Sabtu, 11 Juni 2011

Princess Hours Episode 15

Shin menarik tangan Chae-gyeong dengan paksa dan membawanya pergi naik mobil. “Kita mau pergi kemana?” tanya Chae-gyeong,. tapi Shin sama sekali tak menjawab pertanyaan Chae-gyeong. Shin membawa mobilnya melaju ke sebuah hutan kecil. Shin menghentikan mobilnya disana.

“Kau tahu betapa khawatirnya aku? Kau bahkan tak membawa bodyguard. Kupikir kau mungkin kecelakaan” hardik Shin. “Terimakasih karena sudah benar-benar khawatir tentang aku” jawab Chae-gyeong dengan nada dingin. “Jangan terluka karena foto-foto yang tak ada artinya itu” kata Shin kemudian. “Foto yang tak berarti? Apa kau benar-benar tak punya keseriusan apapun dalam dirimu. Jika bukan aku, kau pasti akan sangat khawatir tentang Hyo-rin. Kau mungkin tak pernah punya hubungan yang serius dengan siapapun. ” sindir Chae-gyeong.

“Apa kau sedang bercanda denganku? Setidaknya kau…”Shin tak sempat melanjutkan kata-katanya karena dipotong oleh Chae-gyeong. “Aku benar-benar menyesal telah mengganggu hubungan kalian berdua. Saat aku pindah ke Istana, aku butuh seseorang untuk kuikuti. Tak peduli betapa jahatnya kau dan kejamnya tingkah lakumu, terkadang saat kau ada di sampingku, aku merasa bahagia dan memberiku kekuatan. Tapi sekarang, aku tak lagi merasakan hal itu” ungkap Chae-gyeong.

“Apa maksudmu?” tanya Shin. “Aku merasa sekarat tetap ada disampingmu” jawab Chae-gyeong dengan ketus. Chae-gyeong keluar dari mobil dan Shin ikut  turun. “Kau mau pergi kemana?” panggil Shin. Chae-gyeong pun berhenti melangkah dan membiarkan Shin menghampirinya.  

 “Kau bilang untuk menunggu 2-3 tahun. Baiklah. Kita bercerai 2-3 tahun lagi” kata Chae-gyeong. “Apa? Bagaimana jika aku menolaknya?” Shin balik bertanya. “Aku ini bukan boneka yang terus saja harus memenuhi kehendakmu. Jadi, nanti saat kau ingin kembali ke  Hyo-rin, kau bisa bersamanya. Kupikir lebih baik kita menghormati batas masing-masing. Atau dengan kata lain, kita mungkin…..kita mungkin harus melupakan kenangan masa lalu yang kita punya. Jika kita berada di bawah langit yang sama dan berpijak di bumi yang sama, akan membuatku semakin membencimu. Dan aku akan jadi sangat sulit untuk menghentikan rasa benci itu” ungkap Chae-gyeong panjang lebar.

Shin kecewa mendengar kata-kata Chae-gyeong. “Apa hidup di dalam Istana sangat berat untukmu? Jika kau benar-benar ingin bercerai, aku akan menceraikanmu.” kata Shin dengan berat hati. “Siapa yang lebih dulu bilang cerai, dasar kau brengsek!” maki Chae-gyeong. “Karena pada awalnya aku tak menyukaimu. Kenapa seorang gadis biasa bisa mengganggu hidupku. Dan dengan matanya yang besar selalu bertanya ini itu. Saat aku mendengar kata-katamu, aku merasa hidupku ini penuh kepalsuan. Semua hal yang kupercayai itu nyata, ternyata semuanya palsu. Dan menghilang dalam sekejap. Terkadang aku sering memikirkannya. Tapi terkadang, aku bertanya pada diriku sendiri….apakah aku bisa bertahan hidup tanpamu?” ungkap Shin.

“Itu berarti….apa benar….?” tanya Chae-gyeong dengan gugup. Chae-gyeong senang mendengar pengakuan Shin. “Karena semua itu, aku  bertaruh kalau aku bisa hidup tanpamu” lanjut Shin. Chae-gyeong jadi kecewa lagi mendengarnya. “Orang akan selalu bisa beradaptasi dengan lingkungannya secara perlahan. Aku hidup tanpamu selama 19 tahun. Aku pasti bisa melalui hidupku walau tanpamu. Tapi aku mungkin akan merindukan tingkahmu. Karenamu aku sangat lelah, bertengkar denganmu dan saat-saat kita bersama. Kupikir ini jadi kebisaaan untukku. Layaknya aku tak pernah seperti itu sebelumnya, aku merasa kosong” ungkap Shin.

“Jadi hanya seperti itu. Kau bisa memperbaiki kebisaaanmu” kata Chae-gyeong kemudian beranjak pergi. “Bagaimana caramu memperbaiki kebisaaanmu? Setidaknya katakan padaku sebelum kau pergi” pertanyaan Shin menghentikan langkah Chae-gyeong. Chae-gyeong berbalik menghadap Shin. “Aku tak tahu, cari tahu saja sendiri. Kau bahkan tak punya sedikitpun cara untuk menghargai seseorang. Dasar kau orang jahat!” maki Chae-gyeong setengah menangis.

Chae-gyeong berbalik dan melangkah pergi. Tapi Shin menyusulnya, meraih tubuh Chae-gyeong dan memeluknya dari belakang. “Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku” teriak Chae-gyeong. “Sebentar saja. Bisakah kau diam seperti ini sebentar?” Pinta Shin. Shin semakin erat memeluk Chae-gyeong. Chae-gyeong membalikan badannya. Kemudian mereka berdua berpelukan dengan mesra. Chae-gyeong tersenyum bahagia, Shin juga merasakan hal yang sama.

Di istana, Ratu sedang berkumpul bersama Ibu Suri, Seo Sang-gung dan Park Sang-gung. Mereka sedang mengamati baju yang dulu di jahit oleh ibu suri sendiri untuk Shin yang baru lahir. Ibu Suri senang sekali mengingat waktu Shin baru lahir. Ratu senang sekali karena Ibu Suri masih menyimpan hal itu. Ibu Suri sangat bahagia sekali. Ratu pun merasakan hal yang sama. Mereka sekarang sedang menunggu kelahiran seorang keturunan kerajaan.

Hyo-rin ada di rumahnya bersama ibunya. Dia sedang mengambil jemurannya. Tapi belum dilakukannya karena dia senang memandangi langit yang begitu cerah sore itu. Ibunya berkata, langit itu seperti Hyo-rin begitu cerah dan suci. Hyo-rin tersenyum senang mendengar pujian ibunya. Ibunya kemudian bertanya bagaimana dengan uang  sekolah Hyo-rin. Hyo-rin meminta ibunya agr tak khawatir, gurunya sudah membayar semua uang sekolahnya. Ibunya tak tahu bagaimana cara membayar kebaikan guru Hyo-rin. Dia sudah banyak sekali membantu Hyo-rin. Hyo-rin bilang, saat dia sudah menjadi seorang balerina terkenal, dia akan punya banyak uang yang bisa dipakainya untuk menebus semua kebaikan gurunya. Hyo-rin selesai mengambil baju yang dijemurnya, kemudian mengajak ibunya masuk ke dalam karena cuacanya sangat dingin.

Hye-jeong di kediamannya sedang sibuk dengan laptopnya. Yul masuk ke dalam begitu saja tanpa mengucapkan salam pada ibunya. Ibunya heran dan kemudian menghampiri Yul yang sedang duduk di pinggir tempat tidurnya. Ibunya bertanya kemana saja Yul seharian ini pergi. Yul hanya diam saja. Ibunya semakin mendekat dan kaget meihat luka di bibir Yul. Ibunya bertanya apa yang terjadi. Tapi Yul diam saja dan berkata kalau dia lelah, dia hanya ingin tidur.

Shin dan Chae-gyeong sedang duduk berduaan di sebuah bangku di atas bukit. Shin terus memandangi Chae-gyeong yang sedang sibuk memperhatikan begitu banyak bintang di langit. “Untuk bintang-bintang, mereka memiliki waktu mereka sendiri. seperti juga di dunia manusia, yang punya masanya sendiri” kata Shin. “Wow! Shin-gun, bagaimana kau bisa tahu hal semacam itu” puji Chae-gyeong dengan kagum. 

“Ya! Bacalah beberapa buku! Buku! Ini hanya bagian dari kata-kata yang ada di novel favoritku” jawab Shin sambil menunjuk-nunjuk dahi Chae-gyeong. Shin berkata sambil tertawa. “Menurut buku, planet juga memiliki kemampuannya sendiri untuk terus berputar. Manusia juga, mempunyai masanya dimana mereka akan meninggal. Dalam 2500 tahun, mulai sekarang saat 2500 tahun berlalu, semua hal yang terjadi pada kita sekarang, mungkin juga akan terjadi pada kita nanti. Dan kita akan bertemu dengan beberapa orang yang pernah kita temui sebelumnya” terang Shin.

“Jadi menurut buku itu, kita akan bertemu lagi setelah 2500 tahun?” tanya Chae-gyeong. “Hampir seperti itu” jawab Shin. “Shin-gun mungkin tak ingin bertemu denganku lagi” kata Chae-gyeong. “Tidak. Kupikir aku akan bertemu denganmu lagi. Jika aku bersamamu, aku rasa aku takkan bosan. Aku benci kalau jadi bosan” kata Shin. Chae-gyeong kesal karena merasa Shin hanya menggodanya. Jadi Chae-gyeong memukul dada Shin. Shin merasa kesakitan. Chae-gyeong panik karenanya.

“Apa kau sakit? Apa kau tak apa-apa?” tanya Chae-gyeong. Shin memegang tangan Chae-gyeong. Kemudian tertawa dan berkata, “Inilah kenapa kau tak bisa. Inilah kenapa aku senang mempermainkanmu”. Chae-gyeong kesal. Dia melepaskan tangannya dan mencari sesuatu. Dia mencari batu dan ingin memukulkannya pada Shin.

“Hei apa yang kau lakukan? Kau tak takut masuk penjara karena membunuhku” teriak Shin sambil berlari mengelilingi bangku itu. “Aku tak takut masuk penjara” jawab Chae-gyeong sambil terus mengejar Shin. “Baiklah kalau begitu kita mati sama-sama” kata Shin sambil mengambil batu yang lebih besar daripada yang di bawa Chae-gyeong. “Ya! Aku minta maaf. Aku yang salah” kata Chae-gyeong yang ketakutan. Tapi karena batu yang dibawa Shin terlalu besar, Shin tak kuat lagi mengangkatnya sehingga dia menjatuhkannya. Jadi Chae-gyeong mengejar Shin lagi dengan batu di tangannya. Mereka tertawa dengan gembira malam itu.

Keesokan harinya, Ibu Suri kaget mendengar kabar kalau Shin memukul Yul. Seo Sang-gung mengatakan, dia tak tahu apa alasannya dan apa yang sebenarnya terjadi antara kedua pangeran itu. Sepertinya keduanya bertengkar hebat tapi tak ada yang tahu apa masalah mereka. Ratu masuk ke kediaman Ibu Suri dan memerintahkan Park Sang-gung untuk memanggil Shin kesitu. Tapi tiba-tiba seorang dayang berkata kalau Hye-jeong menunggu Ratu di kediamannya.

Hye-jeong marah-marah atas perlakuan Shin pada Yul. Ratu hanya bisa menunduk dan terus meminta maaf pada kakak iparnya itu. Ratu berjanji hal semacam itu takkan terjadi lagi. Hye-jeong terus saja marah-marah. Dan Ratu hanya meminta pengertian Hye-jeong kalau putranya masih muda dan masih labil emosinya. Hye-jeong bilang akan melupakan insiden ini dan meminta Ratu agar cepat pergi dari kediamannya. Ratu hanya bisa memendam  kekesalannya.

Sementara itu di kediaman pribadi Raja, Hye-myeong sedang menyeduhkan teh untuk ayahnya yang sedari tadi terus saja mengomel karena mendengar berita tak sedap yang beredar di dalam istana. Raja ingin mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi Hye-myeong menghalangi ayahnya menelepon ke istana. Dia yang akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi untuk ayahnya.

Raja mengeluh, kenapa lebih mudah mengurus 10 orang anak daripada mengurus Shin seorang. Selalu saja membuat maslaah dimana-mana. Hye-myeong mencoba membela adiknya. Dia bilang, wajar kalau anak seumuran Shin punya emosi yang meluap-luap. Mereka mungkin bertengkar hanya karena salah ucap saja. Raja berkata agar mereka bersiap-siap untuk kembali ke istana.

“Ayah, kita harus mendengar apa yang Shin katakan terlebih dahulu, karena kesehatanmu juga belum membaik” bujuk Hye-myeong. “Aku terlalu lama meninggalkan istana” kata Raja.

Di kediaman Hye-jeong, Hye-jeong sedang bicara berdua dengan Yul. Ibunya bertanya apa yang terjadi pada wajah Yul. Yul malah bertanya dengan marah pada ibunya, apa ibunya yang membuat berita tentang dirinya di internet. Hye-jeong menyangkalnya, kenapa Yul berpikir seperti itu. Yul bilang, karena tak mungkin peristiwa yang terjadi di dalam istana, tersebar begitu cepat di luar istana.

Hye-jeong mencoba membela diri. Bukan dia yang melakukannya. Ada seorang fotografer bodoh yang mengambil gambar dan memasangnya di situsnya. Benar-benar bocah yang keras kepala. Tapi, tidakkah Yul berpikir kalau surga telah membantu mereka. Yul bertanya, apa tak apa-apa kalau dirinya terlibat dalam masalah seperti ini.

Hye-jeong menenangkan putranya. Keluarga Kerajaan takkan membiarkan hal itu menyebar ke depan publik. Itu hanya rumor jadi, takkan ada banyak serangan balik. Ini hanya masalah yang akan dianggap  menimpa Putra Mahkota yang tak bisa mengendalikan emosinya. Dan itu akan membuat masyarakat menilai buruk pada sosok Putra Mahkota. Jadi sekarang mereka bisa tenang. Apalagi pemilihan calon Raja sebentar lagi. Hal itu akan membuat masyarakat bisa menilai mana yang terbaik antara Yul dan Shin. Yul pergi begitu saja dari hadapan ibunya. Hye-jeong bertanya Yul mau pergi kemana. Yul dengan dingin berkata kalau  dia juga bersalah dalam masalah itu.

Di sekolah, dalam kelas Chaeg-yeong ramai sekali. Wali kelas Chae-gyeong masuk dan menenangkan murid-muridnya. Chae-gyeong terus melihat ke arah bangku Yul yang kosong pagi itu. Hingga dia tak menyadari kalau sedari tadi wali kelasnya mengabsen-nya. Barulah saat wali kelasnya memanggilnya Bigung Mama, Chae-gyeong baru menjawab. Hal  itu membuat kesal wali kelasnya. “Apa kau tak mau menjawab jika kau tak dipanggil dengan sebutan “Tuan Putri”?” sindir wali kelasnya. Chae-gyeong hanya bisa diam.

Bahkan saat pelajaran, dia masih terus saja melamun dan memandangi bangku Yul. Sampai-sampai wali kelas Chae-gyeong harus memutar kepala Chae-gyeong untuk menghadap ke depan dan memperhatikan apa yang sedang diterangkannya. Kang-hyeon yang duduk di sebelah Chae-gyeong, dengan berbisik-bisik bertanya, apa Chae-gyeong tahu berita yang beredar. Chae-gyeong mengiyakan. Kang-hyeon bertanya, apa itu alasan Yul tak masuk hari ini. Chae-gyeong tak bisa berkata apa-apa. Sementara itu Hee-sung dan Sun-yeong terus menunggu jawaban Chae-gyeong.

Kang-hyeon masih terus bertanya, apa yang sebenarnya membuat Yul dan Shin bertengkar. Chae-gyeong bilang, itu hanya salah paham saja. “Hei, Tuan Putri. Aku memohon padamu agar lebih berkonsentrasi pada pelajaranmu” tegur wali kelas Chae-gyeong. Chae-gyeong hanya bisa tersenyum malu-malu.

Sepulang sekolah, Chae-gyeong langsung menuju kediaman Yul. Tapi dia sama sekali tak melihat Yul. Kemudian dia kaget saat melihat Kwak Sang-gung (Sang-gung Hye-jeong) berdiri dibelakangnya. Kwak Sang-gung bertanya, apa yang sedang dilakukan Chae-gyeong disini. Chae-gyeong bilang dia hanya merasa khawatir akan keadaan Yul karena tadi Yul tak masuk sekolah. Dia hanya ingin melihat Yul sebentar saja.

Kwak Sang-gung meminta maaf. Karena Yul berpesa, dia tak ingin bertemu siapapun. Chae-gyeong mengatakan, kalau Kwak Sang-gung melapor pada Yul dan berkata kalau Chae-gyeong ingin bertemu dengan Yul, Yul mungkin mau menemuinya. Kwak Sang-gung berkata, Ibu Suri saja tak mau ditemui Yul. Kwak Sang-gung hanya bisa  meminta maaf. Chae-gyeong pun pamitan pulang.

Chae-gyeong sampai ke kediamannya, tapi kemudian dia mampir di kediaman Shin yang sedang sibuk membaca buku. “Aku tadi baru saja mengunjungi tempat Yul-gun. Tapi dia tak ingin bertemu siapapun” kata Chae-gyeong. Shin hanya diam saja. “Dia tak masuk sekolah dan aku belum melihatnya sejak kemarin. Apa mungkin lukanya parah” keluh Chae-gyeong. “Mungkin dia sibuk” jawab Shin kemudian. Shin merasa agak marah dan pindah ke tempat tidurnya sambil membaca lagi. Chae-gyeong pun pulang ke kediamannya dengan kecewa.

Kasim Kong masuk ke kamar Shin dan berkata kalau Raja ingin bertemu dengan Shin di istana dalam. Shin bertanya apa gunanya istana Myeong-seong (loteng tempat Yul dan Chae-gyeong berduaan). Kasim Kong hanya berkata kalau itu hanya tempat yang tak terpakai. Shin bertanya, kalau hanya tempat yang tak terpakai kenapa Yul bisa tahu tempat seperti itu. Kasim Kong kaget mendengarnya dan bertanya apa Yul sering ada di sana. Shin berkata pada Kasim Kong untuk melupakan pertanyaannya dan cepat pergi menghadap Raja.

Raja berdua bersama Shin di istana dalam. Raja bertanya kenapa Shin memperlakukan Yul seperti itu. Shin bilang dia tak ingin membicarakan lebih detail masalah itu. Raja marah dan bertanya, apa Shin tak sabaran hingga dia tak ingin membicarakan hal itu dengan lebih jelas.

“Semuanya salahku” kata Shin. “Kau adalah orang yang akan menempati posisi tertinggi di masa depan. Aku sudah mendidikmu dengan hati-hati dan sungguh-sungguh sejak kau kecil. Bagaimana bisa kau melakukan hal seperti ini” maki Raja. Shin mengamati foto yang ada didepan Raja. Foto Shin yang sedang menarik Chae-gyeong dan memukul Yul.

“Kenapa kau tak bisa jadi seorang Raja yang bijaksana seperti yang kuharapkan?” tanya Raja. “Kau hanya bisa menyalahkan pada sifatku sejak kecil tanpa menghargai perasaanku” kata Shin. “Beraninya kau!” bentak Raja. raja menahan kekesalannya. “Kau pikir apa kau masih punya kualifikasi yang baik sebagai Putra Mahkota?” tanya Raja. “Ayah, kau selalu saja bicara tentang hal itu. Kau tak perlu khawatir. Ada banyak orang disekelilingku yang akan cocok dengan posisi itu” ungkap Shin.

“Kau itu bicara apa?” tanya Raja yang makin kesal mendengar jawaban Shin. “Anakmu akan pergi sekarang” pamit Shin. Shin bangkit dari tempat duduknya. Langkahnya terhenti saat Raja berkata, “Mungkinkah, masalah kali ini berawal karena Putri Mahkota?”. “Tidak” tegas Shin sambil langsung menuju keluar. Ratu ternyata ada di depan ruangan Raja bersama Park Sang-gung yang membawakan obat untuk Raja. Shin hanya bisa memandangi ibunya tanpa berkata apa-apa. Ibunya sedih menatap Shin.

Ratu masuk ke dalam dan berbicara dengan Raja. “Pemberontakan hati Pangeran sepertinya jadi semakin serius. Itu sangat membuatku khawatir” keluh Raja pada istrinya. “Ini terjadi karena hal itu terbiasa terjadi pada anak yang seumuran dengannya. Jika Raja bisa lebih perhatian dan menghadapinya dengan lapang dada, dia mungkin akan bisa berubah” kata Ratu.

“Aku khawatir karena dia sama sekali belum bisa merubah kelakuannya. Benar begitu kan? Kenapa Ratu tak bicara apapun padaku saat aku bertanya tentang Pangeran? Pangeran berubah jadi tak terkontrol seperti itu karena terus kau lindungi” tanya Raja. Ratu mencoba bersikap tenang. “Seharusnya, dilihat dulu bagaimana masalah itu bisa terjadi. Kau harus melihat dengan lebih baik lagi masalahnya” kata Ratu.

Raja menghela nafas. “Masalah Pangeran bukan hanya masalah pemberontakan dirinya uang semakin berkembang, masalah yang ada karena takdir jahat, bisa juga adalah akhir bagiku” kata Ratu. “Apa yang kau bicarakan?” tanya Raja. Ratu hanya diam saja. “Setelah kejadian itu, orang-orang akan meragukan kemampuan Shin dan mungkin juga takkan mau mendukungnya” kata Raja. “Yang Mulia, selama pemerintahan masih Monarki Konstitusi, masalah seperti ini akan selalu ada” kata Ratu. Raja mulai ragu akan kemampuan Shin untuk jadi penerusnya. Sementara Ratu terus berusaha membela putranya.Ratu mengingatkan Raja untuk meminum obatnya yang sudah mulai dingin.

Di rumah keluarga Chae-gyeong, Ayah, Ibu dan juga Chae-jun sedang sibuk membicarakan tentang kelakuan Shin yang beredar di internet. Chae-jun malu, karena kakak iparnya ternyata orang yang kasar. Ibu Chae-gyeong bertanya pada ayah Chae-gyeong, apa benar Shin bertindak seperti itu. Ayah Chae-gyeong membela Shin. Shin adalah seorang Putra Mahkota yang tenang, pintar dan berkharisma.

Tapi kemudian ibu Chae-gyeong menduga. Itu hanya terlihat dari luar. Dari dalam siapa yang tahu. Mereka mulai mengkhawatirkan keadaan Chae-gyeong. Mereka takut, kalau Shin akan melakukan kekerasan pada Chae-gyeong. Mereka membayangkan Chae-gyeong disiksa oleh Shin dan berteriak sendiri karenanya. Tapi Chae-jun bilang, tak mungkin Shin seperti itu. Yang mungkin malah Chae-gyeong yang memukuli Shin!

Raja dan Ratu berkumpul dengan Ibu Suri dan Hye-myeong. Ibu Suri bertanya bagaimana keadaan Raja. Raja menenangkan ibunya dan berkata kalau dia baik-baik saja. Ibu Suri khawatir, skandal tentang Shin membuat kesehatan Raja terganggu. Raja bilang, dia lebih mengkhawatirkan masalah Putra Mahkota daripada kesehatannya sendiri.

Ratu bilang, masalah Putra Mahkota sekarang sudah tersebar luas. Raja mengusulkan, bagaimana kalau mengadakan konfrensi pers untuk mengklarifikasi masalah itu. Hye-myeong bilang, itu bukan ide yang baik. Malah orang-orang akan mengira kalau keluarga Putra Mahkota dalam keadaan terdesak dan hanya bisa mencoba memperbaiki lewat konfrensi pers.

Hye-myeong menambahkan, mungkin akan lebih baik kalau membiarkan semua itu terjadi apa adanya. Seperti misalnya mengusulkan agar Shin pergi berdua dengan Chae-gyeong dalam suatu pertunjukkan seni atau semacamnya dan menunjukkan pada orang-orang kalau hubungan mereka berdua baik-baik saja.

Raja bertanya, apa mungkin wartawan tiba-tiba muncul untuk meliput mereka berdua. Hye-myeong dengan pasti mengiyakan. Saat bagian anggota keluarga kerajaan keluar, pasti akan ada wartawan yang mengikuti mereka untuk mencari berita. Dan jika tak terbukti skandal yang beredar tentang kekerasan Shin yang mungkin bisa dilakukannya pada istrinya, keburukan Shin akan hilang sendirinya dari pikiran mereka semua.

“Sungguh kebetulan sekali. Kedutaan Perancis mengundang pasangan itu untuk menghadiri pertunjukkan besok” kata Ratu. “Sejak Pangeran dalam situasi seperti ini, kita tak bisa mengirimkannya” kata Raja. “Ayah, sudah tak ada hal yang bisa dilakukan untuk mengubah opini publik. Akan lebih baik kalau mereka selalu pergi berdua saat ini” bujuk Hye-myeong. “Mereka harus pergi. Lakukanlah apa yang diusulkan Hye-myeong” Ibu Suri ikut memberikan pendapatnya.

Chae-gyeong sedang bermain hulahoop bersama dengan kedua dayang setianya di depan kediamannya. Salah seorang dayangnya bertanya kenapa Chae-gyeong melakukan hal ini. Chae-gyeong bilang, itu karena ada seseorang yang bilang kalau dia kelebihan lemak. Dayangnya bertanya lagi siapa yang mengatakan seperti itu. Chae-gyeong bilang, dia menyadari kalau memang wajahnya sekarang ini sebulat bulan purnama dan dan dia malu.

Dayangnya berkata, sejujurnya, sebelumnya Chae-gyeong terlihat kurus saat dia kehilangan selera makannya. Chae-gyeong bilang, sekarang selera makannya semakin meningkat. Dia tak suka lagi menahan laparnya. Tanpa mereka tahu, Shin lewat di belakang mereka.

Shin mendekati mereka. salah satu dayang Chae-gyeong berhenti memutar-mutar hulahoopnya dan menunduk sambil mundur ke belakang. Chae-gyeong bertanya ada apa. Dayang yang satunya juga ikut menghentikan bermain hulahoop saat melihat Shin datang.

“Apa yang sedang  kau lakukan pagi-pagi begini? Kau terlihat buruk sekali” tanya Shin. Chae-gyeong diam saja dan terus memutar hulahoop itu di pinggangnya. “Ya! Aku sedang bicara denganmu” teriak Shin. “Kenapa? Bukankah bagus untukmu kalau aku semakin cantik” jawab Chae-gyeong. “Aku tak suka wanita yang terlalu kurus seperti mumi di Yunani” kata Shin. “Kan kau sendiri yang menyarankan agar aku menguruskan badanku” kata Chae-gyeong tak mau kalah.

“Kau kan juga harus sedikit menguruskan badanmu agar kau terlihat lebih tampan saat difoto” kata Chae-gyeong. “Kenapa harus, badanku bagus” kata Shin dengan PD-nya. Chae-gyeong tertawa terbahak-bahak mendengarnya. “Sindrom Pangerannya (merasa paling sempurna) muncul lagi” kata Chae-gyeong pada kedua dayangnya. “Terserah kau saja. Mungkin itu lebih baik. Aku hampir saja mati kemarin saat aku menggendongmu” sindir Shin.

“Kau tak perlu khawatir akan hal itu. Kakak, ayo kita lakukan lagi. Lakukan bersama-sama” kata Chae-gyeong. Shin hendak melangkah pergi, tapi kemudian dia berbalik sebentar dan tersenyum manis memandang Chae-gyeong. Shin pergi meninggalkan mereka.

Malam itu, mereka berdua menghadiri undangan Kedutaan Perancis. Tentu saja banyak wartawan yang ingin memburu berita mereka berdua. Chae-gyeong mengeluh. Dia sama sekali tak suka musik klasik. Seperti biasanya, dibalik senyumnya pada wartawan, Shin mengancamnya untuk tetap terus tersenyum.

Semua orang menikamati pertunjukkan musik itu kecuali Chae-gyeong. Dia malah tertidur pulas. Ngorok lagi! Shin tak tahu harus berbuat apa, jadi dia hanya diam saja. Chae-gyeong terbangun saat dia terantuk tangan Shin yang keras. Dia mengaduh kesakitan sambil memegangi kepalanya.

Shin menyuruh Chae-gyeong untuk bangun tapi Chae-gyeong mengeluh, musik klasik itu seperti lagu nina bobo yang menyuruhnya untuk terus bangun. Shin terus meminta Chae-gyeong untuk cepat bangun karena banyak orang yang mengamati mereka. Chae-gyeong tak tahan dan bilang kalau dia ingin pergi ke toilet saja.

Di toiley, Chae-gyeong mencoba membuat dirinya sendiri agar tidak mengantuk. Tapi sama sekali tak bisa. Dia merasa baru saja minum obat tidur. Rasanya ngantuk sekali. Karena tak melihat air yang tergenang dibawahnya, Chae-gyeong jatuh terpeleset dan sepatu hak tingginya jadi patah karena insiden itu. Chae-gyeong bingung apa yang harus dilakukannya.

Sementara itu, Shin menyusul istrinya di toilet dan memanggil Chae-gyeong yang ada di dalam toilet dengan pelan-pelan. Takut ketahuan orang lain karena itu toilet wanita!

Cha-egyeong bilang dia ada di dalam. Shin tadi sempat berpikir kalau Chae-gyeong kabur. Shin minta Chae-gyeong keluar karena pertunjukkan sudah selesai. Chae-gyeong bilang dia tak bisa keluar. Shin akhirnya masuk ke dalam toilet untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Shin mengajak Chae-gyeong keluar dan akhirnya tahu apa yang menyebabkan Chae-gyeong enggan keluar dari toilet.

Shin mencoba memnancapkan kembali hak sepatu Chae-gyeong. Tapi Chae-gyeong marah karena Shin malah bisa merusaknya kalau sepatunya dipukul-pukulkan ke tembok seperti itu. Lalu kemudian Shin minta sepatu Chae-gyeong yang sebelahnya lagi dan kemudian melepas hak sepatu yang satu lagi. Beres. Chae-gyeong bisa berjalan lagi dengan sepatunya yang sudah tak punya hak tinggi.

Shin berjalan duluan.  Chae-gyeong mengikuti dibelakangnya sambil tersenyum senang dan kemudian dengan manja memegang lengan kanan Shin. Chae-gyeong bertanya kenapa tadi Shin pikir kalau dia melarikan diri. “Saat kau kehilangan akalmu, kau itu orang yang suka kabur kapan saja semaumu” sindir Shin. 

Tiba-tiba datang wartawan yang mengerubuti mereka dan bertanya tentang kekerasan yang Shin lakukan. Mereka meminta Shin untuk mengomentari berita itu. Chae-gyeong bingung, apa Shin bisa menutupi masalah itu. Dengan santai Shin menjawab, itu hanyalah masalah biasa yang terjadi antar teman. Chae-gyeong senyum-senyum sambil mengangguk-angguk mendengar jawaban Shin.

Kemudian mereka bertanya bagaimana masalah antar pasangan. Shin dengan santai menjawab. Mereka hanyalah pasangan baru. Chae-gyeong membatin, “Dia benar-benar hebat mengatasi masalah ini”. Chae-gyeong terus saja tersenyum disamping Shin. Mereka kemudian meminta Shin dan Chae-gyeong untuk berfoto agar bisa mereka tampilkan di koran esok hari. “Kalau begitu, seperti ini saja” kata Shin sambil mencium pipi Chae-gyeong dengan mesra.

Esok harinya di istana. Ibu Suri, Ratu dan Hye-myeong berkumpul membaca berita itu dan Ibu Suri tertawa bahagia melihat kabar yang muncul pagi itu. Ternyata membuat mereka berdua tidur dalam satu kamar bukanlah ide yang buruk. Ratu merasa malu karena itu tak pantas dilakukan di depan semua orang. Tapi yang lainnya senang melihat berita itu. Ratu bilang dia menyesal karena menganggap Shin dan Chae-gyeong terlalu cepat melakukan malam pertama mereka.

Ibu Suri tak terima penyesalan Ratu. Ratu memang masih muda. Tapi dia sudah tua. Dia tak tahu berapa lama lagi dia bisa menunggu kehadiran seorang cucu. Ratu berkata, bukan begitu maksudnya. Ibu Suri meminta Ratu tak bicara lagi. Ibu Suri ngambek! Hye-myeong mencoba merayu neneknya agar tak marah pada ibunya.

Chae-gyeong berteriak-teriak masuk ke kamar Shin yang sedang sibuk membaca. Dia merasa malu karena berita dan fotonya saat dicium Shin tadi malam muncul di koran hari itu. Shin hanya senyum-senyum saja melihat kepanikan Chae-gyeong itu. Chae-gyeong terus memprotes. Shin bilang dia harus melakukan hal itu untuk meredam gosip buruk yang beredar.

“Atau sekarang kau ingin aku menciummu dengan sungguh-sungguh ya?” tanya Shin. “Haruskah kita menunjukkan pada orang-orang itu sesuatu yang ingin mereka lihat. Misalnya sebuah ciuman” goda Shin sambil memegangi Chae-gyeong dan berpura-pura hendak menciumnya. Chae-gyeong marah, dan dia ingin mengantukkan dahinya ke kepala Shin seperti yang pernah dilakukannya. Shin berkelit, karena dia sekarang sudah memahami kebiasaan istrinya yang satu itu. Shin tertawa senang karena berhasil mengerjai Chae-gyeong.

“Kita ini tak lebih dari aktor profesional. Kita adalah idola yang mereka jadikan panutan. Kita juga bisa menggunakan media semau kita. Mudah kan?” kata Shin. “Itu yang kau pikirkan? Jangan mempermainkan rakyat. Kami mencintai keluarga kerajaan dari hati kami. Kami sangat menghormati Raja. Dan kami menghargai Pangeran masa depan kami” sangkal Chae-gyeong.

Shin merasa gugup tak tahu harus menjawab apa mendengar kata-kata Chae-gyeong. Karena Shin diam saja, Chae-gyeong memukulnya memakai koran yang dibawanya. Chae-gyeong takut Shin membalasnya. Karena itulah dia bersembunyi dibalik koran sambil senyum-senyum.

Hye-jeong sedang menunggu seseorang di sebuah restoran. Dia mengingat masa lalunya. Raja waktu itu (Mertuanya, suami Ibu Suri yang sekarang), mengusirnya dan Yul. “Pergilah kau dan Yul sejauh mungkin dari istana. Tinggalkan istana dan jangan pernah kembali lagi. Jangan pernah muncul di hadapanku lagi” hardik Raja. “bagaimana mungkin anda sejahat ini padaku?” tanya Hye-jeong.

“Apa kau pikir aku tak tahu hubunganmu dengan Pangeran Hyo-ryul (Ayah Yul) dan Pangeran Hyo-tae (Ayah Shin)? Apa kau mencoba merusak keluarga kerajaan dan negara ini?!” maki Raja. raja bangkit dari singgasananya. “Kau tahu orang-orang dan wajah mereka, tapi kau tak tahu hati mereka. Apa yang mereka tanam, itulah yang akan mereka tuai” hardik Raja yang sedang marah besar. Raja pergi meninggalkan Hye-jeong yang sedang menahan kekesalannya.

Kasim Kong menemui Hye-jeong dan berkata kalau dia membawa perintah dari Raja. “Jika anda tinggal di luar istana, keluarga kerajaan tidak akan menanggung biaya hidup anda. Tapi jika anda mau tinggal di luar negeri, biaya hidup anda akan ditanggung oleh kerajaan. Bijaksanalah dalam memilih. Aku hanya menyampaikan pesan. Aku pergi sekarang ” kata Kasim Kong. Hye-jeong hanya bisa menahan kejengkelannya.

Orang yang ditunggu Hye-jeong akhirnya datang. Ternyata Hye-jeong sedang menunggu Hyo-rin. “Apa yang sedang kau pikirkan? Sepertinya kau sedang berpikir sesuatu yang berat?” tanya Hyo-rin. “Aku hanya berpikir tentang masa lalu” jawab Hye-jeong. “Banyak sekali yang terjadi di istana akhir-akhir ini. Jadi mungkin lebih baik kalau kita bertemu di luar istana saja” kata Hye-jeong. Hyo-rin terlihat kecewa mendengarnya.

Tiba-tiba Hyo-rin bertanya, tentang cinta pertama Hye-jeong. Hye-jeong bilang, “Orang-orang bilang, laki-laki menganggap, cinta pertama itu adalah orang yang pertama ada di hatinya. Wanita menganggap, cinta pertamanya adalah orang yang ada dalam kenangannya. Tapi kenapa kau bertanya hal itu?”.

Hyo-rin menunjuk ke hatinya dan berkata, “Disini. Rasanya sakit sekali. Aku merasa seakan mau mati. Sakit sekali”. “Aku mengerti bagaimana perasaanmu. Aku juga pernah merasakannya. Cinta membuatku terluka. Dunia ini membuatku terluka. Jadi aku ingin menyerah saja karena aku lelah. Tapi diusiaku sekarang, aku menyadari sesuatu. Kau tahu apa itu? Di kehidupan ini, hal yang paling penting dari yang lainnya adalah cinta. Meskipun kau miskin, dengan cinta kau akan jadi kaya. Tak peduli seberapa kayanya dirimu, jika kau kehilangan cinta, kau akan merasa kesepian dan sedingin musim dingin” kata Hye-jeong.

“Apa maksudmu?” tanya Hyo-rin. “Untuk melindungi cintaku, aku membayar harga yang mahal untuk itu.” Jawab Hye-jeong. “Lalu?” tanya Hyo-rin lagi. “Aku jadi pemilik cinta. Tak seorangpun bisa membayar kembali cinta itu dan menjadi pemilik cinta. Benar begitu kan?” kata Hye-jeong. Hyo-rin hanya diam saja mendengarnya.

Ibu Suri, Raja, Ratu dan Hye-myeong sedang berbincang-bincang mengenai Yul dan Shin. Raja ingin menemui Yul, tapi Yul sama sekali belum mau keluar dari kediamannya. Hye-myeong mencoba menenangkan suasana dan bilang agar semuanya jangan khawatir. Anak laki-laki seumuran mereka memang sering sekali bertengkar. Dengan begitu mereka akan jadi laki-laki yang hebat saat mereka jadi dewasa. Hye-myeong mengusulkan, bagaimana kalau mereka mengadakan makan malam bersama agar berkumpul. Supaya keduanya bertemu dan berbaikan kembali.

Ibu Suri berkata itu ide yang bagus. Saat Hye-jeong masuk, mereka belum pernah mengadakan pesta untuknya. Ratu bilang, sebuah makan malam yang sederhana sudah lebih dari cukup. “Bagus. Kita juga bisa berfoto bersama” kata Ibu Suri. “Foto?” tanya Raja. ibu Suri mengangguk. “Putra Mahkota dan Permaisurinya sudah lama menikah. Tapi di album foto keluarga kita, Permaisuri belum memiliki foto satupun bersama kita” kata Ibu Suri.

“Nenekku memang penuh perasaan” puji Hye-myeong. “Kalau menggunakan bahasa modern, seleraku tak terlalu buruk kan?” tanya Ibu Suri. Mereka semua tertawa. Bahkan Park Sang-gung yang duduk di belakang mereka juga ikut tertawa.

Mereka mengadakan jamuan makan malam di kediaman Chae-gyeong. Wajah Ibu Suri penuh dengan senyum. “Setelah 14 tahun, kita bersama sebagai keluarga kerajaan lagi. Aku akan mati tanpa menyesal. “Yang Mulia, kenapa anda berkata seperti itu?” kata Ratu. “Ratu benar, Ibu. Kau akan berumur panjang” kata Raja. Ibu Suri tersenyum mendengarnya.

“Di dunia ini, ada 3 macam kebohongan besar. Nomor 1, adalah seorang pengusaha yang bilang kalau dia sama sekali tak punya keuntungan. Yang kedua, adalah seorang gadis cantik yang bilang kalau dia tak ingin menikah. Orang kuno bilang, “Semakin cepat mati, semakin cepat masalah selesai”. Itu yang nomor 3” ucap Ibu Suri. Semuanya tertawa mendengar perkataan Ibu Suri. Chae-gyeong yang tertawanya paling keras.

“Karena Bi-gung, aku jadi semakin humoris. Ngomong-ngomong, sejak kapan ya, keluarga kerajaan jadi tidak humoris?” tanya Ibu Suri tiba-tiba. Semuanya tertawa mendengarnya. Raja juga tertawa dengan keras mendengar kekonyolan Ibu Suri. Tiba-tiba terdengar pengumuman kalau Yul datang. Semua menoleh ke arah Yul.

Yul minta maaf karena dia terlambat. Ibu Suri langsung menyuruhnya untuk cepat duduk. Yul duduk di tengah-tengah Hye-jeong dan Hye-myeong. Di hadapannya persis, duduk Chae-gyeong yang diapit oleh Ratu dan Shin. Chae-gyeong memandangi Yul dengan senyuman, Yul memandangi Shin dengan tajam, Shin memandangi ekspresi wajah istrinya dengan cemburu.

Makan malam dimulai. Hye-jeong memuji hubungan Shin dan Chae-gyeong yang semakin mesra. Shin berkata kalau ini terjadi juga berkat doa dari Hye-jeong. Ibu Suri berkata, Shin sudah menikah, bagaimana dengan Yul. Yul juga bisa segera menikah. Hye-jeong bilang, Yul itu lebih suka memikirkan pelajarannya terlebih dahulu daripada pernikahannya.

Ibu Suri berkata, kenapa harus bersikap seperti itu. Sudah saatnya bagi Yul untuk menikah seperti Shin. Yul sudah cukup umur. “Pangeran Yul pasti juga ingin menikah dengan seorang gadis secantik dan sebaik Putri Mahkota, kan?” tanya Ibu Suri. Chae-gyeong terus menunduk. Yul dengan tegas mengiyakan kata-kata Ibu Suri. Ratu terus menatap Yul. Shin mencoba meredam emosinya dalam hati.

“Aku ingin segera menikah. Tapi aku ingin menikah dengan wanita yang kusukai” ungkap Yul. “Kau sudah memikirkan hal itu, apa kau sudah punya calonnya?” tanya Raja. “Menurut tradisi, harusnya hal ini diatur oleh para tetua” serobot Hye-jeong yang takut putranya berkata macam-macam. “Ada seseorang yang kusuka” tegas Yul. Chae-gyeong menghentikan makannya. Shin terus melirik ke arah istrinya. “Siapa dia?” tanya Ibu Suri. “Kalian mungkin penasaran siapa dia, tapi tolong jangan bertanya lagi. Aku akan mengatakannya saat waktunya tepat” pinta Yul.

“Wah, inilah sisi lain dari Yul. Siapa yang sebenarnya telah mencuri hati Pangeran kita?” canda Hye-myeong. “Jadi begitu… Mnegejutkan sekali” timpal Shin. Chae-gyeong menatap Shin sambil makan. “Meskipun aku tak tahu siapa dia, semoga harapanmu bisa jadi kenyataan” lanjut Shin. “Itu pasti” kata Yul tak mau kalah. Tiba-tiba Chae-gyeong merintih kesakitan. Lidahnya tergigit.

Ratu memerintahkan Choi Sang-gung untuk mengambil obat. Shin bilang dia yang akan mengambilkan obat untuk Chae-gyeong. Yul segera bangkit dari tempat duduknya dan kemudian mengisi sapu tangannya dengan es batu. Yul menghampiri Chae-gyeong dan menyuruh Chae-gyeong menggigit es itu agar darahnya berhenti. Semua menatap keduanya dengan penuh tanda tanya. Hye-jeong menelan ludah, takut kalau perasaan Yul pada Chae-gyeong ketahuan oleh yang lainnya.

Para tetua berkumpul terpisah dari keempat anak-anak untuk menikmati hidangan penutup. Raja berkata, dia ingin kalau mereka lebih sering berkumpul. Ibu Suri menyetujui usul itu. Ibu Suri berkata, dia merasa senang sekali saat berada di Pulau Jeju (Di Museum Boneka). Dia bilang, saat dilahirkan kembali, dia ingin terlahir di sebuah tempat yang jauh dari istana. Semua tertawa mendengarnya.

Yul yang duduk tak jauh dari meja mereka berkata, selama Ibu Suri masih hidup, Ibu Suri bisa merubah keluarga kerajaan. “Apa maksudmu?” tanya Shin. “Meskipun keluarga kerajaan masih ada, tapi kita tak bisa ikut campur dalam hukum. Tapi jika kita lihat dari sisi lain, bagaimanapun keluarga kerajaan akan tetap ada tanpa alasan apapun” kata Yul. Hye-jeong menyuruh Yul berhenti bicara. Tapi Raja ingin Yul meneruskan kata-katanya.

“Sejujurnya, Keluarga kerajaan itu seperti mainan mahal. Yang ada untuk mengobati kebosanan orang-orang” lanjut Yul. “Apa maksudmu dengan semua itu, Pangeran Yul?” tanya Ratu. Raja meminta Ratu agar diam saja. Ibu Suri pusing mendengarnya. Hye-jeong hanya bisa mendesah karenanya.

“Jadi menurutku, keluarga kerajaan harusnya tidak hidup seperti ini. Harusnya tidak hidup bergantung pada pajak masyarakat. Menikmati hidup dengan memakai pajak” kata Yul lagi. Hye-myeong yang biasanya pintar, sampai harus berpikir keras untuk mengimbangi kata-kata tajam Yul.

“Jika kita ingin mendapatkan kembali kekuatan kita, kita yang sebenarnya tak punya apa-apa. Itulah kenapa, kita sebagai keluarga kerajaan harus jadi semakin kuat dan punya kekuatan” kata Yul lagi. “Itu ide yang bagus. Tapi apa itu tak terlalu tinggi?” tanya Shin. “Kenapa kau berpikir seperti itu?” Yul malah balik bertanya.

“Meskipun kita mempunyai batas. Tapi rakyat menghormati kita. Dibandingkan dengan mendapatkan kekuatan untuk keluarga kerajaan, akan lebih baik kalau kita melaksanakan kewajiban kita untuk melindungi budaya yang berarti bagi rakyat. Bukankah itu juga penting?” kata Shin. “Itu hanya pendapat lain. Meskipun keluarga kerajaan masih tetap ada, dibandingkan keluarga kerajaan yang tak punya kekuatan, bukankah yang punya kekuatan itu lebih baik untuk masa depan?” Yul masih tak mau kalah.

Raja memuji Yul yang punya kepekaan memikirkan masa depan keluarga kerajaan. Tapi tetap saja, mematuhi apa yang jadi kewajiban keluarga kerajaan untuk melestarikan budaya, harus tetap dijunjung tinggi. Di dunia ini, banyak terdapat keluarga kerajaan. Dibandingkan dengan aturan yang ada, mereka lebih memperhatikan rakyat sebagai bagian dari diri mereka.

“Karena keluarga kita telah berkumpul, aku mengatakan ini sebagai sebuah pertimbangan. Aku akan mengingat apa yang dikatakan oleh Yang Mulia Raja” kata Yul kemudian. “Senang sekali mendnegranya. Kau sudah memikirkan tentang hal ini. Ini hal yang bagus” puji Raja. yul tersenyum sambil memandang Shin. Shin pun menatapnya.

Jang-gyeong menemui Hyo-rin yang sedang sendirian di ruang balet. “Hyo-rin, apa kau tak mau pulang, aku akan mengantarmu” kata Jang-gyeong. Hyo-rin menoleh dan berkata agar Jang-gyeong pulang lebih dulu. Jang-gyeong pun pergi meninggalkan Hyo-rin sendirian.

Para dayang sibuk membereskan semua seperti semula. Chae-gyeong sedang sibuk berbincang dengan seorang dayang mengenai foto yang ada di HP dayang itu. Foto bunga yang indah. Yul menghampiri mereka. Dan dayang itu pun pergi menjauh dari Chae-gyeong.

“Duduklah” kata Chae-gyeong. Mereka berdua pun duduk di depan kediaman Chae-gyeong. “Akhirnya aku bisa melihat wajah Yul-gun. Apa selama ini kau sakit?” tanya Chae-gyeong. “Aku memikirkan banyak hal” jawab Yul. “Oh, begitu. Aku pikir kau sakit karena apa yang terjadi hari itu” kata Chae-gyeong. “Apa aku selemah itu?” tanya Yul. Chae-gyeong tertawa. “Aku hanya khawatir saja” jawab Chae-gyeong.

“Apa kau akan selalu khawatir tentang aku?” tanya Yul tiba-tiba. Chae-gyeong terkejut mendengarnya. “Tentu saja. Kita kan teman. Shin Chae-gyeong selalu setia pada temannya” jawab Chae-gyeong. Yul terlihat kecewa mendengar ucapan Chae-gyeong. “Tapi… Apa wajahmu tak apa-apa? Waktu itu…” tanya Chae-gyeong lagi. “Insiden itu, jangan dipikirkan lagi” kata Yul.

“Aku minta maaf sebelumnya, maaf karena menyebabkan kesalahpahaman yang terjadi di antara kalian” pinta Chae-gyeong. “Aku tak marah karena kau” kata Yul. “Sejujurnya, aku pernah sekali mencarimu” ungkap Chae-gyeong. “Ini aneh sekali. Meskipun kau tak ada disisiku, kau selalu ada di pikiranku” ungkap Yul. Chae-gyeong gugup mendengarnya. “Sering sekali, kau datang menemaniku, masuk ke dalam pikiranku. Jadi itu tak apa-apa” tanya Yul.

Shin ternyata ada di pintu dan mendengar ungkapan hati Yul. Dia kemudian menggenggam tangan Chae-gyeong dan bertanya, bolehkah dia membawa istrinya pergi dari situ. “Aku sudah bilang pada nenek kalau dia bisa melihat bintang-bintang bersama sepanjang hari ini. Dan Ibu Suri bilang ingin melihatnya bersama Bi-gung” kata Shin. Shin menarik Chae-gyeong pergi. Yul terlihat kecewa karenanya.

Shin tiba-tiba menghentikan langkahnya. “Oh ya, sangat bagus sekali bicara tentang teori reformasi keluarga kerajaan. Tapi di masa depan, gunakanlah itu sebagai contohnya. Mungkin suatu saat nanti aku bisa mendiskusikannya denganmu” sindir Shin. Yul kesal mendengarnya. “Lihat saja nanti” kata Yul.

Hye-jeong sedang berdua bersama Raja di sebuah ruangan. Raja berkata kalau dia kaget dengan kepribadian Yul sekarang. Dia selalu jadi anak yang pintar dan sensitif sejak kecil. Cinta yang ada di sekeliling istana di fokuskan semua untuknya. Hye-jeong mengiyakan. Sejak pergi dari istana, hidup Yul jadi sangat berubah. Hye-jeong tak bermaksud apa-apa. Sekarang ini dia hidup hanya untuk Yul. Raja bilang, Yul semakin mirip dengan kakaknya. Raja merasa bangga. Hye-jeong bilang, semakin Yul mirip dengan ayahnya, dia semakin menderita.

Raja bertanya apa maksud Hye-jeong. Hye-jeong bilang, dia tak bisa melupakan peristiwa 14 tahun yang lalu. Seperti yang dia rasakan pada suaminya, dia takut Yul juga akan pergi meninggalkannya. Itulah kenapa dia merasa takut. Raja meminta agar Hye-jeong tak perlu khawatir, dia akan menjaga Yul untuk Hye-jeong dan kakaknya. Hye-jeong berkata, hanya pada Raja lah dia bisa bergantung tentang masa depannya dan Yul. Tanpa mereka tahu, Ratu mendengarkan percakapan itu dari luar.

Ratu menjauh dari tempat itu dan kemudian termenung memikirkan sesuatu. Tiba-tiba dilihatnya Yul yang sedang sendirian. Ratu pun langsung menghampiri Yul. Ratu berkata kalau dia ingin bicara dengan Yul.

“Sejak kau masuk istana, sepertinya aku tak pernah menganggapmu” kata Ratu. “Bukan seperti itu Yang Mulia” sangkal Yul. “Bagaimanapun juga aku ini bibimu. Aku memperlakukanmu dengan kasar. Kaupasti membenciku. Dan waktu itu, saat kau pergi dengan Bi-gung… Setelah aku berpikir, aku rasa aku terlalu keras padamu” kata Ratu lagi. “ Itu kesalahanku. Aku memang layak dibentak” jawab Yul. “Senang sekali jika kau berpikir seperti itu. Tapi Pangeran Yul….Di dunia ini ada hal yang tak bisa dipaksakan. Apa kau tahu itu?” tanya Ratu.

“Aku tak tahu” jawab Yul. “Hal seperti takdir, seberapa keras pun kau coba untuk meraihnya, kau sama sekali takkan bisa menggenggamnya. Dan meskipun kau berhasil meraihnya, itu takkan bisa selamanya ada ditanganmu. Jika kau menginginkan sesuatu yang bukan milikmu, kau hanya akan tertekan. Itulah kehidupan. Hubungan antara pria dan wanita bukanlah sesuatu yang bisa diatasi dengan menggunakan otakmu. Dengan kata lain, kau takkan mendapatkan apapun yang bukan milikmu. Alasan kenapa aku mengatakan hal ini padamu, ini karena aku pernah melihat sesuatu seperti yang terjadi padamu beberapa waktu yang lalu“ nasehat Ratu.

“Apa ini yang disebut takdir pernikahan?” tanya Yul. “Beberapa waktu yang lalu, ada pernikahan yang tak cocok terjadi di istana. Jika kau tak ingin itu terjadi pada takdirmu, tolong ingatlah kata-kataku” jawab ratu.

Semua berkumpul di halaman dan siap berfoto. Semua orang berfoto dengan tersenyum bahagia.

Shin termenung sendirian dan hanya Alfred yang menemaninya. Chae-gyeong melihatnya dan kemudian berjalan menghampirinya. Chae-gyeong mengeluh karena foto kali ini aneh sekali. Tak ada Ayah, Ibu dan adiknya di foto itu. Chae-gyeong merasa tiba-tiba keluarganya berubah dan itu aneh sekali rasanya. Shin menyangkalnya. Apanya yang aneh. Ini wajar terjadi kalau sudah jadi istri seseorang.

Chae-gyeong bilang dia masih belum merasakan hal itu.Chae-gyeong bergumam. Dia ingin mereka semua berkumpul dalam satu keluarga yang utuh. Shin bertanya apa maksud Chae-gyeong. Chae-gyeong berkata, dia tak bilang apa-apa. Masih ada matahari esok hari. Jadi dia tak ingin berpikir apa-apa hari ini.

Shin tertawa, Chae-gyeong bisa juga mengatakan kata-kata yang bermakna seperti itu. Shin tahu, itu pernah didengarnya dari film yang berjudul “Gone with The Wind”. Chae-gyeong malah sama sekali tak tahu tentang film itu dan minta Shin menjelaskannya. Shin mengeluh. Harusnya dia tak bilang seperti itu pada chae-gyeong. Susah menjelaskannya.

Tiba-tiba Shin bertanya, apa Chae-gyeong ingin melihat matahari terbit? Chae-gyeong terkejut dan berkata kalau dia belum pernah melihat matahari terbit sebelumnya. Shin bilang, matahari terbit semuanya sama saja. Shin menelepon Kasim Kong dan berkata kalau dia akan pergi bersama dengan Bi-gung dan berkata, kalau ada tetua yang bertanya, tinggal bilang saja kalau mereka berdua, “Gone with The Wind”. Chae-gyeong bertanya apa maksud Shin. Shin bilang, dia ingin melihat matahari terbit berdua dengan Chae-gyeong agar otak Chae-gyeong terasa segar. Tentu saja Chae-gyeong senang sekali mendengarnya.

1 komentar:

  1. Assalamu'alaikum,, apa kabar penulis?! Masih buat recapsinop tdk ? . Hehe :) . Sinopsisnya baguss kok,, ini film juga sdh lama bangett,, dan kalau nulis ulang kyknya maless ya,, haha :D aku maklum kok walau blm ada gambarnya,, pkoknya,, terimakasih banyak yaa,, Shin korea atau Inn Thai sama2 koplak,, hahaha :D SEMANGAT!

    BalasHapus