong. Chae-gyeong bilang dia minta maaf. Dia hanya ingin sendirian saja karena sedang merasa bingung sekarang. Chae-gyeong pergi. Yul mengikutinya.
Mereka bicara berdua di suatu sudut ruangan. “Apa kau tak mau bicara padaku lagi?” tanya Yul. “Sulit untuk merasa nyaman berdua denganmu sekarang” jawab Chae-gyeong. “Apa kau terluka karena apa yang kukatakan?” tanya Yul. “Aku mengatakan hal yang lebih kasar padamu” sangkal Chae-gyeong. “Mungkin aku mengejutkanmu. Tapi jika tak kukatakan padamu, kau takkan pernah tahu” kata Yul.
“Kenapa kau menyukaiku?” tanya Chae-gyeong. “Kau bilang kau merasa sedih karena Shin. Lalu kau bilang kau mengerti dia. Dan kemudian kau menyukainya. Itu juga sama dengan yang kurasakan. Setelah aku mengenalmu, aku mengkhawatirkanmu dan merindukanmu. Dan sekarang semua ini rasanya menyakitkan” jawab Yul.
“Aku selalu berpikiran modern. Aku takkan pernah memberikan tanganku pada orang yang sama sekali tak pernah memberikan tangannya padaku. Tapi kau, memberikan tanganmu padaku” lanjut Yul. “Itu karena kau temanku” kata Chae-gyeong. “Kau selalu jujur pada semua orang. Suatu hari, seorang gadis bernama Shin Chae-gyeong masuk ke dlaam hatiku dan aku bahkan tak tahu kapan hatiku terbuka untukmu” ungkap Yul.
“Maafkan aku, tapi aku tak bisa menerimamu” pinta Chae-gyeong. “Aku tak memintamu untuk menerimaku. Aku tak pernah meminta kau membalas perasaanku. Tapi aku tak ingin kau menjauhiku” kata Yul. “Tapi kau akan terluka. Aku tak mau Yul-gun terluka karena aku” sangkal Chae-gyeong. “Jika kau menjauhiku, itu akan menyakitiku. Bertindaklah seperti biasanya. Aku akan menunggu sampai perasaanmu bisa berpaling padaku dengan sendirinya” kata Yul.
“Aku takkan mengungkapkan perasaanku lagi padamu. Jadi aku akan tetap ada disini sebagai temanmu” kata Yul. “Aku tak mengira kalau perasaanmu bisa berubah secepat itu. Tapi saat aku sedih, aku senang kau ada untukku” kata Chae-gyeong. “Haruskan kita kabur dari sekolah? Kau sepertinya ingin sekali menangis” ajak Yul. Mereka pun langsung beranjak pergi.
Yul dan Chae-gyeong masuk ke dalam mobil Yul. Tanpa mereka tahu, Shin menatap mereka dengan tajam dari atas balkon sekolah. Shin turun kebawah. Diiringi ketiga orang teman akrabnya yang menatapnya dengan penuh tanda tanya.
Yul membawa Chae-gyeong di bawah jembatan yang di atasnya melaju kereta ekspres. Yul meminta Chae-gyeong untuk berteriak sekeras-kerasnya untuk melampiaskan kesedihannya. Chae-gyeong berteriak sekeras mungkin saat kereta melaju kencang. Jadi suaranya tak terdengar oleh orang lain di sekitar mereka.
Setelah puas berteriak, Chae-gyeong menangis. Yul menatapnya dengan sedih. “Shin-gun jahat sekali. Jahat sekali” kata Chae-gyeong sambil terus menangis. Yul meraih tubuh Chae-gyeong dan kemudian memeluknya. Chae-gyeong menangis sepuasnya di pelukan Yul.
Yul mencoba mengintip ke dalam sebuah ruangan pertunjukan musik. Chae-gyeong juga ikut mengintip dan melihat ruangan itu kosong. Lalu keduanya masuk ke dalam. Keduanya mengamati keadaan sekelilingnya. Yul memainkan drum dan Chae-gyeong memainkan alat musik yang lainnya. Mereka berdua bersenang-senang di dalam ruangan itu.
Lalu kemudian mereka pergi ke taman hiburan. Yul memberikan sebuah helm pada Chae-gyeong untuk menyamar. Dia pun juga ikut memakai helm yang sama. Hanya warnanya saja yang berbeda. Helm yang dipakai Chae-gyeong pink, sedangkan miliknya berwarna biru. Mereka bersenang-senang dan berteriak-teriak kegirangan disana dengan menaiki permainan yang memacu adrenalin seperti tornado, dsb.
Shin ada di ruangan ayahnya seperti biasa. Mengurusi administrasi menggantika tugas ayahnya. Dan seperti biasanya, Kasim Kong dengan setia menemaninya. Kasim Kong tahu kalau Shin sama sekali tak bisa konsentrasi mendengarkan penjelasannya. Karena sedari tadi, Shin hanya menatap jam tangan dan HP-nya saja. Seperti ingin menghubungi seseorang tapi ragu-ragu. Jadi Kasim Kong kemudian meminta agar Shin beristirahat sebentar. Dia akan menyiapkan teh herbal untuk Shin. Shin bilang itu tak perlu dan meminta Kasim Kong melanjutkan penjelasannya. Shin merasa kesal sampai membanting HP-nya. Kasim Kong kaget melihatnya.
Sementara itu, Yul dan Chae-gyeong selesai bersenang-senang. Chae-gyeong merasa senang. Dengan memakai helm itu, tak seorangpun mengenalinya. Yul bilang, mereka harus pergi sekarang. Tapi Chae-gyeong meminta Yul pulang duluan. Yul bertanya kenapa. Chae-gyeong bilang dia tak ingin peristiwa saat di rumah kaca beberapa waktu yang lalu. Yul mengerti. Chae-gyeong meminta helmnya. Dia masih harus memakainya untuk menyamar. Yul mengerti.
Chae-gyeong menjauh dari Yul karena dia menerima telepon dari Kang-hyeon. Tapi sebenarnya Chae-gyeong hanya berpura-pura. Agar Yul cepat pergi darinya. Chae-gyeong memakai helmnnya lagi, lalu berkeliling di tempat hiburan itu. Chae-gyeong masuk ke sebuah toko HP dan melihat-lihat HP model terbaru. Dan mencoba menggunakan kamera dari sebuah HP dan berfoto dan bergaya memakai HP itu.
Disana ada seseorang menyapanya dan bertanya apakah Chae-gyeong itu putri mahkota. Chae-gyeong menyangkalnya dan berkata, memang banyak sekali orang yang mengira kalau dia itu Putri Mahkota. Dia hanya mirip saja dengan Putri Mahkota. Tapi dia bukan Putri Mahkota. Bukankah dia lebih cantik dari Putri Mahkota. Chae-gyeong kemudian tertawa dan segera bergegas pergi dari tempat itu karena banyak sekali orang-orang yang sudah mengelilinginya.
Chae-gyeong duduk sambil minum di sebuah tempat. Chae-gyeong termenung dan mulai menyadari, dia sekarang tak bisa berjalan-jalan dengan bebas di jalanan lagi bersama teman-temannya. Karena sekarang banyak sekali orang yang mengenalinya.
Di istana, Choi Sang-gung bicara dengan Kasim Kong. Mereka harus segera memberi tahu para tetua. Tapi Kasim Kong memintanya untuk menunggu sebentar lagi. Kedua dayang Chae-gyeong ikut menguping dan menunggu dengan cemas. Karena Chae-gyeong belum kembali ke kediamannya. Choi Sang-gung cemas, bagaimana jika terjadi sesuatu pada Chae-gyeong. Tapi Kasim Kong menghalanginya. Istana juga punya masalah yang lain. Jika memberitahu para tetua, keadaan akan semakin kacau.
Shin tiba-tiba datang dan bertanya ada masalah apa. Mereka hanya diam. Shin bertanya sekali lagi ada apa sebenarnya. Keduanya berpandangan, lalu Choi Sang-gung menjelaskan kalau mereka sama sekali belum bisa menghubungi Chae-gyeong sejak tadi. Kasim Kong bilang, mereka sedang mencoba mencari Chae-gyeong sekarang. Shin berpikir tentang sesuatu dan kemudian memerintahkan agar jangan menyampaikan kabar ini pada para tetua.
Shin kemudian melangkah pergi sambil menelepon seseorang. Shin bertemu dengan Yul di depan kediamannya dan berbicara berdua. Shin bertanya dimana Chae-gyeong. Yul bertanya apa Chae-gyeong masih belum kembali. Shin memakinya, jika mereka pergi berdua, kenapa tak kembali bersama-sama. Yul membela diri. Chae-gyeong yang memintanya untuk meninggalkannya sendirian. Yul mencoba beranjak pergi karena ingin mencari Chae-gyeong. Shin menghentikan langkahnya.
“Kau! Sepertinya kau sudah lupa kalau Chae-gyeong itu Putri Mahkota. Kau sudah tahu kami menghabiskan malam pertama berdua. Dan aku masih melihat kau memperlakukan Chae-gyeong di sekolah lebih dari sekedar seorang teman. Tapi kau harus berhati-hati sekarang. Jika kau tak berhati-hati, Chae-gyeong akan terluka karenanya” kata Shin.
“Apa kau pikir kau berhak mengatkan hal itu?” Yul balik menyindir Shin. “Apa maksudmu?” tanya Shin yang sama sekali tak tahu maksud Yul. “Pikirkan saja sendiri” kata Yul, lalu segera pergi meninggalkan Shin.
Park Sang-gung menghadap Ratu dan memberitahu kalau mereka belum menemukan apapun. Ratu mengeluh mengapa hal seperti itu bisa terjadi. Mereka baru bisa menyerang balik kalau bisa mengetahui apa motif orang itu menyebarkan foto-foto itu ke dalam istana. Hye-myeong menenangkan ibunya agar tak khawatir. Sampai sekarang media belum bereaksi apa-apa. Jadi orang yang mempunyai foto-foto itu tak terlalu buru-buru ingin agar rakyat tahu tentang foto-foto itu.
Ratu bertanya, apa mereka hanya bisa duduk diam saja seperti ini tanpa melakukan apapun. Hye-myeong mencoba menenangkan ibunya. Mungkin isu itu akan segera berkembang. Tapi pasti ada cara untuk mengatasinya. Tak peduli sebesar apapun suatu masalah, pasti akan selalu ada jalan keluarnya. Ratu mulai merasa tennag setelah mendengarkan ucapan Hye-myeong.
Shin duduk di sisi sebuah kursi di dalam kediaman Chae-gyeong. Kasim Kong datang dan melapor kalau mereka sama sekali belum bisa menghubungi Chae-gyeong. Kasim Kong mundur dan pergi. Shin masuk ke dalam kamar Chae-gyeong. Dan dia melihat foto-foto dirinya dan Hyo-rin berserakan di meja Chae-gyeong. Dia pun menyadari alasan kenapa Chae-gyeong sama sekali belum kembali. Shin panik karenanya.
Sementara itu, Hye-jeong sedang ngobrol berdua dengan Seo Sang-gung. Mereka sedang membicarakan tentang Chae-gyeong yang menghilang dari istana. Dan sepertinya para tetua kerajaan menyembunyikan berita itu dengan baik. Hye-jeong tahu itu, mereka tak kan mungkin membiarkan Shin jadi berita buruk di berita utama dalam surat kabar. Tapi Hye-jeong senang. Karena pada akhirnya, hubungan Pangeran dan Putri Mahkota akan segera berakhir.
Hye-jeong tahu kalau Chae-gyeong sma sekali tak cocok dengan kehidupan yang ‘kering’ di dalam istana. Dan dia bilang dia ingin menggunakan foto itu sekali lagi. Seo Sang-gung bertanya apa lagi yang hendak dilakukan Hye-jeong. Hye-jeong bilang, rasanya tidak menarik kalau dia menang dengan semudah ini.
Yul hendak menuju mobilnya, Shin keluar dari mobil dan menghampiri Yul. “Apa kau mau pergi untuk mencari Chae-gyeong?” tanya Shin. “Ya” jawab Yul dengan tegas. ”Jika kau menemukannya, hubungi aku segera” kata Shin. “Aku tak mau” jawab Yul. “Apa kau MASIH akan bersikap seperti ini?” bentak Shin. “Kau selalu membuat Chae-gyeong menangis. Tapi aku ingin membuatnya tersenyum” balas Yul. Shin hanya bisa menatap Yul dengan pandangan jengkel. Lalu keduanya keluar dari istana dengan mobil, menempuh jalan masing-masing untuk mencari Chae-gyeong.
Shin mencari Chae-gyeong ke seluruh penjuru sekolah. Sedangkan Yul mendatangi tempat-tempat yang tadi dikunjunginya bersama Chae-gyeong. Tapi Chae-gyeong sama sekali tak ada dimana-mana.
Chae-gyeong sendiri sedang berjalan sambil termenung di sebuah taman. Seorang anak kecil berjalan di depannya sambil membawa banyak balon. Tiba-tiba balon anak itu terlepas dari tangannya dan terbang. Dengan refleks, Chae-gyeong berhasil meraih balon-balon itu dan memberikan kembali pada anak itu. “Pegang erat-erat ya” kata Chae-gyeong. “Terimakasih banyak, Yang Mulia Permaisuri” ucap anak itu. Chae-gyeong kaget sekali karena ternyata anak sekecil itu bisa mengenalinya.
Anak itu menghampiri ibunya dan menceritakan kejadian itu. Ibunya menyuru anaknya memberikan sebuah balon pada Chae-gyeong. Anak kecil itu berlari mendekati Chae-gyeong untuk memberikan sebuah balon pada Chae-gyeong. “Balon ini untuk kakak” kata anak itu. “Kau memberikannya padaku?” tanya Chae-gyeong. “Ya” jawab anak itu. “Terimakasih” kata Chae-gyeong sambil memandangi anak itu yang berlari kembali ke ibunya. Chae-gyeong melepaskan balon itu ke udara. “Pergilah dengan bebas kemanapun kau suka” katanya.
Shin bertemu dengan Hyo-rin di sekolah. Hyo-rin menghampiri Shin dengan senang. “Apa kau melihat Chae-gyeong di sekolah?” tanya Shin kemudian. “Apa kau meneleponku hanya karena ini?” tanya Hyo-rin. “Dia mungkin meneleponmu karena foto-foto itu, jadi hubungi aku kalau dia menelepon. Aku harus mencarinya” kata Shin kemudian beranjak pergi dari hadapan Hyo-rin.
“Aku tak pernah melihat wajahmu sekhawatir ini sebelumnya. Apa kau seperti ini karena khawatir dengan gadis itu?” tanya Hyo-rin. “Ya, aku khawatir” jawab Shin. “Haruskah kau memperlihatkan wajah seperti kau bisa mati saja tanpa gadis itu. Di depanku lagi” protes Hyo-rin. “Dia itu Putri Mahkota. Dan dia juga istriku” kata Shin lalu masuk ke mobilnya dan meninggalkan Hyo-rin yang menatapnya dengan kecewa dan marah.
Shin dan Yul hampir bersamaan pulang ke istana. Mobil Shin baru saja masuk ke istana. Sementara mobil Yul ada di belakangnya. Yul duduk di mobilnya dan bertanya pada dirinya sendiri. kemana sebenarnya Chae-gyeong pergi. Lalu dia tiba-tiba ingat sesuatu.
Shin bersama Kasim Kong ada di badan intelejen kerajaan dan mencari tahu melalui kamera CCTV apakah Chae-gyeong sudah kembali ke istana atau belum. Kasim Kong berkata, apa mungkin Chae-gyeong pulang ke rumahnya. Shin bilang itu tak mungkin. Chae-gyeong lebih dewasa daripada kelihatannya. Jadi dia tak mungkin membuat orangtuanya khawatir.
Yul masuk ke loteng di dekat kediaman Yul, tempat kemarin dia berduaan dengan Yul. Dan disana dia melihat Chae-gyeong sedang bermain dengan mandolin. Yul merasa lega dan kemudian menghampiri Chae-gyeong. “Aku baru saja menyadari kalau kau mungkin ada disini. Senang sekali karena tak terjadi apa-apa denganmu” kata Yul. “Maaf, aku ke sini tanpa permisi” kata Chae-gyeong. Yul hanya tersenyum.
Shin merasa frustasi. Dia kemudian mencoba memandangi CCTV dan kemudian menemukan sesuatu. Dia memerintahkan untuk memutar ulang video di tengah dan baris kedua dan meminta mereka melihatnya dengan lebih teliti lagi. Kamera Video nomor 11.
Akhirnya terlihat jelas, ada Chae-gyeong yang baru saja kembali ke istana. Shin bertanya itu tempatnya dimana. Kasim Kong bilang, tempat itu ada di Myeong-seong Dang.
Yul bertanya, saat sendirian, Chae-gyeong pergi kemana saja. “Aku hanya pergi ke tempat dimana seharusnya aku berada” kata Chae-gyeong. “apa maksudmu” tanya Yul kemudian. “Dunia dimana aku tinggal saat aku ini bukan Putri Mahkota Shin Chae-gyeong. Aku hanya ingin tinggal di dunia normal dimana seorang gadis bernama Shin Chae-gyeong tiinggal” ungkap Chae-gyeong. “Jadi bagaimana perasaanmu melihat dunia itu lagi?” tanya Yul.
“Sekarang aku tak bisa nyaman bicara ataupun bertemu dengan orang-orang di luar sana. Sekarang aku hidup di istana, kupikir aku seperti seseorang yang baru ada di dunia luar sana. Aku ingin melakukan apapun yang kuinginkan, memakan apapun yang ku mau dan pergi kemanapun yang kusuka. Tapi kupikir aku tak bisa melakukan lagi hal itu sekarang. Tapi kurasa aku bisa melakukan hal yang lainnya kan?” tanya Chae-gyeong. Yul mengerti perasaan Chae-gyeong.
“Tentu saja kau bisa hidup seperti itu” kata Yul. Chae-gyeong tertawa mengejek. “Kau sekarang hidup di istana, kau juga tak punya kebebasan lagi kan sekarang?” tanya Chae-gyeong. Yul menggeleng. “Jika aku memilikimu, aku bisa bernafas dengan lega dimanapun aku berada” kata Yul. Chae-gyeong hanya bisa menunduk mendengarnya.
“Jika kau tak tahan di istana, apa kau mau kabur bersamaku?” tanya Yul. “Apa?” tanya Chae-gyeong dengan kaget mendengar pernnyataan Chae-gyeong. “Jika kau mau, aku bisa menyerah pada semuanya. Jika kau ingin dan kau merasa nyaman, aku selalu siap untuk menyerah dengan semua ini” ungkap Yul. Chae-gyeong meletakkan mandolin dan beranjak pergi. Tapi Yul memegangi tangannya, “Tapi jika kau menginginkan sesuatu…” Yul tak bisa meneruskan kata-katanya karena ada seseorang yang datang. Orang itu adalah Shin!
Shin naik dan marah, lalu menghampiri keduanya, lalu memukul Yul. Tentu saja Chae-gyeong berteriak melihat kekasaran Shin. Shin marah pada Yul. Bukankah daritadi dia sudah bilang, kalau Yul menemukan Chae-gyeong harus memberi tahunya. Tapi kenapa Yul diam saja. Chae-gyeong mencoba membela Yul dan memisahkan mereka berdua lalu berkata, kalau Yul baru saja tahu kalau dia ada disini. Tapi Shin marah dan berteriak dan menyuruh Chae-gyeong diam saja.
Shin menyuruh Chae-gyeong turun tanpa mempedulikan teriakan Chae-gyeong. Shin menyeret Chae-gyeong turun dari tempat itu. Shin terus saja membentak Chae-gyeong. Yul hanya bisa memendam kekesalannya.
Ko ga da foto y sh kan jdi ga menarik lgi..........
BalasHapusHuft... iya gk ada fotonya jd gk seru😓
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSinopsis nya sangat detail aku sukakkk
BalasHapusKnpa episode 21 s/d 24 gk ada y?
BalasHapus