Minggu, 28 November 2010

My Little Bride Episode 1

















Hangul              어린 신부
Hanja               어린 
RR                  Eorin Sinbu
MR                 Orin Sinbu
Directed by        Kim Ho Jun
Produced by        Choi Soon sik
Written by         Yoo Soonil
Cinematography     Seo Jongmin
Editing by          Park Soon deok
Distributed by     Korea Pictures
Release date(s)    April 1, 2004 (South Korea)
Running time       115 min
Language           Korean
Admissions          3,149,500

Cast:

Moon Geun-yeong(문근영)                : Suh Bo-eun
Kim Rae-won (김래원)                      : Park Sang-min
Kim In-moon (김인문)                      : Kakek Bo-eun
Han Jin-hee (한진희)                      : Ayah Sang-min
Kim Hye-ok (김혜옥)                       : Ibu Sang-min
Song Ki-yoon (송기윤)                     : Ayah Bo-eun
Seon-woo Eun-sook(선우은숙)          : Ibu Bo-eun
Sin Se-gyeong (신세경)                   : Hye-won
Ryoo Deok-hwan (류덕환)                : Dong-gu
Kim Bo-gyeong (김보경)                   : Ji-su
Park Jin-woo (박진우)                     : Jung-wu
Ahn Seon-yeong                              : Guru Kim

SINOPSIS


Di pesawat yang menuju Korea, Park Sang-min memandangi foto teman kecilnya, Suh Bo-eun yang masih culun abiez dan membuatnya tertawa sendiri. Tawanya terhenti karna ada wanita cantik yang memperhatikannya duduk di sampingnya. Sang-min itu playboy. Jadi begitu lihat da wanita cantik ya langsung deh..ehm..ehm..


Setelah pesawat mendarat, Sang-min mencoba mengejar wanita itu. Tapi Sang-min terpaksa kecewa karna ternyata wanita tersebut dijemput pacarnya. 

Kemudian pandangan Sang-min tertuju pada pada seorang gadis yang sedang mencium bunga dan Sang-min pura-pura menjatuhkan HP nya di bawa rok gadis itu. Gadis itu menoleh dan memandang Sang-min dengan jengkel lalu menendang HP Sang-min. Sang-min pun protes.


"Hei, kau tak boleh menendangnya!" kata Sang-min jengkel.
"Dasar. Kau tak berubah sedikitpun!" jawab gadis itu yanng ternyata Bo-eun tak kalah galak.


Sang-min memandangi Bo-eun seakan tak percaya. Bo-eun yang dulu culun sudah berubah jadi gadis yang cantik. Kemudian mereka pun pulang bersama. Karna Bo-eun memang datang untuk menjemputnya. Jalan menuju bus pun Sang-min masih sempat memandangi pramugari-pramugari cantik dan membuat Bo-eun sebel ngelihat tingkahnya. “Kalo kau begitu terus, lama-lama matamu bisa juling!” maki Bo-eun.(wakkkkkk……..).

“Kenapa kau menjemputku? Karna sangat rindu padaku, kau jadi bolos sekolah ya?” goda Sang-min. “ Enak saja. Hari ini ulang tahun sekolah. Dan aku dipaksa datang kesini. Disaat aku harus serius belajar, aku malah disuruh menjemputmu” jawab Bo-eun kesal. “Kau kan masih punya waktu 2 tahun lagi untuk ujian” kata Sang-min kemudian. “Orang-orang sepertimu membuat kampus terlihat mengerikan” kata Bo-eun lagi. “Apa maksudmu?” Tanya Sang-min tak terima. “Kau seorang laki-laki hidung belang dan playboy” maki Bo-eun. “Aku memang playboy, tapi aku bukan laki-laki hidung belang!” sangkal Sang-min.

Sang-min memberikan oleh-oleh dari luar negeri buat Bo-eun sembari bilang jangan sampai keluarga yang lain tahu. Dengan gembira, Bo-eun menerima hadiah itu. Tapi dia sangat jengkel begitu tahu hadiah yang diberikan Sang-min ternyata sebuah bra! (ada-ada aja neh orang…ckckck..). Bo-eun tak terima,  jadi dia memukulkan bra itu ke kepala Sang-min. Bukannya marah dipukuli, Sang-min malah menggoda Bo-eun, “Haruskah aku membantumu untuk memakainya!”. Jelas saja Bo-eun jadi tambah jengkel. Hahahahaha……..



Sesampainya di rumah, Bo-eun menuju studio foto milik keluarganya, tapi tak ada orang. Jadi dia berlari ke rumah yang ada disamping rumah Bo-eun. Orangtua mereka ternyata berkumpul disitu dan menyambut dengan senang kedatangan Sang-min kecuali ibu Bo-eun dan mengatakan untuk cepat masuk karna kakek sedang menunggu. Sebelum masuk rumah, Ibu Sang-min mengatakan pada Sang-min untuk tabah jika terjadi sesuatu.



“ Enak kan,kek?” Tanya Bo-eun yang sedang menyuapi bubur untuk kakeknya dan tersenyum senang karna kakek menyukai bubur buatannya. “Tak ada orang yang bisa merawatku dengan baik selain kau” puji kakek. “Tentu saja, karna aku satu-satunya cucu perempuanmu” jawab Bo-eun bangga.

“Kau sudah dewasa sekarang. Dan kau sudah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik” kata kakek. “ Dia memang tumbuh dewasa. Tapi sifatnya masih kekanak-kanakan” sangkal ibu Bo-eun. “ Bagaimanapun juga, suatu saat nanti aku akan menikah.  Dan jadi wanita dewasa. Benar begitu kan, kek?” Tanya Bo-eun.  Kakek membenarkan ucapan Bo-eun. Kemudian meminta Sang-min untuk duduk dekat Bo-eun yang duduk di depan kakek.



Kakek mulai bercerita tentang masa lalu. Tentang janji yang dibuatnya dengan kakek Sang-min. Saat kakek dan kakek Sang-min masih muda, mereka berjanji untuk menikahkan anak-anak mereka. Tapi karna mereka sama-sama hanya punya seorang anak laki, maka perjanjian itu menurun ke generasi selanjutnya. Bo-eun yang tak mengerti–pun bertanya apa maksud kakeknya. Adik Bo-eun, Dong-gu, memukul kepala Bo-eun dari belakang, sambil berkata, “Dasar bodoh. Kakek ingin kau menikah dengan Ka’ Sang-min!”.



Bo-eun memandang kakeknya seakan tak percaya. Sang-min dan Bo-eun malah menertawakan kata-kata kakek. Bo-eun menolaknya, karna bagaimanapun juga, dia masih SMA. Kakek tak mau kalah. Kakek bilang waktunya sudah tak lama lagi. Kakek akan meninggal dengan tenang setelah janji itu terpenuhi. Tapi Bo-eun tetap tak terima. Dan biarpun ayah Sang-min sudah menjelaskan bahwa anak berusia 16 tahun bisa saja menikah dengan pertanggungjawaban dari orangtua, Bo-eun masih tetap tak mau tahu dan langsung keluar dari rumah. Sang-min pun juga ikut keluar.

Sang-min pergi ke kampusnya dan menelpon teman-temannya untuk bertemu setelah pulang kuliah. Kemudian dia pergi mengunjungi kakak kelas-nya Ji-su yang sedang sibuk dengan lukisannya. Jisu kaget melihat kedatangan Sang-min. Ji-su mengatakan pada Sang-min kalau dia sudah selesai dengan TA-nya, dia akan membantu Sang-min mencari sekolah untuk magang. Setelah itu Sang-min bertemu dengan kedua teman akrabnya sepulang kuliah yang kemudian kaget saat tahu kalau Sang-min pulang karna harus segera menikah.



Sedangkan Bo-eun yang ada di rumah menyanyi bersama kakeknya sambil membersihkan kamera.  Bo-eun segera mengambil kamera dari tangan kakeknya, kemudian membaringkan kakeknya yang ternyata sudah tertidur. Bo-eun memang sayang sekali dengan kakeknya.(oooh…..co cweet….).

Sementara itu, sepulang sekolah, Bo-eun menghampiri Hye-won sahabat baiknya yang sedang ngomel melihat tingkah 3 orang kakak kelasnya yang sok cantik. Lalu kemudian datang seorang laki-laki yang mengalihkan pandangan semua gadis-gadis termasuk Bo-eun dan Hye-won. Laki-laki itu bernama Jung-wu, kakak kelas Bo-eun, seorang atlet Baseball di SMA Dong-in.



Kakek menelpon Ayah Sang-min dari rumah sakit dan mengatakan kalau rencananya akan gagal karna dokter bilang kakek masih akan hidup 20 tahun lagi. Kakek bilang untuk segera merubah rencananya. Kakek akan memulai rencananya dan ayah Sang-min diminta untuk meneruskannya. (waduh, ne kakek...).   

Ayah Sang-min meminum bir untuk menenangkan diri, dan kemudian ke luar rumah untuk menghancurkan mobilnya. Sang-min dan ibunya yang sedang nonton film action tak mendengar suara mobil yang dipukuli oleh ayah Sang-min dengan tongkat baseball. Baru setelah beberapa saat, keduanya sadar ada yang tidak beres dan segera berbalik badan.




 “Sepertinya kau memang harus segera menikah, nak” kata Ibu Sang-min. ayah Sang-min merasa puas karna pada akhirnya istri dan  anaknya melihat aksinya. (aduh om... Eman dunk tu mobil. harusnya buat aku ja mobilnya…wakkkkkk). Sementara itu di sekolah Bo-eun menonton Jung-wu latihan baseball. "Anggaplah ini permintaan terakhir kakek", kata-kata kakek terus terngiang di telinga Bo-eun. Tadinya Bo-eun sedih. Tapi kemudian, Bo-eun merasa senang karna ternyata Jung-wu mengenalinya.

Sang-min menjemput Bo-eun di sekolah. Saat melihat Sang-min di depan sekolahnya, Bo-eun berusaha kabur. Hye-won yang curiga segera menarik Bo-eun. Akhirnya mereka bertiga pun pergi ke KFC untuk makan siang.



“Siapa dia?” Tanya Hye-won saat Sang-min pergi ke toilet. “ Hanya kenalanku” jawab Bo-eun singkat. “Semua orang selalu mengatakan seperi itu” kata Hye-won jengkel karna merasa Bo-eun menyembunyikan sesuatu darinya. “Aku sudah mengatakan yang sebenarnya” jawab Bo-eun.

Sang-min kembali ke tempatnya, duduk di depan Bo-eun dan Hye-won. “Aku sudah serius memikirkannya. Dan aku akan mengatakannnya padamu. Ayo kita lakukan” kata Sang-min mengawali pembicaraan. “Apa kau sudah gila?” protes Bo-eun. “Aku Cuma bercanda. Kau pikir aku mau melakukannya?” Sang-min tak mau kalah. “Aku tak mau melakukannya denganmu. Ini benar-benar gila. Aku baru 16 tahun!” teriak Bo-eun. “Aku mengerti…Ya sudahlah. Omong-omang, aku akan membelikanmu makan malam atau apapun yang kau butuhkan” kata Sang-min agak tenang.

“Paman, apa kau pria hidung belang? Bo-eun, teganya kau lakukan ini padaku. Aku tahu aku memang cantik. tapi kenapa kau melibatkanku seperti ini” kata Hye-won tiba-tiba. Membuat Sang-min dan Bo-eun kaget karnanya.

Para pengunjung berpaling pada Hye-won yang sedang menangis. Bo-eun berusaha menghentikan tangis Hye-won dan menjelaskan semuanya pada Hye-won. Kemudian Hye-won memutuskan untuk segera pergi agar Sang-min dan Bo-eun bisa ngobrol dengan nyaman. (aslinya seh mungkin karna malu dia udah salah sangka ma hubungan Sang-min dan Bo-eun…hehehe..).

Sepeninggal Hye-won, HP Bo-eun berbunyi. Bo-eun kaget. Sementara itu dirumah sakit, kakek dirumah sakit, kakek sedang mempelajari cara kerja monitor detak jantung (kakeknya Bo-eun memang kreatif! wakkkk). Sang-min dan Bo-eun yang datang bersamaan segera berlari menghampiri kakeknya.

Saat monitor menunjukkan tanda kalo jantung kakek Bo-eun berhenti berdetak, Bo-eun berteriak sambil menangis. Sang-min segera keluar mencari bantuan. Kedua orangtua Sang-min dan kedua orangtua Bo-eun segera masuk ke dalam. Ayah Bo-eun memukul-mukul mesin deteksi jantungnya dan berhasil. Kakek batuk-batuk. Para orangtua segera keluar dan meminta Sang-min dan Bo-eun untuk menjaga kakek.




Diluar, para orangtua berpikir. Satu-satunya cara agar kakek cepat sembuh adalah segera menikahkan Sang-min dan Bo-eun. Hanya Ibu Bo-eun yang tidak setuju dengan usul itu. Bagaimanapun juga Bo-eun masih 16 tahun.


Sementara di dalam, Kakek bercerita tentang masa lalunya yang lebih detail pada Sang-min dan Bo-eun. Tentang kakek Bo-eun yang sebenarnya juga mencintai nenek Sang-min,tapi menutupi perasaannya demi sahabat baiknya. makanya setelah kakek Sang-min meninggal, kakeklah yang membesarkan ayah Sang-min seperti anaknya sendiri. dan mengatakan pada Bo-eun bahwa janji mereka itu sangat penting artinya buat kakek. Kakek terbatuk-batuk, kemudian alat pendeteksi detak jantungnya menunjukkan jantung kakek tak berdetak lagi. 




Tentu saja Bo-eun panik. Dia berusaha memukul alat itu seperti yang dilakukan ayahnya tadi, tapi tak berhasil. Karna panik dan karna rasa sayangnya pada sang kakek, Bo-eun pun berjanji akan memenuhi janji kakeknya asal kakeknya mau membuka mata. Dan kata-kata Bo-eun disambut senang para orangtua kecuali Ibu Bo-eun.


Bo-eun menangis di kamarnya dan adiknya yang melihat malah meledeknya, "Kau malu ya kalau Ka' Sang-min tahu tentang pantatmu yang rata? Pantat juga harus dijaga biar bentuknya tetap bagus.bla..bla..bla.. Bagaimanapun, selamat ya, bibi!". 




Ibu masuk,  menjewer telinga Dong-ku dan duduk menemani Bo-eun yang sedang sedih. " Maafkan Ibu, karna tak bisa membantumu" kata Ibu Bo-eun. "Ibu, apa aku harus benar-benar menikah? Bagaimana sekolahku? Aku ingin kuliah" tanya Bo-eun dengan sedih. "Pernikahan takkan merubah apapun. Anggap saja kau punya saudara baru" hibur Ibu Bo-eun. "Aku takut teman-temanku di sekolah tahu. Bagaimana aku harus menghadapi mereka?" tambah Bo-eun. "Jangan khawatir, kakekmu yang akan mengurusnya. Dia itu senior kepala sekolahmu saat mereka masuk militer" hibur Ibu Bo-eun.


Sementara itu, Sang-min ada di klub bersama kedua temannya. temannya terus saja menyindirnya tentang pernikahan itu. Sang-min tak ingin cepat-cepat menikah. Karna ia masih ingin menikmati pemandangan indah yaitu gadis-gadis cantik(waduuuh...ne orang...). Teman-temannya turun ke lantai dansa. Meninggalkan Sang-min yang sedih sendirian.   




Kemudian hari pernikahan-pun tiba. Bo-eun mengobrol dengan Hye-won yang bilang kalau habis dari pernikahan Bo-eun, ia dan teman-teman sekelas akan wisata ke Pulau Jeju. Ke tempat yang sama Bo-eun dan Sang-min berbulan madu. Bo-eun minta Hye-won merahasiakan pernikahannya. Hye-won menghibur Bo-eun, "Kau cantik sekali hari ini. Kuharap jika aku menikah, aku akan secantik kau". Bo-eun pun tersenyum mendengarnya. Dong-ku masih saja menggoda kakaknya, dan baru berhenti saat ibunya datang. 


"Aku merasa sepertinya kakek sedang mempermainkanku" protes Bo-eun ke ibunya. "Bo-eun, ini hanya pesta pernikahan, oke?" hibur ibu. "Aku tak bisa melakukannya, Ibu" Bo-eun mulai emosi. "Jangan jadi anak kecil sekarang" jawab ibunya. "Aku tak bisa, Bu. Aku akan bilang pada kakek, aku takkan menikah!" kata Bo-eun kesal. "Apa kau ingin pernikahanmu berubah jadi pemakaman?" tanya ibunya. Bo-eun bingung. Ibunya pun memeluknya dengan penuh kasih sayang untuk menenangkannya.










Upacara pernikahan berlangsung dengan baik. Semua yang hadir bahagia, terutama kakek. Setelah itu, Sang-min dan Bo-eun berangkat bulan madu ke Pulau Jeju. Sebelumnya Ayah Sang-min berpesan untuk tidak melakukan hubungan suami istri karna Bo-eun masih kecil. Tapi Sang-min menolaknya. " Kalian memaksaku menikah, jadi akan kulakukan yang ku mau. Aku tak peduli. Aku akan memperlakukannya sebagai istriku" kata Sang-min kesal.




Ibu Bo-eun dan Ibu Sang-min bilang pada Bo-eun agar tak khawatir. Ayah mertuanya sedang berbicara dengan Sang-min agar kalian tak perlu melakukan itu. Tapi Bo-eun tak mengerti apa maksudnya. "Telpon kami kalau sudah sampai di sana" kata Ibu Sang-min. "Ya, bibi" jawab Bo-eun lesu. "Apa-apaan kau ini. Berhenti memanggilnya bibi. Mulai sekarang panggil dia ibu" protes ibunya. "Ya, ibu" kata Bo-eun malu-malu. Ibu Sang-min senang sekali mendengarnya. "Ibu, bisakah aku menyimpan buket bunganya. Itu cantik sekali" kata Bo-eun lagi. "Lupakan buket bunganya. Aduuuh...apa yang harus aku lakukan. Dia tetap saja kekanak-kanakan" jawab ibunya bingung.


"Selamat berbulan madu" teriak semuanya mengantarkan kepergian Sang-min dan Bo-eun berbulan madu ke Pulau Jeju. Di bandara Sang-min berjalan bersama kedua temannya, Yong-ju dan Young-chul. Pesawat akan segera berangkat. 




Bo-eun minta ijin untuk ke kamar mandi untuk yang ke sekian kalinya. Apa boleh buat, Sang-min terpaksa naik pesawat sendiri dan menunggu Bo-eun di dalam pesawat. Tapi, sampai pesawatnya terbang, Bo-eun tak pernah muncul. Sang-min kesal karnanya. Apalagi di belakang duduk dua orang rese yang mengatainya kampungan,dll. 




Keluar dari bandara, taksi yang akan dinaiki Sang-min malah di serobot dua orang yang tadi duduk di kursi belakang Sang-min. Tentu saja Sang-min berteriak kesal karnanya. Tak disangka, begitu tiba di hotel, Sang-min melihat kedua orang menyebalkan itu lagi. Sedang berciuman di beranda di lantai bawah kamar Sang-min. Daaaaan....Sang-min mengguyur mereka dengan air dari jamban sambil ketawa puas!!! (hiiiiiiii.....joroook).


Sementara di rumah, Ibu Bo-eun masih tetap saja mencemaskan Bo-eun. " Aku ingin menegaskan padamu tentang satu hal. Sampai Bo-eun lulus kuliah, jangan pernah berpikir untuk punya cucu. Katakan dengan baik pada ayahmu!" tegas Ibu Bo-eun. Ayah Bo-eun sibuk menenangkan istrinya yang cemas memikirkan Bo-eun.


Bo-eun pulang ke rumah. Tapi ia tak berani masuk ke dalam. Kemudian dia memutuskan untuk pergi nonton. Di bioskop dia malah digoda laki-laki hidung belang, jadi Bo-eun langsung kabur. 




Sementara itu di Pulau Jeju, Sang-min yang sedang jalan-jalan bertemu dengan Hye-won dan teman-teman sekelas Bo-eun. (Ini dia alasan Bo-eun kabur dari bulan madunya...takut ketahuan teman-temannya yang juga sedang wisata di Pulau Jeju!). Karna teman-temannya berebut untuk berkenalan dengan Sang-min, mereka saling mendorong dan akibatnya, Sang-min terjatuh di atas tubuh Hye-won. 




Guru Kim, wali kelas mereka yang secara kebetulan melihatnya pun jadi marah dan memegang kerah baju Sang-min sambil mengatai Sang-min sebagai laki-laki hidung belang yang sedang mencari gadis-gadis muda. Hye-won mencoba menjelaskan pada gurunya, kalau Sang-min tak seperti itu. Sementara itu Sang-min berusaha kabur. 




Sementara Bo-eun ada di sekolah menonton Jung-wu  yang sedang latihan Baseball. Jung-wu mengajak Bo-eun jalan-jalan. Dan Bo-eun sangat senang karnanya. Kemudian keduanya duduk di sebuah bangku. Jung-wu bertanya apakah Bo-eun sudah punya pacar, Bo-eun bilang kalau dia tidak punya pacar. Sang-min mencoba menelpon Bo-eun tapi HP Bo-eun tidak aktif. Sementara Jung-wu bilang pada Bo-eun kalau mulia sekarang, mereka pacaran.




Sang-min menikmati malam di Pulau Jeju dengan kebiasaan lamanya, menggoda seorang wanita bule. Tak disangka wanita tersebut adalah guru Hye-won. Hye-won yang melihatnya pun marah pada Sang-min. Tak terima kalau Sang-min menggoda wanita lain sementara ia dah punya istri.(seneng deh kalo punya kawan sebaik Hye-won). Sang-min mau menjelaskan pada Hye-won tentang apa yang terjadi. Tapi tiba-tiba, Guru Kim datang menghampiri mereka dan marah lagi pada Sang-min. Sang-min pun langsung kabur.




Kedua orangtua Bo-eun pergi ke sauna. Bo-eun juga sedang ada disana. Bo-eun yang sedang tertidur kaget mendengar suara yang sangat di kenalinya. "Aku merasa sudah melakukan sesuatu yang jahat pada Bo-eun. Dia masih 16 tahun. Masih kelas 1 SMA" kata ibu Bo-eun. "Berpikirlah yang positif saja. Bukankah selama ini kau memang sudah menganggap Sang-min sebagai menantumu. Bo-eun takkan pergi jauh dari kita. Anggap saja ini takdir. Selain itu, besan kita juga menyayangi Bo-eun seperti anak mereka sendiri" hibur ayah Bo-eun. mencoba menenangkan istrinya yang masih saja cemas memikirkan Bo-eun. Bo-eun menangis sedih mendengarnya. "Tanpa Bo-eun, rasanya ada sebuah lubang besar dalam hatiku. Dan aku menganggap semua orang seakan mirip Bo-eun. Yang satu itu juga mirip Bo-eun" tambah ibu Bo-eun, menunjuk seseorang yang hendak keluar sauna dengan cara yang aneh, tanpa tahu kalau sebenarnya orang itu memang Bo-eun.(andai saja ibu Bo-eun tahu.....).


Sang-min pulang dari Pulau Jeju. Ia sibuk berpikir, apa yang harus ia katakan pada orangtua mereka. Sang-min kaget begitu sampai di depan rumah. Ada Bo-eun berdiri di situ. Tapi tak berani untuk masuk. Sang-mi  rasanya ingin memukul Bo-eun karna kesal. Tapi dia membatalkan niatnya.




Sang-min menarik Bo-eun pergi dari situ, mendandani Bo-eun seolah-olah mereka habis pulang dari bulan madu. Merka disambut keluarga dan kemudian makan bersama. Kakek bertanya bagaimana perjalanan mereka. Bo-eun bilang sangat menyenangkan. Sang-min menjaganya dengan baik. Kakek senang mendengarnya dan bilang "Sekarang kalian sudah menikah. Tetaplah saling mencintai seperti ini, jadi kita semua bisa cepat melihat kelahiran buah cinta kalian".  Ibu Bo-eun yang mendengarnya tentu kecewa berat.




Setelah selesai, Sang-min pamit pergi ke kamar, sambil menggendong Bo-eun. Ibu Bo-eun khawatir sekali melihat Sang-min menggendong Bo-eun karna Sang-min dalam keadaan mabuk. (Ibu Bo-eun terlalu menyayangi putrinya, ia takut Sang-min menjatuhkan Bo-eun....ato takut Sang-min....ya??? think..think....think...^_*).




Keesokan harinya, Sang-min,Bo-eun dan orangtua mereka pergi ke apartemen baru Sang-min. Apartemen itu akan jadi tempat tinggal Sang-min dan Bo-eun. Ibu Bo-eun tidak senang dengan semua yang ada disitu. Mulai dari masalah tempat tidur, sampai cangkir.  Ibu Bo-eun berteriak marah dan bilang agar mereka pisah kamar selama Bo-eun belum lulus. Ibu Sang-min berusaha menenangkannya.






Malamnya Bo-eun sibuk belajar. Sang-min baru saja selesai mandi. Ia hanya mengenakan celana pendek. Sang-min hanya sekilas melirik ke kamarnya. Dengan tersenyum nakal ia menuju kamar Bo-eun. Bo-eun tentu saja kaget. Bo-eun bilang ini kamarnya, kamar Sang-min bukan disini. Sang-min tak mau keluar meskipun Bo-eun sudah berteriak mengusirnya. 




Sang-min menggoda Bo-eun. Seseorang yang sudah menikah harusnya tidur bersama. Tentu saja Bo-eun marah mendengarnya. Sang-min terus saja mendekati Bo-eun. Bo-eun mengambil pensil dan mengancam Sang-min dengan pensil itu agar Sang-min segera keluar sampai akhirnya Bo-eun sampai di tepi tempat tidur. 




Sang-min tersandung kaki Bo-eun dan jatuh ke kasur menimpa Bo-eun. Bo-eun yang jengkel reflek teriak dan menancapkan pensil yang dibawanya ke kepala Sang-min. Darah segar pun keluar dari kepala Sang-min. (buah dari keusilan...hehehehe). 




Di sekolah, Bo-eun menceritakan pada Hye-won kalau dia kabur waktu bulan madu. Hyewon yang penasaran pun bertanya, kalo ia tak pergi bulan madu, lalu ia pergi kemana. Bo-eun meminta Hye-won merahasiakannya. Bo-eun bilang ia pergi berkencan dengan Jung-wu. Hye-won sedih mendengarnya.




Di bar, Sang-min sedang bersama Ji-su, Yong-ju dan Young-chul. Sang-min cerita kalau Bo-eun sangat patuh padanya. Hanya Ji-su yang percaya kata-kata Sang-min biarpun sambil ketawa. Sang-min hendak menelpon Bo-eun untuk membuktikan ucapannya biarpun dilarang Ji-su karna Bo-eun masih sekolah. Dengan pamer Sang-min menelpon Bo-eun dan meminta Bo-eun untuk datang ke bar. Sang-min bilang, sebentar lagi Bo-eun pasti akan meluncur datang kesini secepat peluru


Bo-eun yang datang ke bar tentu saja dilarang pelayan bar karna anak dibawah umur dilarang masuk ke bar. Tapi kemudian Ji-su menjelaskan pada pelayan, kalo suami Bo-eun yang meminta Bo-eun datang ke tempat itu. Sang-min yang mabuk mengoceh kemana-mana. Membuat Bo-eun marah dan berteriak karna  Sang-min bilang kalau Bo-eun tak bisa memasak, galak, murid yang bodoh dan juga mendengkur kalau tidur. Ji-su memperkenalkan dirinya pada Bo-eun sebagai kakak senior Sang-min di kampus.




Dalam perjalanan pulang,  di mobil, Bo-eun bilang kalau dia senang bisa berkenalan dengan Ji-su. Ji-su pun senang bersahabat dengan Bo-eun. Ji-su bilang kalau Sang-min dan Bo-eun memang sudah ditakdirkan bersama. Bo-eun cerita, sejak kecil dia selalu bertengkar dengan Sang-min. Dan Sang-min adalah anak laki-laki pertama yang membuka rok-nya. Ji-su tertawa mendengar cerita Bo-eun kemudian bilang itu lucu sekali, anak laki-laki selalu saja berbuat jahat pada anak perempuan yang disukainya. Tiba-tiba Sang-min mengigau dan bilang dia ingin dicium Ji-su. Bo-eun marah mendengarnya dan mendorong Sang-min menjauh darinya.(cemburukah?????)


Paginya, Sang-min mengantar Bo-eun ke sekolah. Bo-eun bilang malam ini ia akan menunjukkan kemampuan memasaknya.(ga terima semalam dibilang ga bisa masak...wakkkkk). Sang-min tersenyum mendengarnya dan membawa mobilnya pergi meninggalkan sekolah Bo-eun.


Di sekolah, kedatangan Bo-eun dihadang oleh ke 3 kakak kelasnya yang sangat menyukai Jung-wu. mereka membawa Bo-eun ke tempat sepi dan mengancam Bo-eun untuk tidak dekat-dekat dengan Jung-wo. 




Bo-eun tak terima. Ia bilang, ia dan Jung-wu saling mencintai. Bo-eun hendak pergi, tapi ia dihalangi. Kemudian datang Jung-wu menyelamatkannya. Jung-wu bilang kalo dia memang pacaran dengan Bo-eun.


Jung-wu membawa Bo-eun ke aula sekolah dan menghiburnya. Bo-eun pun bisa tersenyum kembali. Hye-won melihat mereka berdua. Dan ia sangat sedih karnanya.




Sang-min dan Bo-eun berbelanja di supermarket. Bo-eun naik di atas troli dan Sang-min mendorongnya. Kalau barang yang hendak dibeli ketemu, Sang-min menghentikan troli dan mengambil barang yang hendak dibelinya. Tapi karna Bo-eun terus bilang untuk cepat, ia lupa menghentikan troli-nya saat mengambil minyak zaitun dan acar. Dan hasilnya, troli dan Bo-eun menubruk tumpukan mie dan kaki Bo-eun jadi terkilir. Pulangnya Sang-min menggendong Bo-eun dipunggungnya.




"Apa sakit sekali?" tanya Sang-min. "Sudah tidak sakit. Kenapa? Kau ingin aku turun?" kata Bo-eun. " Tidak, aku senang seperti ini. Diamlah sebelum aku berubah pikiran" jawab Sang-min. Sang-min menaikkan tubuh Bo-eun yang melorot ke bawah, dan ia memegang pantat Bo-eun. Bo-eun marah karnanya. Sang-min bilang ia tak sengaja. Sang-min meledek Bo-eun katanya pantat Bo-eun rata. ia tak segan teriak-teriak agar orang sekomplek tahu (hahahahaha...dasar!).




Sampai dirumah, Bo-eun memotong sayuran asal jadi. Sang-min meledeknya dan Bo-eun jadi kesal, kemudian ia melempari Sang-min dengan sayuran. Akhirnya masakan Bo-eun jadi. Mereka makan spagethi sepiring berdua. Mereka kayak balapan makan (dah laper banget kayaknya...hihihi...) dan saling meledek karna mulut mereka sama-sama belepotan saus spagheti.




Selesai makan mereka hompimpah(kertas..batu...gunting...) untuk menentukan siapa yang harus cuci piring. Bo-eun kalah, jadi dia yang harus cuci piring. Sedangkan Sang-min pergi mandi. Selesai mandi, Sang-min memandangi foto pernikahannya. "Ternyata aku tampan juga".(jaaaah...narsis abiez...). Bo-eun yang sudah selesai mencuci piring mengendap-endap ingin berbuat usil pada Sang-min. Bo-eun menarik celana Sang-min ke bawah. "Kena kau!" teriak Bo-eun sambil tertawa terbahak-bahak.






Dengan senyum licik, Sang-min berbalik badan dan terus mendekati Bo-eun hanya dengan memakai celana dalamnya. Bo-eun berteriak-teriak sambil menutup matanya. Apalagi pas Sang-min bilang ia akan membuka semuanya. (wakkkk...pokoknya lucu abiez dh...).


Esoknya Bo-eun menonton pertandingan Jung-wu dengan membawakan sushi untuk Jung-wu. Jung-wu memuji sushi buatan Bo-eun yang enak. Di apartemen, Sang-min baru bangun tidur dan ia merasa lapar. Ia pergi ke dapur dan melihat ada kimbap(sushi) disana dan memakannya. "Lumayan juga", kata Sang-min. Sang-min membawa sushi ke depan TV. Dan ia tertarik menonton pertandingan baseball di TV karna yang bertanding sekolahnya Bo-eun. 




Jadinya Sang-min melihat adegan Bo-eun yang berteriak memberi semangat untuk Jung-wu. Sang-min Sang-min terdiam melihatnya. Dan dia jadi sangat sedih saat pembawa acaranya bilang kalau tadi sebelum bertanding, Jung-wu makan sushi yang di bawakan Bo-eun. Sang-min masuk kamar Bo-eun. Dan dia jadi tambah sedih karna menemukan foto Bo-eun dengan Jung-wu.



Bo-eun baru pulang setelah larut malam. "Kau belum tidur?" kata Bo-eun saat masuk apartemen dan melihat Sang-min. "Aku menunggumu. Malam hari di luar sangat bahaya. Ayo cepat tidur" kata Sang-min berusaha menyembunyikan sakit hatinya. Sedangkan Bo-eun merasa senang seharian bisa bersama Jung-wu.


Bersambung......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar