Jumat, 17 Juni 2011

Princess Hours Episode 16

Chae-gyeong dan Shin bersenang-senang di pinggir pantai. Mereka main kejar-kejaran, main pasir, bercanda, tertawa dan berfoto bersama. Shin bahkan menggendong Chae-gyeong di punggungnya. Saat hujan turun mereka masuk ke dalam mobil. Shin mengamati foto-foto yang diambilnya. Chae-gyeong tiduran di samping Shin.

“Selamat” kata Chae-gyeong. “Untuk apa?” tanya Shin. “Selamat karena kau bukan lagi Putra Mahkota Lee Shin yang terperangkap di dalam istana. Tapi kau sekarang adalah orang biasa yang bisa menghirup udara segar dengan bebas” jawab Chae-gyeong. Shin tersenyum dan kemudian memotret Chae-gyeong. Shin merangkul Chae-gyeong yang tiduran. Chae-gyeong memeluk tangan suaminya.

Kemudian mereka pergi ke suatu tempat. Chae-gyeong bertanya tempat apa itu. Shin bilang itu adalah istana musim panas. Istana dimana keluarga kerajaan biasanya menghabiskan waktu musim panas. Chae-gyeong kaget mendengarnya. Tapi dia merasa sangat senang.

Seorang pengurus istana musim panas menyambut mereka. Dia merasa senang sekali karena Shin berkunjung. Kemudian dia mengenali Bi-gung Mama alias Chae-gyeong. Dia menyampaikan salamnya. Chae-gyeong juga mengucapkan salam dan tersipu-sipu malu. Shin bilang, dia akan menginap malam ini di istana ini. Pengurus istana berkata, dia akan mempersiapkan semuanya. Lalu mempersilahkan Shin dan Chae-gyeong untuk masuk ke dalam.

Chae-gyeong membuka jendela kamarnya. Shin duduk di sampingnya. Shin tersenyum bahagia memandangi Chae-gyeong. Chae-gyeong bilang dia lapar. Dia ingin makan nasi. Tapi Shin diam saja. Dia agak kecewa. Karena sebenarnya dia ingin menikmati suasana sore itu berdua dengan Chae-gyeong. “Saat kau menginap di rumahku, bukankah aku memasakkan ramen untukmu. Kau bilang kau itu pemandu wisatanya. Harusnya kau tahu bagaimana cara untuk memasak nasi” rengek Chae-gyeong.

“Ya, aku tahu cara memasak nasi” jawab Shin. “Kalau begitu, ayo kita makan nasi sekarang. Aku lapar” bujuk Chae-gyeong. “Kalau begitu ayo kita makan nasi. Tapi sebelumnya, lihat itu dulu. Pemandangannya sangat indah” ajak Shin sambil merangkul Chae-gyeong dan meminta Chae-gyeong melihat pemandangan indah di depannya. “Aku hanya bisa melihat nasi dimana-mana. Ayo kita makan nasi” ajak Chae-gyeong.

Mereka pun akhirnya pergi berbelanja. Shin mengambil banyak barang. Tapi Chae-gyeong melarangnya. Mereka hanya berdua. Kenapa berbelanja sebanyak itu. Bahkan Shin sempat mengambil bawang bombay 1 keranjang yang biasanya berisi 10kg! Tentu saja Chae-gyeong melotot ke arahnya dan memintanya mengembalikan bawang itu. Selesai berbelanja, mereka memasak bersama sambil bercanda.

Makanan sudah siap dan mereka berdua mencicipi hasil karya mereka berdua. Ternyata rasanya enak. Keduanya mulai makan. “Shin-gun. Bolehkah aku bertanya padamu” tanya Chae-gyeong saat makan. “Ya. Bicaralah” jawab Shin. “Apa kau mengajakku kesini benar-benar untuk melihat matahari terbit? Ini tak seperti biasanya dan sedikit aneh. Mungkinkah ini perjalanan perpisahan kita?” tanya Chae-gyeong dengan berat hati.

“Apa? Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?” tanya Shin tak terima. “Suatu saat kau berkata seperti ini, Hyo-rin juga…” kata-kata Chae-gyeong dipotong oleh Shin. “Jangan batasi dirimu sendiri karena Hyo-rin. Aku sedang tak ingin mengadakan perjalanan perpisahan” kata Shin. “Perjalanan perpisahan. Itu sudah lama tren sejak dulu kan? Meskipun ini masih kurang matang, tapi rasanya tetap enak ” kata Chae-gyeong sambil mengalihkan pembicaraan dan melanjutkan makannya lagi.

“Lalu bagaimana menurutmu kalau kita hidup bersama selama 100 tahun?” tanya Shin. Chae-gyeong kaget. Dia menyemprotkan makanannya. Ada nasi jatuh di pipi Shin. Shin kesal karenanya. Chae-gyeong minta maaf pada Shin, dia sama sekali tak bermaksud seperti itu. Chae-gyeong membersihkan nasi yang menempel di wajah Shin. Shin bilang, Chae-gyeong lah orang pertama yang berani menyemprotkan nasi di wajah Putra Mahkota.

“terkadang aku ingin membiarkanmu pergi. Tapi terkadang, aku tak ingin membiarkanmu pergi. Jadi, sebelum hatiku ingin membiarkanmu pergi, beranjak dewasa bersama, itu bukan ide yang buruk” ungkap Shin. “Kenapa? Apa kau takut hidupmu jadi bosan?” tanya Chae-gyeong. Shin tersenyum. “Tidak. Karena aku merasa bahagia saat aku bersamamu” jawab Shin. Chae-gyeong tersipu-sipu malu mendengarnya.

Mereka tidur bersama. Shin terbangun dan memandangi istrinya. Dia terbangun dan terus tersenyum sambil memandangi Chae-gyeong yang tertidur dengan pulas di sampingnya. Shin kemudian tidur lagi dan meraih Chae-gyeong ke dalam pelukannya. Dia tersenyum bahagia sambil memeluk istrinya.

Keesokan harinya mereka pergi ke pantai. Cuaca mendung! Shin tak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia tak tahu kalau cuacanya akan mendung seperti itu. Kalau mendung, mereka takkan mungkin bisa melihat matahari terbit. Shin mengajak Chae-gyeong kembali lagi kapan-kapan untuk melihat matahari terbit bersama.

Chae-gyeong memandangi ekspresi kecewa Shin. “Kau tahu, melihat ekspresimu itu, aku bisa merasa kalau kau terluka dan kesepian lebih dari yang kurasakan. Jadi, mulai sekarang… mulai sekarang, aku tak bisa lagi menahan diri untuk jatuh cinta padamu” ungkap Chae-gyeong. Shin tak percaya dengan apa yang di dengarnya. Dia memandang Chae-gyeong. Chae-gyeong tersenyum balik memandangi Shin.

Mereka kembali ke istana. Shin ada di kamarnya bersama Kasim Kong. Shin memutar video yang berisi foto. Chae-gyeong masuk dan merasa tertarik ingin melihatnya. Dia menerobos masuk dan duduk di samping Shin.

“Apa ini? Komputermu juga ada remote controlnya?” tanya Chae-gyeong yang selalu saja penasaran. Dia ingin memakai remote itu. Tapi Shin tak mau memberikannya. Dia meneruskan memutar video foto nya. “Semua yang ada di istana ini otomatis. Ada pintu di ruang rahasiamu yang bisa terbuka secara otomatis. Dan sekarang komputermu juga begitu” celoteh Chae-gyeong. Chae-gyeong masih ingin menggunakan remote itu. Jadi Shin memegangi tangan Chae-gyeong dengan erat dan menyuruhnya agar diam dan melihat saja.

Tenyata Shin juga memasukkan foto-foto Chae-gyeong di dalam Video foto itu. Chae-gyeong memuji dirinya sendiri. dia bilang, dia memang cantik. Di foto dalam keadaan apapun tetap saja kelihatan cantik. Shin tersenyum meremehkan. Chae-gyeong tak terima. Dia meminta pendapat Kasim Kong dan merasa senang karena Kasim Kong juga bilang kalau Chae-gyeong cantik. Shin tertawa geli mendengar Chae-gyeong yang terus saja bicara.

Chae-gyeong panik saat sampai pada foto-foto konyolnya. Chae-gyeong ingin menghalangi agar Kasim Kong tak melihat foto-foto itu. Chae-gyeong berdiri dan menggunakan tubuhnya untuk menghalangi layar komputer yang big size itu. Kasim Kong dan Shin tertawa geli karena ulahnya. Tiba-tiba HP Chae-gyeong bunyi. Ayahnya yang meneleponnya.

Ayahnya menelepon dan berkata kalau ibunya membelikan Chae-gyeong sebuah mobil. Chae-jun senang sekali melihat mobil itu. Tapi dia kecewa karena itu mobil untuk kakaknya. Ibunya berkata itu adalah hadiah perkawinan Chae-gyeong yang belum bisa diberikan pada Chae-gyeong sewaktu Chae-gyeong menikah dulu. Sekarang ibunya adalah Ratu Asuransi. Jadi dia baru bisa memberikan hadiah pernikahan sekarang.

Ibunya minta agar Chae-gyeong memakai mobil itu dengan hati-hati. Dan lupakan peristiwa kecelakaan yang pernah menimpa Chae-gyeong dulu dengan mobil Ibu Suri. Yang pasti mobil yang diberikan ibunya itu lebih bagus daripada yang Chae-gyeong pernah dapatkan dulu. Chae-jun juga menyampaikan pesan agar Chae-gyeong hati-hati memakai mobil itu. Saat dia sudah punya SIM, dia akan meminta mobil itu.

Raja dan Ratu sedang berdua di ruang kerja Raja. Ratu menegur Raja yang terlalu keras bekerja setelah kembali ke istana dari kediaman pribadinya. Raja bilang, akan sangat senang jika Putra Mahkota bisa membantu. Ratu berkata, saat Raja tak ada Shin mengerjakan semuanya dengan baik. Seharusnya Raja percaya pada Shin. Raja berkata sekarang ini, sulit baginya untuk mempercayai Shin.

Ratu mencoba membela putranya. Putra Mahkota masih muda dan dia butuh perhatian dan juga bimbingan. Dan sekarang ini, harusnya mereka membantu Shin menentukan jalan yang benar. Raja bilang, karena insiden yang terjadi waktu itu, kelakuan Putra Mahkota sekarang diperbincangkan oleh masyarakat. Sejarah dan tradisi keluarga kerajaan juga jadi panutan masyarakat. Alasan kenapa Keluarga Kerajaan masih tetap ada, itu karena masyarakat masih memberikan kepercayaan pada keluarga kerajaan.

Ratu berkata, Raja seharusnya lebih mengerti Pangeran dengan hati yang terbuka. Ratu akan melakukan apa yang bisa dia lakukan untuk membantu Raja. Park Sang-gung datang dan berkata kalau Pangeran Yul datang. Ratu kaget mendengar kedatangan Yul. Raja dengan tenang berkata agar Yul dipersilahkan masuk.

Raja bertanya apa yang membawa Yul kesini. Yul bilang, ada yang ingin dia bicarakan dengan Raja. Yul melirik sekilas memandangi Ratu.  Ratu berkata kalau dia akan pergi. Karena sepertinya ada yang hendak mereka bicarakan berdua. Ratu menatap mereka berdua dengan rasa penasaran sebelum dia dan Park Sang-gung pergi dari ruang kerja Raja.

“Aku datang kesini untuk membicarakan tentang Festival Kebudayaan yang kita susun” kata Yul. “Ini sangat melegakan sekali. Seharusnya ini dilakukan oleh Putra Mahkota. Tapi kau melakukannya dengan baik Pangeran Hwi-seong” puji Raja.

Hyo-rin pergi ke suatu tempat. Stasiun. Dan dia duduk di sebuah bangku dan membelai ruang kosong di sebelahnya sambil tersenyum. Hyo-rin membayangkan saat dia berduaan dengan Shin di tempat itu.  “Apa kau juga kabur dari rumah?” tanya Shin. Hyo-rin ingat, mereka pergi berdua ke alam bebas. Menikmati keindahan alam di sekitarnya dan bersenang-senang hanya berdua. Hyo-rin ingat, mereka berdua menguburkan kedua tiket kereta mereka di sebuah pohon besar. Hyo-rin masih ingat pohon itu. Dia pergi kesana untuk melihatnya dan kemudian menggalinya. Dia tersenyum melihat sepasang tiket itu.

Di sekolah, banyak amurid yang membicarakan tentang Hyo-rin yang masih saja menganggap dirinya pantas untuk jadi seorang Putri Mahkota. Hyo-rin hanya bisa memendam rasa jengkelnya dalam hati. Dia terus berjalan menyusuri lorong sekolah, kemudian dia terhentak, dia melihat Shin berdiri termenung di sudut ruangan. Hyo-rin berjalan menghampirinya.

“Sama seperti sebelumnya. saat pertama kita bertemu di sekolah ini, aku tak suka teman-temanku dan aku bertemu denganmu disini. Apa kau ingat yang terjadi di Thailand? Mungkin kau mencoba untuk melupakannya. Tapi aku sangat menikmatinya. Berbelanja di Tuk Tuk (Pasar Tradisional Thailand). Bersembunyi dari Paparazzi. Aku takkan bisa melupakan semuanya. Meskipun aku hanya seperti bayangan, tapi waktu itu, aku merasa aku ini benar-benar temanmu. Terima kasih” ungkap Hyo-rin. Shin berlalu pergi. Tapi kata-kata Hyo-rin menghentikannya.

“Aku ingin bertanya padamu tentang sesuatu. Apa kau benar-benar menyukainya?” tanya Hyo-rin. “Ku rasa aku mulai jatuh cinta padanya” jawab Shin. Hyo-rin mendesah. Dia merasa kecewa. Shin melangkah pergi. Hyo-rin membasuh wajahnya di kamar mandi dan mengingat lamaran Shin dulu yang telah ditolaknya. Dia merasa menyesal telah menolak lamaran itu.

Chae-gyeong mengendap-endap di tangga sekolah. Dia melihat Shin sedang memotret. Chae-gyeong mengerjai Shin. Dia mengageti Shin. Tentu saja Shin kaget dan berteriak. Tapi Chae-gyeong hanya tertawa. “Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Chae-gyeong. Shin merangkul Chae-gyeong dan mengajak Chae-gyeong mengamati foto yang di ambilnya.

Tapi saat Chae-gyoeng hendak melihat apa yang tadi di potret oleh Shin, Shin malah mengantukkan kamera itu ke dahi Chae-gyeong. Tentu saja Chae-gyeong kesakitan karenanya. Lalu Shin menunjuk ke suatu arah. Chae-gyeong menoleh dan Shin langsung memotret Chae-gyeong. Chae-gyeong bertanya, tadi Shin memotretnya kan, karena tadi dia mendengar suara kamera. Shin menyangkalnya.

Kang-in berteriak dalam kelas dan memberitahu kalau Hyo-rin mencoba bunuh diri di toilet dengan meminum banyak pil. Semua teman-teman Shin langsung berlari menuju toilet. Sementara itu di toilet, gadis-gadis yang masuk ke toilet bingung apa yang harus mereka lakukan pada Hyo-rin yang terkapar di toilet.

Dengan sigap Jang-gyeong langsung masuk dan membopong tubuh Hyo-rin dan membawanya pergi. Kang-hyeon, Sun-yeong dan Hee-sung yang kebetulan lewat juga ikut penasaran dan menerobos kerumunan murid-murid yang berkumpul memenugi toilet. Dan mereka bertiga melihat Hyo-rin yang dibopong keluar oleh Jang-gyeong.  Jang-gyeong membopong Hyo-rin turun ke bawah. Dia berhenti sejenak saat melihat Chae-gyeong dan Shin. Keduanya kaget melihat keadaan Hyo-rin. Tapi Shin hanya diam saja. Jang-gyeong langsung terus jalan menuju ke bawah.

Shin dan Chae-gyeong pulang ke istana bersamaan. Sepanjang jalan tadi, Shin hanya diam saja. Chae-gyeong bertanya, bukankah seharusnya Shin mengunjungi Hyo-rin di rumah sakit. Tapi Shin tak mengatakan apa-apa.

Di rumah sakit, Jang-gyeong menunggui Hyo-rin dan senang saat dia lihat Hyo-rin sudah sadar. Hyo-rin ingin melepaskan baju rumah sakit itu, karena bagaimana mungkin Hyo-rin dan keluarganya bisa membayar tagihan rumah sakitnya nanti. Tapi Jang-gyeong melarangnya. Jang-gyeong bilang kalau pamannya yang punya rumah sakit itu. Dia yang akan mengurus biaya rumah sakit Hyo-rin dan meminta Hyo-rin agar jangan khawatir.

Hyo-rin memandangi Jang-gyeong dan bertanya, apa Jang-gyeong sudah tahu yang sebenarnya tentang dirinya dan sejak kapan Jang-gyeong tahu. Jang-gyeong tahu sejak awal. Kalau sebenarnya Hyo-rin itu bukanlah anak orang kaya. Dia berasal dari keluarga miskin, hanya saja karena Hyo-rin berbakat dalam balet, gurunya lah yang selama ini membayar biaya pendidikan Hyo-rin di sekolah seni paling elit di Korea itu.

Jang-gyeong meminta Hyorin agar berhenti bertindak sejauh itu. Satu-satunya yang akan terluka adalah Hyo-rin sendiri. “Apa kau pikir Shin akan kembali padamu? Jangan menunggunya. Jika dia pernah sekali saja berpikir untuk kembali padamu, dia pasti takkan menunggu sampai hari ini. Kau berubah jadi seperti ini karena dia. Tapi bayangannya pun sampai sekarang sama sekali tak terlihat disini. Cepatlah sembuh dan mulailah berlatih balet lagi” nasehat Jang-gyeong.

Kedua dayang Chae-gyeong hendak masuk ke dalam untuk mengantarkan teh. Tapi mereka melihat Chae-gyeong seperti sedang depresi, jadi mereka berdua pergi lagi.

Chae-gyeong memang sedang bingung. Dia tak tahu apa yang harus di lakukannya. Dia juga terkejut mengetahui keadaan Hyo-rin. Chae-gyeong bertanya pada dirinya sendiri. apa ini semua karena dirinya. Dia hanya bisa mendesah. Kemudian Chae-gyeong bangkit dari tempat duduknya dan memandang ke kamar Shin. Dia merasa lebih sedih lagi melihat keadaan Shin juga sedang bingung.

Chae-gyeong berjalan-jalan di sekitar kediamannya dan melihat Yul duduk di sebuah bangku taman. Dia menghampiri Yul dan bicara dengan Yul. Yul bilang dia juga sangat terkejut melihat keadaan Hyo-rin. Dia tak menyangka Hyo-rin bisa nekat melakukan hal itu. Chae-gyeong bertanya pada Yul, kenapa Hyo-rin melakukan hal itu. Apa itu karena dirinya? Jika saja dia tak pernah ada antara Shin dan Hyo-rin, mungkin Hyo-rin tak kan melakukan hal itu. Atau mungkin Hyo-rin merasa menderita karena Shin.

Yul bilang dia tahu apa yang dirasakan Hyo-rin. Pikirannya ingin menyerah akan perasaannya pada Shin. Tapi perasaan cintanya pada Shin malah semakin kuat. Tapi sebenarnya hal itu tak perlu dilakukan Hyo-rin. Tiba-tiba Yul berkata agar Chae-gyeong mau mengembalikan posisi Hyo-rin. Chae-gyeong kaget dan memandangi Yul. Dia tak mengerti apa maksud Yul.

Yul berkata, sejak awal, posisi itu milik Hyo-rin. Sebelum Shin turun tahta, tak mungkin bagi Shin untuk bercerai. Jadi sebaiknya Chae-gyeong yang pergi lebih dahulu. Chae-gyeong bilang, akhir-akhir ini Shin memperlakukannya dengan baik. Tapi Yul terus saja meracuni pikiran Chae-gyeong dengan berkata, meskipun dia tak tahu apa Shin sudah membuka hatinya untuk Chae-gyeong atau tidak, tapi yang jelas, Shin merasa lebih bahagia saat bersama Hyo-rin daripada saat bersama dengan Chae-gyeong. Pada akhirnya, Shin akan kembali pada Hyo-rin lagi.

“Tapi, dia menikah denganku. Bercerai dengannya akan membuat Shin semakin sulit” kata Chae-gyeong. “Itu adalah masalah yang harus diatasi oleh Shin. Hyo-rin telah melewati waktu yang berat untuk mengatasi cintanya. Mungkin ini harus segera diakhiri. Kita harus kembali pada posisinya masing-masing. Posisi kita yang sebenarnya” kata Yul.

Ratu sedang melihat-lihat foto bersama Kasim Kong dan juga Park Sang-gung. Ratu bertanya itu foto siapa. Kasim Kong bilang, itu adalah foto teman baik mendiang Raja Hyo-ryul (Ayah Yul). Dia adalah pemilik sebuah perusahaan media. Hye-jeong menjumpai orang itu saat pertama kali pulang ke Korea. Setelah diamati, semua kegiatan Hye-jeong berasal dari orang itu. Ratu mengerti sekarang. Jadi kabar dari Thailand, mungkin juga berasal dari orang itu. Kasim Kong mengiyakannya. Paparazzi yang mengejar Shin di Thailand juga mungkin dikirim olehnya. Semua masalah yang timbul akhir-akhir sini mungkin diawalai dari Hye-jeong. Ratu merasa puas dengan hasil penyelidikan Kasim Kong.

Kemudian dia melihat foto Hye-jeong yang sedang minum the bersama Hyo-rin. Ratu berkata pada Park Sang-gung dan meminta Park Sang-gung mencari informasi lebih detail lagi tentang Hyo-rin. “Kau benar-benar tak bisa melihat melalui hati seseorang. Bagaimana dia jadi begitu jahat dan sangat egois dengan hasratnya sendiri” ungkap Ratu.

Ratu menoleh lagi ke Kasim Kong, “Bagaimana jika anak ini, Pangeran terlibat dalam skandal yang lain lagi? Itu akan jadi ancaman untuk Pangeran. Jadi aku mohon bantuanmu untuk mengatasi masalah ini” pinta Ratu. “Ya, saya mengerti Yang Mulia Ratu” jawab Kasim Kong.

Chae-gyeong berbicara berdua dengan Choi Sang-gung. Chae-gyeong memuji penampilan Choi Sang-gung yang cantik dan punya bentuk tubuh yang indah. Pasti banyak orang yang menyukai Choi Sang-gung. Choi Sang-gung tersipu-sipu malu tapi dia berhasil mengatasi perasaan itu. Choi Sang-gung bertanya pada Chae-gyeong apa yang sebenarnya ingin Chae-gyeong ceritakan padanya.

Chae-gyeong bilang, ini bukan cerita tentang dirinya. Ini cerita tentang salah seorang teman Hee-sung. Chae-gyeong bilang gadis itu(sebut saja Mrs. C) sedang memasuki masa yang sulit. Mrs. C punya seorang pria yang disukai (Mr. S) tapi dia tak tahu apakah Mr. S mencintainya atau tidak. Jadi dia benar-benar tak mengerti. Dan Mr. S punya seorang gadis lain yang disukai (Mrs. H). Mrs. H tak mau melepaskan Mr. S dan semuanya jadi kacau karena itu.

Mrs. C tak tahu bagaimana perasaan Mr. S yang sebenarnya dan dia merasa kalau mungkin sebaiknya dia menyerah saja. Apakah Mrs. C harus menyerahkan kembali Mr. S pada Mrs. H. Apa benar kalau harus seperti itu.

“Bi-gung Mama, kau harus mempercayai hatimu. Jika kau merasa seperti itu, lakukanlah seperti itu. Ini adalah masalah prinsip kejujuran” nasehat Choi Sang-gung. “Sudah kubilang padamu, ini bukan cerita tentang aku. Tapi ini cerita tentang Sun-yeong” sangkal Chae-gyeong. Padahal Choi Sang-gung tahu pasti itu adalah masalah Chae-gyeong. Karena pada awalnya Chae-gyeong bilang ini masalah Hee-sung. Tapi sekarang berubah jadi masalah Sun-yeong.

“Yang lebih baik adalah mengakui perasaanmu, Yang Mulia” kata Choi Sang-gung. “Sudah kubilang, ini bukan ceritaku. Itulah kenapa aku tak tahu perasaanku” sangkal Chae-gyeong lagi. Dia menutupi wajahnya. Perasaannya tak karuan setelah ketahuan bohong.

Shin ada di rumah sakit tempat Hyo-rin di rawat. Awalnya dia ragu apa dia harus buka pintu atau tidak. Hyo-rin sedang duduk termenung sendirian saat Shin masuk ke dalam. “Apa kau sangat membenciku? Cukup, jangan lakukan apapun” kata Shin. Hyo-rin tersenyum.

“Kau tahu cinta pertama Romeo? Cinta pertama Romeo bukanlah Juliet tetapi Rosaline. Romeo jatuh cinta pada Rosaline dan cinta itu bertepuk sebelah tangan. Dan tentu saja dia menderita karena hal itu. Saat bertemu dengan Juliet di sebuah pesta, Romeo jatuh cinta pada pandangan pertama. Rosaline dilupakan begitu saja. Orang-orang hanya tahu tentang Romeo dan Juliet, mereka tak pernah tahu siapa Rosaline. Dalam arti lain, Rosaline itu hanyalah pelengkap. Dia adalah cinta pertama yang hilang begitu saja seiring hadirnya cinta yang baru” cerita Hyo-rin.

Hyo-rin bangkit dari duduknya dan menghampiri Shin. “Romeo, kenapa cintamu begitu tak pasti. Bagaimana kau bisa berubah begitu cepat?” tanya Hyo-rin. “Maafkan aku” ucap Shin. Shin pergi begitu saja meninggalkan Hyo-rin.

Chae-gyeong tiduran sambil menepuk-nepuk bantal Shin. Chae-gyeong mengintip ke kamar Shin dan melihat Shin sedang termenung di kediamannya. Chae-gyeong mengintip. Dia hendak masuk, tapi merasa ragu. Chae-gyeong pun pergi lagi.

Yul menghampiri ibunya yang sedang berdandan. “Aku akan mengunjungi Hyo-rin, kenapa kita tidak pergi bersama?” tanya Hye-jeong. “Hyo-rin terlalu menyedihkan” kata Yul. “Ya, aku tahu. Makanya, ayo kita pergi ke rumah sakit sama-sama sekarang. Jika kita menggenggam kartu terlalu lama, kta akan mulai diserang balik. Jadi sekarang saatnya membuang kartu itu” kata Hye-jeong.

“Kau mudah sekali mengatakan kalau seseorang itu penting, beberapa saat kemudian kau bisa bilang orang itu tidak penting lagi. Itu mengerikan” kata Yul. “Apa yang kau katakan?” tanya Hye-jeong. “Jika kita bertemu lebih awal, Hyo-rin mungkin takkan seperti ini. Itulah kenapa orang-orang bisa tidak beruntung karena kita terlambat bertemu mereka” sindir Yul. “Kau, apa maksudmu?” tanya Ibunya. “Maaf, Bu. Aku sedang tak ingin mengunjungi siapapun” kata Yul sambil pergi meninggalkan ibunya.

Chae-gyeong ada di rumah sakit mengunjungi Hyo-rin. Dia melihat ke kamar Hyo-rin, tapi Hyo-rin tak ada. Ternyata Hyorin baru saja keluar dari kamarnya. Hyo-rin terkejut saat melihat Chae-gyeong yang berdiri di depan kamarnya. Chae-gyeong menanyakan kabar Hyo-rin. Hyo-rin dengan sinis berkata kalau dia tak ingin bertemu dengan Chae-gyeong. Chae-gyeong ingin masuk ke dalam, tapi begitu masuk, Hyo-rin langsung menutup pintu kamarnya. Chae-gyeong hanya bisa mendesah karena kecewa.

Park Sang-gung masuk ke dalam ruangan Ratu saat Ratu sedang berdua bersama Hye-myeong. Park Sang-gung melaporkan kalau Hyo-rin baru saja bunuh diri dan sekarang berada di rumah sakit. Hye-myeong kaget mendengar nama itu. Ratu memandangi Hye-myeong dan bertanya apa Hye-myeong mengenal Hyo-rin.

Hye-myeong berkata, Hyo-rin itu mantan pacar Shin. Dari yang dia tahu, Hyo-rin itu anak yang kurang beruntung. Meskipun dia berasal dari keluarga yang berantakan, tapi dia tak pernah menyerah pada mimpinya. Dia menari balet dengan keras dan sekarang dia jadi seorang balerina hebat yang menerima banyak perhatian. “Dia mencoba bunuh diri, itu pasti Shin melukainya sangat dalam. Dia bukanlah orang yang lemah” kata Hye-myeong.

Ratu menghela nafas. Belum selesai masalah yang satu sudah datang lagi masalah yang lain. Ratu benar-benar tak tahu apa yang harus dilakukan. Hye-myeong bilang, ini situasi yang sangat serius. Ratu bilang, situasi seperti itu tak boleh bertambah besar. Ratu bertanya pada Park Sang-gung apa Hyo-rin masih ada di rumah sakit, Park Sang-gung membenarkan hal itu.

Hye-jeong sedang berduaan dengan Hyo-rin di sudut rumah sakit. “Kau tahu gosip apa yang eredar di dalam istana? Sekarang sedang di diskusikan tentang kualifikasi seorang pangeran. Itu mungkin akan bisa menyingkirkan posisi Putra Mahkota” cerita Hye-jeong. “Memikirkan Shin membuatku merasa khawatir. Jika dia diturunkan posisinya, siapa yang bisa mendampinginya? Memikirkan Shin membuatku benar-benar khawatir. Jika dia diturunkan dari tahtanya, siapa lagi yang bisa bersama dengannya? Sesekali aku berpikir, apa dia akan sendirian. Aku benar-benar merasa khawatir” kata Hye-jeong. “Ada Chae-gyeong bersamanya” jawab Hyo-rin.

“Pernikahan mereka hanya pernikahan politik, hanya pernikahan paksa dengan balasan agar keluarga Chae-gyeong terhindar dari kemiskinan. Apa pernikahan seperti itu akan bisa dipertahankan? Terutama saat diturunkan dari tahtanya. Dari apa yang kulihat, sepertinya mereka berdua sama sekali tidak saling menyukai. Itu mungkin karena rumor yang beredar akhir-akhir ini. Jadi mereka berusaha menunjukkan pada orang-orang kalau hubungan mereka tidak apa-apa. Shin adalah anak yang sangat bertanggung jawab. Mungkin dia bersama dengan Chae-gyeong karena merasa bertanggung jawab. Ini akan jadi kali pertama seorang Putra Mahkota turun tahta. Ini akan jadi pukulan hebat bagi Shin. Jadi bagaimana mungkin gadis bodoh seperti dia bisa membuat Shin merasa nyaman dalam mengatasi situasi seperti itu? Dia akan kembali ke sisimu” ceramah Hye-jeong panjang lebar.

“Tapi jika hal itu terjadi, akan sulit bagi Shin dan akan sulit juga untukku” kata Hyo-rin. “Kau tahu apa yang paling mudah untuk menuju surga? Adalah pengetahuan untuk tahu dimanakan jalan menuju surga itu berada. Ini adalah neraka yang harus kau lalui untuk menuju surga. Kau harus mengatasinya. Jika kau bisa mengatasinya, kau bisa dapatkan apapun yang kau inginkan” tambah Hye-jeong.

Chae-gyeong mengintip ke kamar Shin. Shin sedang membaca buku. Chae-gyeong berdehem dan membuat Shin menoleh. Chae-gyeong masuk dan duduk di kursi samping Shin. Chae-gyeong meraih Alfred yang ada di samping Shin, hingga membuat buku yang dibaca Shin jatuh ke bawah.

“Shin-gun” hanya itu yang diucapkan Chae-gyeong. “Katakan. Kau mau bicara apa?” tanya Shin. “Kau pergi mengunjungi Hyo-rin kemarin, kan? aku tahu kau pergi kesana. Aku juga kesana hari ini” kata Chae-gyeong. Shin melotot menatap Chae-gyeong. “Kenapa kau pergi ke sana?” teriak Shin. “Apa?” tanya Chae-gyeong yang kaget mendengar teriakan Shin.

“Karena kau dia ada di sana, tentu saja kita harus mengunjunginya, kan?” jawab Chae-gyeong. “Akan kulakukan urusanku sendiri” teriak Shin sambil melangkah pergi meninggalkan Chae-gyeong. “Kenapa kau begitu marah?” tanya Chae-gyeong yang tak terima sedari tadi terus saja dibentak oleh Shin. “Aku tak suka kau mencampuri urusan yang bukan urusanmu” jawab Shin.

Ibu Suri sedang sibuk dengan tanamannya. Seo Sang-gung masuk sambil membawa surat kabar. “Yang Mulia” sapa Seo Sang-gung. Seo Sang-gung memberikan korannya pada Ibu Suri. Ibu Suri membacanya dan terkejut. Beritanya sungguh mengerikan. Seorang murid sekolah mencoba untuk bunuh diri. Ibu Suri kaget dan kemudian pingsan. Seo Sang-gung terus berteriak memanggil-manggil Ibu Suri.

Hye-jeong menelepon rekannya dan berkata kalau mereka perlu menciptakan skandal lagi dan melakukan apa saja hingga musuh mereka kalah. Mereka hanya punya satu kesempatan. Dan harus menggunakan kesempatan itu sebaik-baiknya. Yul mendengar semua itu dari beranda. Dia hanya bisa menghela nafas panjang.

Raja marah-marah pada Shin. Setelah satu masalah belum selesai, timbul lagi masalah yang lain. Ini mungkin hanya salah paham. Ini mungkin hanya rumor. Tapi apa hanya itu yang bisa dilakukan? Raja terus saja bicara panjang lebar tapi Shin hanya bisa diam. Raja membentak Shin agar bicara. Tapi Shin tetap bungkam.

Hye-myeong mencoba membela adiknya. Shin sedang bingung sekarang, jadi dia tak bisa mengatakan apapun. Hye-myeong minta ayahnya agar tenang dan biarkan Shin berpikir agar dia tahu apa yang harus dikatakannya. Raja membentak Shin dan minta Shin bicara. Ratu mencoba menenangkan suaminya. Shin akhirnya berkata, kalau dia tak ingin bicara apa-apa.

Karena Shin tak mau bicara apa-apa, maka Raja menganggap kalau semua berita itu benar adanya. Raja kesal karena Shin terus saja membuat masalah. Hye-myeong terus mencoba membela adiknya. Dia bilang ini bukan kesalahan Shin. Ini adalah kesalahan seseorang yang mencoba membesar-besarkan masalah yang sepele. Raja menyangkal pembelaan Hye-myeong. Raja bilang, semua ini sudah tak bisa diatasi lagi. Raja terus memaki Shin. Kalau seperti ini terus, bagaimana mungkin Shin layak jadi seorang Raja. raja mengusir Shin pergi. Hye-myeong hanya bisa pasrah.

Chae-gyeong ternyata sedang menguping. Dia merasa serba salah. Saat dia berbalik, dia melihat Yul yang berjalan menghampirinya. Shin mendekat dan melihat mereka. Chae-gyeong memanggil Shin. Tapi Shin terus saja berjalan menjauh. Chae-gyeong berusaha menghentikan langkah Shin, tapi Shin mengibaskan tangan Chae-gyeong. chae-gyeong hanya bisa memandangi kepergian Shin. Yul mengikuti kemana mereka berdua.

Yul berdiri di belakang Chae-gyeong. “Biarkan Shin pergi” kata Yul. “Tapi…” kata Chae-gyeong dengan kecewa. “Chae-gyeong, masalah ini hanya bisa diatasi oleh Shin dan Hyo-rin” nasehat Yul. “Ini pertama kalinya aku melihat Shin dengan begitu banyak masalah. Jika aku meninggalkannya sendirian, kurasa itu akan berat untukku” kata Chae-gyeong.

“Jika kau pergi, kau akan dilukai Shin lagi. Shin bukanlah orang yang peduli pada kondisi seseorang” tambah Yul. “Tak apa jika aku terluka. Shin sering terluka karena dia sendirian. Jadi, aku tak ingin meninggalkan dia sendirian lagi” ucap Chae-gyeong. Chae-gyeong melangkah pergi menyusul Shin. “Tak bisakah kau melihatku? Kenapa kau tak bisa melihat hatiku yang terluka karenamu?” kata Yul dengan pilu.

Chae-gyeong mengejar Shin. Dia meminta Shin agar mau minta maaf. Hanya melarikan diri seperti ini sungguh kekanak-kanakn. Tapi Shin kesal. Dia bilang, sudah cukup apa yang dilakukannya. Semuanya sudah berakhir. Shin pergi dengan mobilnya keluar istana tanpa mempedulikan Chae-gyeong yang terus saja berteriak.

Chae-gyeong duduk di depan kediamannya hingga malam tiba. Dayangnya keluar dan memintanya untuk masuk ke dalam karena udaranya dingin sekali. Chae-gyeong terus saja memikirkan keadaan Shin.

Hyo-rin sudah keluar dari rumah sakit. Dia ada di sebuah kamar mewah. Hyo-rin sedang mengamati tiket miliknya dan Shin yang dulu dikuburnya. Hyo-rin tersenyum simpul. Tiba-tiba HP-nya berdering. Hyo-rin mengangkatnya dan bicara dengan sopan dengan seseorang dan berkata kalau dia tak apa-apa.

Hye-jeong hendak bertemu Ibu Suri dan minta dayangnya untuk mengumumkan kedatangannya. Tapi dayang yang berjaga di kediaman Ibu Suri berkata kalau Ibu Suri bilang, dia sedang tak ingin bertemu dengan siapapun. Hye-jeong berlalu pergi. Di tengah jalan, rombongan Hye-jeong bertemu dengan Ratu.

Ratu bertanya dimana anak itu. Hye-jeong tak mengerti maksud Ratu. Hye-jeong berkata, sejujurnya dia penasaran dengan anak itu. Hye-jeong pikir, Hyo-rin itu anak yang baik. Dia tak mengerti kenapa Pangeran mencampakkan anak itu dan menikah dengan Chae-gyeong. Mungkinkah Pangeran sekarang menyesali tindakannya itu?

Ratu tak mau kalah. Ratu bilang, dia juga akan segera bertemu dengan anak itu. Dia akan tahu semuanya saat dia bertemu dengan Hyo-rin. Ratu berlalu pergi meninggalkan Hye-jeong.

Di kediamannya, Ratu meminta Park Sang-gung untuk menghubungi Hyo-rin. Park Sang-gung segera menyerahkan telepon itu pada Ratu setelah tersambung ke Hyo-rin. Hyo-rin menjawab telepon itu dan mulai bicara dengan Ratu untuk pertama kalinya.

Sementara itu, Hye-jeong mencoba menghubungi seseorang. Tapi sayangnya, teleponnya tidak mau tersambung. Sepertinya Hye-jeong juga mencoba menelepon Hyo-rin.

Chae-gyeong sedang ngobrol berdua dengan Yul “Aku tak ingin terlalu bersandar padamu. Tapi semuanya selalu berakhir seperti itu” kata Chae-gyeong. “Kapanpun kau butuh kau, aku suka kalau kau bersandar padaku” jawab Yul “Aku sangat marah hingga aku pergi ke rumah sakit. Aku merasa menyesal dan benar-benar minta maaf. Tapi sekarang aku tak bisa mengerti. Tapi seharusnya semua tak harus seperti ini. Jika kau mencintai seseorang, harusnya kau tak membuat orang itu jadi susah” kata Chae-gyeong.

“Kau tak kan tahu bagaimana rasanya saat kau menginginkan sesuatu tapi kau tak bisa mendapatkannya. Jika kau membuat Shin jatuh dalam masalah, bukankah itu berarti kau mendapatkannya?” kata Chae-gyeong. “Kau juga menginginkan hati Shin” kata Yul. “Meskipun benar seperti itu, aku takkan memaksakan apa yang tak bisa kumiliki” jawab Chae-gyeong. Airmata mulai memenuhi matanya.

“Apa kau sekhawatir itu?’” tanya Yul. Airmata Chae-gyeong sudah mulai jatuh. “Kurasa membantunya mengatasi masalah dan ada disisinya membuatku merasa lebih baik. Karena dia tak ada disini aku merasa sekarat dan khawatir” ungkap Chae-gyeong. Yul sedih sekali mendengarnya.

Sementara itu, di kediaman Hye-jeong, Hye-jeong marah besar karena belum bisa menemukan Hyo-rin daritadi.

Shin masih menyetir di luar sana. Hyo-rin termenung di kamarnya. Yul pun juga memikirkan sesuatu di beranda kediamannya. HP Shin berbunyi. Shin segera mengarahkan mobilnya ke suatu tempat. Shin mengetuk pintu, Hyo-rin muncul dari dalam pintu itu. Sementara Chae-gyeong masih terus bersedih di kamarnya memikirkan Shin.

1 komentar: