Chae-gyoeng ada di beranda kamarnya sambil termenung memandangi pemandangan indah di depannya. Chae-gyeong menghela nafas. Tiba-tiba, salah satu dayangnya menegurnya. Ada seseorang yang datang. Chae-gyeong berbalik dan melihat Sang-gung Ibu Suri sudah ada di belakangnya. Sang-gung Ibu Suri bilang, kalau Ibu Suri ingin Chae-gyeong datang ke kamarnya.
Chae-gyeong langsung melangkah menuju kamar Ibu Suri dan kaget saat melihat Shin masih bersama Ibu Suri. Chae-gyeong masih merasa kesal dengan Shin. Ibu Suri senang sekali melihat kedatangan Chae-gyeong. Chae-gyoeng duduk di depan Shin.
Ibu Suri berkata, kalau dia merasa segar setelah berada di tempat ini. Ibu Suri menanyakan bagaimana dengan Chae-gyeong. Chae-gyeong bilang dia juga merasakan hal yang sama. Ibu Suri mengusulkan, bagaimana kalau mereka keluar jalan-jalan tanpa di kenali orang dan menghirup udara segar bersama-sama. Ibu Suri bilang, Shin juga sudah meminjam mobil pada seseorang yang di kenalnya.
Tapi Chae-gyeong bilang, dia takut dengan hukum istana yang tak memperbolehkan hal ini. Ibu Suri dan Shin memandangi Chae-gyeong. “Siapa yang peduli dengan hukum istana dalam situasi seperti ini. Sepertinya Choi Sang-gung mendidiknya dengan baik karena Putri sangat peduli dengan hukum istana” kata Ibu Suri sambil tertawa.
“Sepertinya melanggar hukum itu adalah sesuatu yang menarik. Untuk orang-orang yang belum pernah melakukannya, mereka pasti takkan pernah tahu bagaimana rasanya” tambah Ibu Suri. Chae-gyeong tersenyum mendengarnya. “Jadi, apa yang sudah nenek lakukan sebelumnya?” tanya Shin. “Ssssst…Jangan tanyakan itu. Diam saja dan ayo kita pergi” jawab Ibu Suri sambil tersipu-sipu malu dan tertawa dengan ceria.
Mereka naik mobil menuju ke pantai sambil bernyanyi dengan gembira. Mereka menyamar dengan dandanan ala kadarnya. Shin tersenyum melihat keceriaan nenek dan istrinya.
Chae-gyeong bilang, Ibu Suri menyanyi kurang bagus. Jadi Ibu Suri minta Chae-gyeong untuk memberikan contoh bagaimana cara menyanyi yang bagus. Tapi saat Chae-gyeong selesai menyanyi, Ibu Suri berkomentar, Chae-gyeong juga tak bisa menyanyi dengan bagus! Ibu Suri mendesah dan Shin tertawa mendengarnya.
“Saat seperti ini, akan lebih baik jika cucu laki-lakiku melakukan sesuatu untukku” keluh Ibu Suri. “Cucu laki-laki?” tanya Chae-gyeong sambil memandangi Shin dan Ibu Suri secara bergantian. “Beberapa waktu yang lalu, di depanku, dia menari dan berputar-putar. Dia sangat lucu sekali. Itu adalah hari terindah dalam hidupku” kata Ibu Suri sambil tersenyum memandangi Shin. Shin malu mendengarnya.
Shin keluar dari mobil dan mulai menghibur neneknya dengan bernyanyi. Tapi Ibu Suri protes. Tubuh Shin sama sekali tak bergerak. Saat Shin masih kecil, dia terus bergerak kesana kemari dan Ibu Suri suka itu. Shin malu melakukannya. Tapi Ibu Suri jadi tak bersemangat. Akhirnya Shin menyanyi sambil bergerak. Ibu Suri dan Chae-gyeong tertawa terpingkal-pingkal melihat aksi Shin. Shin berhenti menyanyi, dia malu dan bilang dia tak bisa melakukan seperti ini. Ibu Suri agak kecewa. Tapi kemudian Chae-gyeong bilang, dia akan menyanyi dan menari bersama Shin.
Mereka mulai bernyanyi dan menari. Ibu Suri bertepuk tangan untuk mereka. Lalu Shin dan Chae-gyeong mengajak Ibu Suri bernyanyu dan menari bersama mereka. mereka bersenang-senang bertiga. Ibu Suri yang kelelahan kemudian tertidur di mobil. Shin mengajak Chae-gyeong pergi tak jauh dari mobil mereka. Mereka duduk ngobrol berdua.
Chae-gyeong bercerita tentang kunjungannya ke museum. Dia bercerita kalau dia melihat teman-teman Alfred yang ada banyak sekali di museum itu. Chae-gyeong bilang, dia penasaran kenapa Alfred sangat berarti untuk Shin. Tapi Chae-gyeong tak mau memaksa Shin untuk cerita.
Shin bercerita, saat dia berusia 5 tahun, Raja yang terpilih (Suami Ibu Suri)memberikan Alfred untuknya. Raja itu berkata kalau Ratu Elizabeth yang memberikan Alfred padanya untuk cucunya. Shin tak yakin itu benar atau tidak. Chae-gyeong bilang itu pasti benar. Shin bilang, dia tak peduli itu benar atau tidak, tapi Alfred sangat berarti untuknya. Dia baru berusia 5 tahun saat Ayah Yul meninggal, Shin dan keluarganya harus pindah dari rumah pribadi ke Istana. Saat itu, Shin jadi Cucu Mahkota.
“Kakek merasakan ketakutan yang ku alami dalam istana. Itulah sebabnya dia datang dan memberikan Alfred padaku dan menceritakan hal itu. Kakek bilang, ‘Shin, boneka beruang ini akan jadi teman baikmu’. Sejak itulah Alfred jadi bagian dari diriku. Kapanpun aku bicara tentang semuanya pada Alfred, aku merasa lebih baik. Karena Alfred lebih mengenalku dari pada diriku sendiri” cerita Shin.
Chae-gyeong berkata dalam hati, “Dia pasti benar-benar kesepian. Sepertinya, hanya Alfred satu-satunya temannya”. “Maafkan aku” kata Shin tiba-tiba. Chae-gyeong kaget mendengarnya. “Bagiku, tak ada hal macam itu yang bisa kujadikan sebagai rahasia. Seluruh dunia tahu tentang rahasiaku. Itu sepertinya tak berarti apa-apa. Tapi ku harap ada sesuatu yang hanya aku saja yang tahu”.
“Ngomong-ngomong, apa rahasia itu juga termasuk Hyo-rin? Kau tak pernah mau mengatakan hal itu padaku” sindir Chae-gyeong. Shin hanya bisa menunduk. “Lalu bagaimana dengan yang ini, apa kau benar-benar akan berhenti jadi seorang pangeran?” tambah Chae-gyeong. Shin memandangi istrinya dan tersenyum. “Aku tak bodoh untuk bercanda seperti itu” kata Shin.
“Jangan berhenti. Kupikir, hanya kau yang pantas menjadi seorang pangeran daripada yang lainnya. Sangat menarik sekali melihatmu tersenyum pada orang-orang hingga parade usai. Aku pikir, kau harus seperti itu untuk jadi seorang pangeran” kata Chae-gyeong. “Semua orang bisa melakukan hal itu” timpal Shin. “Dan juga setelah 2 atau 3 tahun, kita akan jadi teman dekat. Dan meskipun kita tak berhubungan lagi, saat kau masih jadi seorang pangeran, aku masih bisa melihatmu melalui TV” ungkap Chae-gyeong.
“Apa kau itu tak punya hati. Setelah kau berpisah denganku, kau pasti akan berhenti untuk tahu kabarku walaupun hanya melalui TV. Tapi coba tebak, aku takkan membiarkanmu melakukan hal itu” sangkal Shin. “Lalu bagaimana denganmu? Apa kau berencana melalui hidupmu tanpa memberi kabar?” tanya Chae-gyeong dengan cemas. “Apa? Dengan hal itu, aku akan punya reputasi buruk karena jadi seorang pangeran yang bercerai dan orang-orang akan meninggalkanku. Jadi kau satu-satunya yang ada untukku” jawab Shin. Chae-gyeong tersenyum malu-malu mendengarnya. “Ini membosankan. Jika aku berhenti jadi Pangeran, aku tak punya apapun yang bisa kulakukan” lanjut Shin.
Mereka hendak meninggalkan pantai. Tapi mobil mereka mogok. Shin bilang mereka harus menghubungi seseorang. Ibu Suri bilang, bagaimana kalau mereka coba memperbaiki sendiri terlebih dahulu. Tapi kahirnya mereka meminta bantuan seseorang untuk memanggil mobil derek. Mereka akhirnya kembali ke hotel dengan mobil derek. Sepanjang perjalanan Shin dan Chae-gyeong bertengkar. Chae-gyeong menyalahkan Shin karena tidak meminjam mobil yang bagus. Dan Shin tak terima disalahkan begitu saja. Ibu Suri hanya bisa diam mendengar pertengkaran itu.
Sang-gung dan para dayang mencemaskan mereka. Ibu Suri bilang mereka tidak apa-apa dan meminta dayang dan Sang-gung agar tak membiarkan berita ini tersebar ke orang lain. Mereka mengerti akan hal itu. Ternyata Yul juga ada disitu dan memperhatikan mereka.
Chae-gyeong dan Shin kembali ke sekolah. Yul juga ke sekolah dengan statusnya sebagai seorang pangeran. Chae-gyeong tersenyum melihat Yul. Shin memandangi mereka dengan tatapan iri.
Hyo-rin ada di ruang balet. Saat dia hendak keluar, teman-temannya menabraknya tanpa merasa bersalah. Sekarang teman-temannya tak ada yang respek padanya. Itu karena berita yang tersebar bahwa Hyo-rin ingin merebut posisi milik Chae-gyeong. Mereka semua malah sibuk membicarakan tentang kejelekan Hyo-rin yang malah dibilang kalau Hyo-rin menang di Thailand karena dia menyogok jurinya. Hyo-rin menyetel musik dan berlatih sendirian. Tapi kemudian salah seorang temannya datang dan mengambil CD musik yang ternyata milik temannya itu.
Chae-gyeong usil sendiri di kamarnya. Kemudian dia jalan keluar dan melihat Shin ada di ruangan ayahnya. Chae-gyeong menghampiri Shin. Kasim Kong bilang, Shin sedang mengerjakan tugas ayahnya. Chae-gyeong bilang dia ingin bertanya sesuatu pada Shin, tapi itu tak penting jadi dia permisi pergi. Shin menahan kepegian Chae-gyeong dan meminta Kasim Kong pergi sebentar.
Chae-gyeong langsung duduk dengan gembira di sebelah Shin. Dia mulai usil dengan mengambil peralatan yang ada di depan Shin. Lalu Chae-gyeong mengambil stempel kerajaan dan memukulkannya sendiri ke kepalanya. Tentu saja dia kesakitan karenanya. Shin tersenyum simpul melihatnya. Chae-gyeong bilang, itu pasti cocok untuk memecah kacang kenari. Shin merebut stempel itu dan meletakkannya di depannya lagi.
“Kau, waktu itu, saat kita ada di Pulau Jeju, kenapa kau terlihat begitu marah? Apa karena kau merasa bersalah padaku? Kau tak pernah merasa kalau kau salah kan? Karena kau tak tahu apa yang harus dilakukan. Itulah kenapa kau marah, kan?” tanya Chae-gyeong. “Jika kau kesini hanya untuk bicara omong kosong seperti itu, pergilah dan jangan ganggu aku” jawab Shin. “Tentang surat Hyo-rin, kau masih belum bicara apapun padaku.” Lanjut Chae-gyeong.
Shin sama sekali tak menjawab pertanyaan Chae-gyeong. Jadi Chae-gyeong beranjak pergi dari situ. “Jangan sedih karena surat-surat itu” kata Shin. “Jika bukan aku, apa benar kau jadi bosan?” tanya Chae-gyeong lagi. “Semua akan terasa kosong” jawab Shin. Chae-gyeong kaget dan senang sekali mendengar hal itu. Lalu kemudian pergi meninggalkan Shin. Shin tersenyum melihat kelakuan Chae-gyeong.
Hye-jeong di kediamannya sedang mengamati foto-foto Shin dan Hyo-rin di Thailand. Yul masuk ke dalam dan ibunya langsung meletakkan foto-foto itu. Yul bertanya apa ibunya memanggilnya. Hye-jeong membenarkan hal itu. “Kau adalah Pangeran kedua yang akan diangkat sebagai Raja setelah Putra Mahkota. Saat Putra Mahkota tak ada untuk menempati posisi itu, kau adalah orang yang akan menempati posisi itu untuk menempati posisi kosong itu. Jadi kenapa kau harus keluar dari istana tanpa membuktikan sesuatu? Apa yang kau pikirkan? Kau tahu alasan kenapa aku berheti memakai gaun modern yang indah dan memakai baju adat ini? Ini seperti berburu harimau yang mengaum dan terus saja mengaum. Kita sekarang ada dalam situasi yang sama. Kau adalah orang yang akan jadi Raja di masa mendatang. Jangan lakukan hal bodoh dan merusak semuanya lagi! Apa kau mengerti?” tegas Ibunya. Yul hanya diam dan mengiyakan perkataan ibunya.
Ibu Suri masih bingung karena Hye-jeong belum memiliki tempat tinggal yang bagus. Tapi dia tak bisa menghentikan Hye-jeong yang ingin menempati istana yang rusak yang dulu di tempatinya bersama mendiang suaminya. Itulah gaya Hye-jeong yang selalu bisa menerima apa adanya.
Seo Sang-gung ikut bicara. Seo Sang-gung mengingatkan Ibu Suri bahwa setelah upacara Chu Jeon, bukankah seharusnya Hye-jeong di panggil Ratu Hye-jeong. Ibu Suri tertawa dan berkata dia lupa hal itu. Ratu yang ada di antara mereka terlihat hanya diam saja. “Ratu, kau pasti sangat tidak bahagia setrelah upacara Chu Jeon” kata Ibu Suri.
Ratu menyangkalnya. Tapi Ibu Suri tahu bukan itu yang dirasakan Ratu. Chu Jeon bukan untuk Hye-jeong atau Yul. Itu adalah hadiah dari seorang Ibu untuk anaknya yang telah pergi mendahuluinya. Ibu Suri berharap Ratu mengerti hal itu dengan pandangan terbuka. Ratu meminta maaf akan hal itu.
“Selama 14 tahun Hye-jeong telah hidup dalam kesepian di Inggris. Meskipun kau merasa tak nyaman, tolong cobalah tunjukkan padanya kalau kau juga menyayanginya” kata Ibu Suri. Ratu mengiyakan pernyataan Ibu Suri.
Ibu dan Ayah Chae-gyeong sedang sibuk menata barang-barang di rumahnya. Chae-jun mengeluh karena dia tak boleh ikut pergi bersama kedua orangtuanya. “Shin Chae-jun, apa kau pikir ibu ingin senang-senang di istana” tegur ibunya. Ayahnya bilang mereka akan berbisnis dengan orang-orang yang ada di dalam istana.
Ayah dan Ibu Chae-gyeong ke istana dan menemui Ibu Suri juga Ratu untuk memasarkan produk asuransi, yaitu barang-barang yang berhubungan dengan kesehatan. Ratu terlihat tak suka. Tapi Ibu Suri menyukai mereka. Mereka bilang, mereka juga khawatir mendengar keadaan Raja dan bilang, bagaimana kalau barang-barang kesehatan itu untuk hadiah bagi keluarga kerajaan dari mereka. ratu menolak dengan halus. Tapi kedua orangtua Chae-gyeong memaksa memberikan barang-barang itu. Ibu Chae-gyeong bilang barang-barang itu memang seperti barang yang tak berarti, tapi sebenarnya punya banyak manfaat.
Ratu tertawa juga melihat kelakuan ayah Chae-gyeong yang konyol saat memperagakan fungsi dari alat-alat itu. Saat sedang sibuk mempromosikan agar para anggota keluarga kerajan yang lain juga ikut asuransi, HP Ibu Chae-gyeong berdering. Tak berapa lama kemudian, HP yang lainnya ikut berbunyi. Ibu Chae-gyeong benar-benar sibuk dengan pekerjaannya.
Ayah Chae-gyeong bilang, istrinya memang sangat sibuk. Ratu bertanya bagaimana dengan Ayah Chae-gyeong, apa sudah dapat pekerjaan atau belum. Ayah Chae-gyeong bilang dia belum mendapat pekerjaan yang baru. Tapi dia sekarang bekerja sebagai “Bapak Rumah Tangga”! Ratu tersenyum mendengar cerita Ayah Chae-gyeong.
Ibu Suri berkata, melihat keluarga Chae-gyeong yang hidup penuh dengan cinta, membuatnya merasa begitu senang. Ratu ikut mengiyakan perkataan Ibu Suri. Kemudian ayah Chae-gyeong bertanya dimana Chae-gyeong sekarang ini. Ratu memerintah Park Sang-gung untuk mencari tahu keberadaan Putri Mahkota. Park Sang-gung berkata, kalau sekarang Bi-gung Mama sedang belajar di aula barat bersama Choi Sang-gung.
Ratu bilang agar Park Sang-gung kesana dan berkata agar Putri berhenti belajar dulu karena orangtuanya datang berkunjung. Tapi ibu Chae-gyeong mencegah Ratu melakukan hal itu. Sebaiknya biarkan saja Chae-gyeong belajar. Ibu Chae-gyeong bilang, mereka akan segera pamitan pergi karena ada begitu banyak pelanggan yang sedang menunggu mereka. sebenarnya Ayah Chae-gyeong tak mau pergi. Dia ingin bertemu Chae-gyeong karena dia sangat merindukannya. Mereka pamitan pergi. Ibu Suri masih ayik bermain-main dengan barang yang dibawa oleh orangtua Chae-gyeong.
Chae-gyeong sedang belajar, tapi dia mengendap-endap keluar saat mendengar Choi Sang-gung yang sedang bicara bersama Sang-gung dari istana Hye-jeong dan juga kedua dayang Chae-gyeong.
Choi Sang-gung menegaskan, kalau sekarang ini Bi-gung Mama sedang sibuk belajar, jadi jangan mengganggunya. Sang-gung Hye-jeong tak terima dan berkata kalau sekarang ini Hye-jeong meminta Chae-gyeong untuk datang ke kediamannya. Choi Sang-gung juga masih ngotot agar pelajaran Chae-gyeong tak terganggu.
Sang-gung Hye-jeong berkata dengan sok kalau dia diperintah langsung oleh Hye-jeong dan beraninya Choi Sang-gung membantah perintah itu. Dia akan bilang pada Hye-jeong kalau Choi Sang-gung berani membantah perintah Ratu Agung Hye-jeong! Choi Sang-gung menegaskan sekali lagi, “Ini semua adalah perintah Ratu yang mengharuskan Chae-gyeong untuk belajar. Jadi lebih baik kau segera pergi”. “Aku heran kau berani menentang perintah Ratu agung yang rankingnya jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan Ratu” kata Sang-gung Hye-jeong.
“Apa, apa yang kau bilang sekarang? Bagaimana kau bisa berkata tanpa ada sopan santun seperti itu disini!” teriak Choi Sang-gung. “Ratu agung yang memerintahkanku. Jadi aku tak perlu bersopan santun padamu karena aku melayani orang yang rankingnya lebih tinggi. Dan kau tak bisa memanggilku dengan namaku saja” sangkal Sang-gung Hye-jeong. “Tradisi takkan bisa dirubah hanya dalam waktu 1 atau 2 hari saja. Sebagai Sang-gung sebelumnya pernah melayani Ratu, kenapa kau sama sekali tak tahu akan hal ini?” kata Choi Sang-gung. Chae-gyeong takut mendengar pertengkaran itu.
Sang-gung Hye-jeong pulang dan mengadu pada Hye-jeong. Hye-jeong marah mendengarnya dan langsung beranjak pergi dari kediamannya menuju aula barat. Sang-gung Hye-jeong ikut bersamanya.
Chae-gyeong agak ketakutan melihat Hye-jeong. Hye-jeong bertanya kenapa Chae-gyeong masih harus belajar setelah begitu lama masuk ke dalam istana. Choi Sang-gung mencoba menjawabnya untuk Chae-gyeong, tapi Hye-jeong menghardiknya dan bilang dengan sinis kalau dia tak bertanya pada Choi Sang-gung.
Chae-gyeong mencoba menjawab, tapi dia gugup, Choi Sang-gung menjawabnya untuk Chae-gyeong. Hye-jeong ingin menguji kemampuan Chae-gyeong, dia bertanya apa yang dimaksud dengan frasa. Awalnya Chae-gyeong tak tahu, tapi kemudian dia bisa menjawabnya dengan benar. Kemudian Hye-jeong berkata, dia adalah Ratuu Agung, jadi dia juga berhak mengecek tentang hasil pelajaran Chae-gyeong.
Kemudian Hye-jeong meminta dayang-dayang Chae-gyeong untuk mengambil buku-buku yang pernah dipelajari Chae-gyeong. Chae-gyeong jadi ketakutan karenannya. Kedua dayang Chae-gyeong mengeluh karena bukunya banyak sekali. Yul melihat mereka yang keberatan membawa buku-buku itu dan kemudian membantu mereka. Dia bertanya kenapa mereka membawa buku-buku itu, mereka bilang ibu Yul yang memerintahkannya. Yul mengikuti mereka.
Hye-jeong membuka buku-buku itu dan kemudian bertanya pada Chae-gyeong. Hye-jeong bertanya bagaimana interaksi Chae-gyeong dengan kehidupan sosial di masyarakat. Cahe-gyeong bilang, belum saatnya dia melakukan hal itu karena dia masih seorang pelajar. Hye-jeong membentak Chae-gyeong dan berkata seharusnya Chae-gyeong melakukan tugasnya sebagai seorang Putri Mahkota dan bukannya belajar saja sepanjang hari.
Tiba-tiba Yul masuk ke dalam dan meminta semua Sang-gung dan dayang keluar dari situ. Yul tak suka ibunya ikut campur dalam pendidikan Chae-gyeong. Yul membawa Chae-gyeong pergi meninggalkan ibunya yang memandanginya dengan kesal. Yul mengajak Chae-gyeong ke sebuah loteng. Chae-gyeong senang sekali ada di sana. Chae-gyeong mengambil sebuah mandolin (mirip gitar kecil) dan memainkannya dengan senang.
Yul memandanginya dengan penuh perasaan. Dia kemudian teringat semua pertemuannya dan semua hal yang di lewatinya bersama Chae-gyeong dan teman-temannya. Dia juga ingat saat mereka berdua ada di rumah kaca. Dia tersenyum melihat Chae-gyeong bahagia.
Sementara itu, Choi Sang-gung melaporkan kejadian tadi pada Ratu yang terkejut mendengar berita itu. Ratu kesal mendengarnya. Karena Hye-jeong sekarang sudah berani ikut campur dengan urusan Putri Mahkota yang bukan wewenangnya, karena bagaimanapun juga, Chae-gyeong itu istri dari anaknya, menantu Ratu dan tak ada hubungannya dengan Hye-jeong.
Ratu memerintahkan Choi Sang-gung untuk mengatakan padanya tentang semua yang dikatakan Hye-jeong pada-nya. Choi Sang-gung mengiyakannya. Tapi tak berapa lama kemudian, Ratu memutuskan untuk bertemu dengan Hye-jeong. Choi sng-gung dan Park Sang-gung mengikuti langkah Ratu keluar dari kediamannya.
Sekarang Sang-gung Hye-jeong gantian musuhan dengan Park Sang-gung, Sang-gung Ratu. Sementara Choi Sang-gung diam di belakang mereka yang saling melirik dengan sinis satu sama lain. Ratu berkata pada Hye-jeong, masalah Chae-gyeong, adalah masalahnya, jadi lebih baik biarkan dia saja yang menanganinya. “Masalah menantu, diatasi oleh mertuanya, apa kau coba mengatakan hal ini?” tanya Hye-jeong dengan sinis.
“Bi-gung bukan hanya menantumu. Aku juga berhak menganggapnya sebagai menantuku. Apa aku salah jika aku menganggapnya seperti itu? Ratu pikir, aku menggunakan kekuatanku sebagai ratu agung. Apa kau berpikir seperti itu?” tanya Hye-jeong. “Apa maksudmu?” Ratu balik bertanya.
“14 tahun yang lalu, aku tak pernah menggunakan kekuatanku sebagai Putri Mahkota untuk melawan Ratu. Tapi Raja kala itu berkata, kau berhak menggunakan kekuatan itu. Dan kau tiba-tiba jadi seorang putri mahkota dan masuk ke istana. Aku ingat kalau aku pernah mengatakan banyak hal yang baik tentangmu di hadapan mendiang Raja. meskipun kau punya kesalahan, orang yang percaya kalau kau akan sukses adalah aku. Tapi setelah waktu berlalu dan aku harus meninggalkan istana karena peraturan istana, apa yang Ratu lakukan setelah itu?” tanya Hye-jeong
“Tak ada yang bisa kulakukan” kata Ratu. “Ya, itulah kehidupan. Kehidupanku dan kehidupan Ratu hampir sama. Tapi sekarang sepertinya terbalik” kata Hye-jeong. “Itu mungkin karena ada banyak hal yang berubah. Tapi ada juga beberapa hal yang tak berubah” kata Ratu. Hye-jeong tak bisa berkata apa-apa lagi.
Yul menyanyikan lagu untuk Chae-gyeong di loteng. Chae-gyeong menikmatinya. Kemudian mereka duduk di beranda loteng dan bernyanyi dengan gembira. Gantian Chae-gyeong yang bernyanyi dan Yul tersenyum mendengar lagu Chae-gyeong yang konyol. Shin memandangi mereka dari bawah dengan perasaan iri.
Hye-jeong sedang menelepon seseorang sambil menatap laptopnya yang berisi berita tentang Shin dan Hyo-rin di Thailand. Hye-jeong merasa senang dengan hasil kerja mereka dan mengucapkan terimakasih banyak atas semua bantuan yang telah di dapatkannya.
Ratu berjalan di koridor istana dan Park Sang-gung seperti biasanya mengikuti di belakang Ratu. Mereka bertemu Choi Sang-gung dan kemudian Ratu bertanya apa benar rumor yang beredar tentang keretakan antara Putri Mahkota dan Putra Mahkota. Choi Sang-gung berkata, berita itulah yang baru saja didengarnya. Ratu ingin Choi Sang-gung ikut dengannya ke istananya.
Ratu tak menyangka kalau rumor itu akan beredar dengan luas di internet seperti sekarang ini. Ratu bingung dan tak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Rumor itu akan jadi semakin besar dan akan membuat kekacauan. Dia tak mengira hal ini bisa terjadi. Apalagi yang bisa mereka lakukan sekarang.
Choi Sang-gung memberikan pendapatnya, “Dari apa yang kulihat, untuk mengatasi rumor ini agar tak menjatuhkan pasangan keluarga kerajaan, cara yang terbaik adalah mempercepat Putra Mahkota dan Putri Mahkota agar tidur dalam satu kamar”. Park Sang-gung kaget mendengar usul itu. Ratu juga kaget, tapi kemudian Ratu ingat, beberapa waktu yang lalu, Ibu Suri juga sangat menginginkan hal itu.
Chae-gyeong kembali ke kamarnya dan bertemu Shin di depan kediaman mereka. Chae-gyeong menyapa Shin, tapi Shin diam saja. Shin yang cemburu karena adegan yang dilihatnya tadi langsung masuk ke kamarnya begitu saja. Tentu saja Chae-gyeong kesal dan mengomel melihat kelakukan Shin yang cepat sekali berubah itu. Kadang peduli, kadang tidak.
Hye-myeong ada di kediaman pribadi Raja dan melayani ayahnya dengan baik. Tapi Raja merasa hidupnya agak sedikit membosankan karena dia tak bisa melakukan apa-apa selain istirahat. Bahkan koran saja tak ada ditempat itu. Hye-jeong tersenyum memandangi ayahnya. Hye-myeong membawakan buku untuk ayahnya. Sama bagusnya dengan koran kan? Raja tersenyum melihatnya.
Sementara itu, Ratu mengajukan usul yang di dapatnya dari Choi Sang-gung pada Ibu Suri. Tak ada banyak hal yang dilakukan sekarang untuk mengatasi masalah yang timbul di internet. Lagi pula, Shin punya banyak waktu luang yang bisa dipakai sekarang.
Ibu Suri mengusulkan, bagaimana kalau mengadakan konfrensi Pers dan mengklarifikasi semuanya. Kasim Kong bilang, para penduduk mungkin tak akan percaya apa yang akan mereka katakan, karena mereka sudah melihat foto-nya jauh-jauh hari. Dan mereka pasti akan salah mengerti dan tak percaya lagi pada keluarga kerajaan.
Kasim Kong menambahkan, dengan tidur bersama dalam satu kamar, akan mempererat hubungan mereka dan secara tak langsung mereka akan semakin mesra. Dan dengan kemesraan mereka, akan bisa menyingkirkan gosip yang beredar tentang keretakan rumah tangga pasangan keluarga kerajaan. Kasim Kong menambahkan, yang paling penting adalah, mereka akan secepatnya memperoleh keturunan keluarga kerajaan. Ibu Suri senang sekali mendengarnya walaupun Ratu terlihat kaget mendengarnya karena Putra Mahkota dan Putri Mahkota belum cukup umur. Ibu suri akhirnya setuju untuk melakukan malam pertama bagi Putra Mahkota dan Putri Mahkota.
Ratu ingin menghalanginya, karena mengingat usia keduanya. Tapi kemudian Ibu Suri berkata, bukankah Ratu juga tak langsung hamil saat pertama menempati satu kamar bersama Raja. Ratu malu mendengarnya. Akhirnya semua setuju dan ibu suri memerintahkan agar mempersiapkan semuanya secepatnya.
Kasim Kong membawakan minuman herbal untuk Shin agar Shin meminumnya. Kasim Kong bilang, Ibu Suri yang memerintahkannya. Shin protes, kenapa dia harus meminumnya kalau dia tak tahu apa saja yang ada di dalam minuman itu. Kasim Kong bilang, minuman itu bagus untuk kesehatan Shin dan lebih baik kalau segera diminum. Shin bilang, Kasim Kong aneh sekali hari ini, tapi dia langsung meminum obat yang dibawakan Kasim Kong itu.
Sementara itu, di kediaman Chae-gyeong, kedua dayang Chae-gyeong sedang sibuk mani-paddi untuk Chae-gyeong. Chae-gyeong juga bingung kenapa tiba-tiba mereka berbuat seperti itu. Choi Sang-gung memberikan alasan, ada sesuatu maksud kenapa mereka melakukan hal itu dan hal itu hanya terjadi sekali seumur hidup. Mereka meminta maaf karena tak bisa mengatakan apa-apa pada Chae-gyeong.
Hye-jeong duudk berdua dengan Yul dan bertanya pada Yul, apa Yul sudah mendengar kabar yang beredar di internet. Yul tahu itu dan dia agak marah melihat kelakuan ibunya itu. Hye-jeong mencoba membela diri, bagaimana mungkin dia hanya duduk diam begitu saja. Lalu Hye-jeong bercerita, saat ini, kerajaan sedang sibuk mempersiapkan malam pertama bagi Shin dan Chae-gyeong untuk tidur dalam satu kamar malam ini. Tentu saja Yul kaget mendengarnya.
Hye-jeong bilang, mereka ingin membuat cucu keluarga kerajaan untuk membungkam opini publik tentang mereka. Tapi dalam waktu dekat mereka semua akan tahu kalau apa yang mereka lakukan akan sia-sia.
Chae-gyeong sudah berdandan memakai hanbok seperti saat dia menikah. Dia bingung karena ada di sebuah kamar yang besar. Chae-gyeong pikir ada tamu khusus yang datang malam ini. Choi Sang-gung tersenyum mendengarnya. Choi Sang-gung bilang, Chae-gyeong bisa menganggap tamu malam ini sebagai tamu spesial untuk Chae-gyeong dan meminta Chae-gyeong menunggu dengan sabar. Chae-gyeong melihat kesekelilingnya dan mulai menyadari sesuatu.
Dari luar, Shin mengomel dan bertanya kenapa dia harus berpakaian seperti itu di tengah malam. Shin masuk ke dalam kamar dimana Chae-gyeong berada. Chae-gyeong gugup sekali karenanya. Choi Sang-gung bangkit dan memberi hormat pada Shin. Choi Sang-gung keluar kamar dan meninggalkan Chae-gyeong berdua dengan Shin.
“Apa ini? Kenapa kau berdandan seperti itu?” tanya Shin. Chae-gyeong hanya bisa melambaikan tangannya. Shin melihat ke sekelilignya dan akhirnya dia menyadari sesuatu. Dia mencoba memeriksa pintu dan jendela, tapi semuanya sudah terkunci. Chae-gyeong juga kaget, itu artinya mereka berdua terkurung di dalam kamar itu.
Chae-gyeong meraba lantai di kamar itu dan menyadari kalau lantainya dingin sekali. Shin ikut panik dan memeriksa lantai. Dia juga kaget mengetahui hal itu. Satu-satunya tempat yang hangat hanyalah di atas kasur yang telah disediakan disitu. Chae-gyeong bertanya apa maksud semua ini. Shin mengecek kasur dan ternyata kasurnya juga Cuma ada satu. Lalu Shin bilang, mereka melakukan hal ini untuk mendekatkan Shin dan Chae-gyeong.
“Sepertinya kita harus melewati malam ini dengan tidur di kasur yang sama” kata Shin. Chae-gyeong terlihat panik karenanya. Dan memanggil-manggil ke luar kalau dia ingin pergi ke toilet, tapi sayang, usahanya sia-sia. Tak ada yang peduli teriakan Chae-gyeong.
Yul mondar-mandir di kamarnya dan berpikir, apa mungkin Shin mau menyentuh Chae-gyeong, gadis yang sama sekali tak disukainya. Pasti tak mungkin. Yul terus saja memikirkan hal itu. Yul ingin pergi keluar, tapi ternyata ada 2 pengawal berjaga di luar kamarnya dan memintanya untuk tetap ada di dalam kamar. Yul mencoba pergi, mereka menghalanginya. Yul masih ngotot, tapi kemudian ibunya datang.
Hye-jeong bilang, Yul tak bisa ikut campur kali ini. Meskipun dia tak setuju dengan ide tidur di kamar yang sama, tapi jika Yul mengganggu, dia tak tahu apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah yang akan timbul karena Yul. Jadi lebih baik Yul diam saja di kamar. Yul berteriak, tapi ibunya tak menggubris teriakannya.
Shin bilang, kalau disuruh tidur ya tidur saja. Kalau Chae-gyeong mau, Chae-gyeong bisa tidur di lantai dingin di bawahnya. Tentu saja Chae-gyeong tak mau. Chae-gyeong kemudian berkata, “Malam pertama, seharusnya dilewati bersama seseorang yang kau cinta kan?”. “Apa maksudmu?” tanya Shin. “Kita tak saling mencintai” lanjut Chae-gyeong.
Shin kesal dan kemudian membuka kancing bajunya karena gerah, “Lakukan apa yang kau inginkan. Aku tak peduli kalau kau mati karena beku” katanya. Shin naik ke tempat tidur dan masuk ke dalam selimutnya dan tidur membelakangi Chae-gyeong yang masih duduk di sampingnya.
Chae-gyeong merasa kedinginan duduk di lantai. Jadi dia memasukkan tangan dan kakinya ke dalam selimut. Shin jengkel karena merasa terganggu dengan keusilan Chae-gyeong. “Apa kau masih mau duduk beku di situ? Apa kau benar-benar tak mau tidur disini?” hardik Shin. Chae-gyeong hanya senyum-senyum saja.
“Aku tak apa-apa” kata Chae-gyeong. Shin meraih tangan Chae-gyeong dan memegangnya lalu berkata, “Tak apa-apa bagaimana? Ya! Tanganmu sudah membeku dan kau masih bilang kalau kau tak apa-apa? Hentikan dan cepat kemari. Aku tak ingin tidur di samping istriku yang mati membeku” bentak Shin yang terlihat khawatir.
“Sebenarnya….” Kata Chae-gyeong kemudian. “Apa lagi sekarang?” tanya Shin. “Aku tak tahu bagaimana cara untuk melepas hiasan di kepalaku ini. Bagaimana bisa aku tidur dengan memakai ini? Ini berat sekali” jawab Chae-gyeong. Shin meminta Chae-gyeong naik ke tempat tidur. Chae-gyeong takut. Shin tertawa melihat tingkahnya. Tapi akhirnya dia naik juga.
Shin mulai membantu Chae-gyeong melepas hiasan kepala Chae-gyeong. Tapi sayangnya, Shin juga tak tahu bagaimana cara melepasnya. Yang penting dibuka dan di lepas saja. Tentu saja saat rambut asli Chae-gyeong ikut tertarik, Chae-gyeong pun berteriak dan meminta Shin untuk melakukannya pelan-pelan. Sementara itu, Choi Sang-gung terkesima mendengar ‘keributan’ di dalam. Sedangkan kedua dayang Chae-gyeong di luar tertawa cekikikan karena mengira, ada sesuatu yang sudah terjadi di dalam kamar (baca: adegan 17 tahun ke atas).
Sementara itu, Chae-gyeong sendiri malah membayangkan yang tidak-tidak. Dia membayangkan Shin melepas semua hiasan rambutnya, lalu mencoba hendak mencium paksa Chae-gyeong. Chae-gyeong berteriak, “Tidak boleh…tidak boleh…tidak boleh…boleh…boleh…boleh…”. Shin jengkel, sedangkan Chae-gyeong tersipu-sipu malu.
Shin selesai melepas hiasan kepala Chae-gyeong. Kemudian dia balik lagi ke tempatnya tidur tadi. Chae-gyeong masih duduk di samping Shin tidur. “Kau terlihat tak nyaman, kenapa tak kau lepas saja bajumu itu?” tanya Shin. Chae-gyeong merasa gugup mendengarnya. “Di drama TV biasanya setelah melepas hiasan kepala, melepas baju, melempar baju, mematikan lampu….” kata Shin. “Diam” kata Chae-gyeong.
“Cepat lepas bajumu dan masuk ke dalam sini” kata Shin. Dia masuk lagi kedalam selimut dan tiduran. Chae-gyeong terkejut mendengarnya. “Ya! Aku hanya tak ingin kulitku bersentuhan dengan baju yang kau pakai “ bentak Shin. Tapi Chae-gyeong dengan cuek masuk ke dalam selimut dan berguling, hingga dia memakai semua selimut itu. Tentu saja Shin jengkel melihatnya karena dia tak kebagian selimut!
Shin ngotot meminta Chae-gyeong melepas bajunya. Tapi Chae-gyeong masih juga ngotot karena tak mau melepasnya. Sementara di luar, semua dayang dan Sang-gung yang menjaga mereka berpikir, kalau malam ini Shin agresif sekali. Apalagi mereka dengar kalau tadi, Shin juga minum obat perangsang (Tonik yang diberi oleh Kasim Kong).
Shin sudah melepas semua bajunya, kecuali kaos dalamnya. Sementara itu, Chae-gyeong juga mulai melepas hanbok pengantinnya dan juga baju hanbok dalamnya. Dia sekarang hanya memakai baju dalam putihnya. Chae-gyeong tidur di samping Shin dan mereka berdua tidur saling memunggungi. Shin memikirkan Chae-gyeong dan dia merasa grogi.
Sementara itu, Yul di kamarnya merasa kesal sendiri. dia jengkel mendengar apa yang sedang terjadi antara Shin dan Chae-gyeong. Dia memang sangat mencintai Chae-gyeong. Dia takut Shin menyentuh Chae-gyeong. Tapi sayang dia tak bisa berbuat apa-apa selain marah pada dirinya sendiri.
Di kamar, tiba-tiba Chae-gyeong bicara. “Bolehkah aku bertanya sesuatu?” tanya Chae-gyeong. “Apa lagi sekarang?” Shin balik bertanya. “Pertanyaan yang sama seperti kemarin. Kenapa kau menyukai Hyo-rin?” tanya Chae-gyeong lagi. “Ini masalah pribadiku” jawab Shin. “Itulah kenapa kau penasaran” lanjut Chae-gyeong.
“Hyorin, dia sangat mirip denganku. Kesepian” kata Shin kemudian. “Karena aku tak kesepian, jadi kau tak bisa menyukaiku?” tanya Chae-gyeong. Shin hanya diam saja. Shin hendak membelai Chae-gyeong, tapi dia sama sekali tak punya keberanian. Lalu kemudian Shin duduk. Chae-gyeong ikut duduk. “Ada apa sebenarnya denganmu?” tanya Chae-gyeong. “Itu bukan urusanmu” kata Shin dengan ketus.
“Karena sudah seperti ini, kenapa kita tak lakukan apa yang biasa dilakukan oleh orang dewasa. Bukankah ini di siapkan untuk malam pertama kita” ajak Shin. “Berhentilah bercanda” kata Chae-gyeong. “Bagaimana jika aku memang menginginkannya?” tanya Shin. “Setelah kita berpisah, saat kau menemukan seseorang yang benar-benar kau cintai, kau bisa melakukan malam pertama dengannya” jawab Chae-gyeong.
“Kau sepertinya tak mengerti situasinya. Laki-laki dan perempuan itu berbeda. Laki-laki bisa melakukannya dengan wanita yang tak disukainya” ungkap Shin. “Kau ingin melanjutkan hal ini? Kau mau mati ditanganku ya?” hardik Chae-gyeong yang mulai kesal dengan tingkah Shin. “Semua ini berkat kau sampai kita bisa diperlakukan seperti ini. Sekarang kau hanya tinggal melakukan bagianmu” kata Shin dengan sinis.
“Jika kau mau hidup harmonis denganku, kita tak perlu berakhir seperti ini.Ini semua salahmu hingga kita berakhir seperti ini” kata Shin kemudian. “Bgaimana bisa, ini kesalahanku? Hidup dengan orang brengsek sepertimu, bagaimana bisa aku hidup dengan harmonis? Menolakku setiap hari, menyakitiku setiap hari. Bagaimana bisa aku hidup harmonis denganmu? Dasar Brengsek” maki Chae-gyeong yang tak mau terima karena disalahkan atas perpisahan yang mungkin terjadi pada mereka nanti. Chae-gyeong memukul kepala Shin dengan bantal yang dipegang Shin.
Tentu saja Shin keasal, apalagi dimaki seperti itu. Tapi dia tak bisa bilang apa-apa. Karena saat menoleh ke arah Chae-gyeong, chae-gyeong sedang kipas-kipas karena kepanasan. Shin merasa…..(17 tahun ke atas ya. Anak kecil dilarang memikirkannya). Untuk melampiaskan energinya yang meluap-luap, Shin melakukan olahraga. Chae-gyeong bingung melihatnya. Tapi kemudian keduanya malah aerobik bersama di atas kasur!
Yang di luar mengira ada sesuatu terjadi di dalam kamar. Karena percakapan ini yang mereka dengar. “Ada apa denganmu. Ini sakit sekali. Aku kan sudah bilang, lakukan dengan hati-hati” teriak Chae-gyeong. “ayolah, jangan seperti itu. Meskipun sakit, kau harus menahannya” kata Shin. “Tapi ini sakit sekali” keluh Chae-gyeong. “Tahanlah sebentar lagi” bujuk Shin. “Bagaimana aku bisa menahannya kalau ini sakit sekali. Sudah kubilang padamu, lakukan dengan hati-hati. Dengan penuh perasaan. Dengan kekuatanmu itu, sepertinya kau sudah siap bergulat” kata Chae-gyeong. “Kenapa kau berlebihan seperti ini? Masih kurang satu kali lagi” balas Shin.
Ternyata Shin dan Chae-gyeong sedang bermain dan karena Chae-gyeong kalah, Shin memukul tangan Chae-gyeong!
“Sakit. Sudah kubilang padamu agar berhati-hati” rengek Chae-gyeong. “Ayo lakukan sekali lagi” ajak Chae-gyeong yang tak terima kalah dari Shin. Shin siap-siap di depan permainannya, dan Chae-gyeong bersiap-siap menjentik biji catur di depannya. Setelah dijentik, biji itu mengenai mata Shin. Tentu saja Shin kesakitan karenanya dan mengomeli Chae-gyeong.
Chae-gyeong mengelus mata Shin yang membiru karena terkena biji catur. Shin membuka matanya dan dia grogi dengan Chae-gyeong yang sedang menatapnya. Shin memejamkan matanya. Dia ingin mencium Chae-gyeong. Tapi Chae-gyeong yang grogi malah membenturkan kepalanya ke kepala Shin. Tentu saja Shin menjerit kesakitan karenanya.
Mereka berdua kemudian duduk di kursi panjang di pinggir jendela. Mereka mengompres kepala mereka yang terbentur dengan lumayan keras tadi. Chae-gyeong bertanya bagaimana keadaan Shin. Shin bilang Chae-gyeong bertindak terlalu berlebihan. Shin juga bilang, dia hanya penasaran dengan reaksi Chae-gyeong saat dia hendak menciumnya.
“Aku tak berpikir kalau kau seburuk itu, yang akan menyentuh gadis yang tak kau suka. Tapi aku ketakutan tadi” ungkap Chae-gyeong dengan sedih. “Jika kau lakukan lagi, aku akan memukulmu dengan keras” tambah Chae-gyeong. “Aku tak membencimu. Kenapa kau berpikir seperti itu? Ini bukan karena aku tak menyukaimu. Aku hanya mencoba untuk berhati-hati. Aku hanya berharap….meskipun kita berpisah dan kemudian bertemu dijalan, kita masih bisa saling tersenyum dan masih tetap berhubungan baik. Karena itulah, kita harus mempersiapkan semuanya mulai sekarang” kata Shin.
“Jika kau berpikir agar berhati-hati, kau bisa melakukannya. Itu akan sulit untuk kulakukan. Kapanpun aku berpikir saat aku berjumpa denganmu di jalan, hatiku akan terasa sangat sakit” ungkap Chae-gyeong kemudian. Chae-gyeong hendak bangkit dari tempat duduknya dan berkata, “Ayo tidur, bagaimanapun juga, kita terkunci disini” ajak Chae-gyeong. Shin meraih Chae-gyeong mendekat padanya, kemudian menciumnya dengan mesra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar