Senin, 22 November 2010

Playful Kiss Episode 6











Ha-ni masih berada di rumah sakit. Ia bangun dengan perasaan yang tidak enak. Masih terdapat beberapa bekas luka di tangannya.

Perasaan sangat bersalahnya membuat dirinya tidak ingin berbicara dengan siapapun, terlebih lagi dengan Seung-Jo yang tidak mengetahui penyebab Ha-ni merasa hancur.


Jun-gu dan Min-ah datang untuk menjenguk Ha-ni, tapi begitu Jun-gu melihat Seung-jo, Jun-gu langsung melabrak Seung-jo, namun segera di hentikan Ha-ni. Ha-ni membentak Jun-gu dan meminta teman-temannya pergi karna Ha-ni ingin sendiri. Ha-ni rebahan di tempat tidur dan Min-ah langsung menarik Jun-gu keluar dari situ. 

Seung-jo mencoba bercanda dan bertanya "Haruskah aku pergi juga?". Jawaban Ha-ni:"Ya pergi dan istirahatlah". Seung-jo kaget dengan jawaban Ha-ni. Tapi dia pun langsung segera keluar. Tanpa tahu Ha-ni yang menangis.


Ayah Ha-ni meminta maaf pada ortu Seung-jo. Ayah Seung-jo bilang bahwa ini semua bukan salah Ha-ni karna sebenarnya tadi Seung-jo masih ada waktu untuk ikut wawancara tapi Seung-jo tak mau ambil kesempatan itu. Ibu Seung-jo bilang pasti Seung-jo punya rencana lain, dan Ibu Seung-jo juga berkata kalo Seung-jo itu masih remaja, jadi wajar kalo membangkang seperti itu. Ayah Ha-ni tersenyum, tapi tetap saja perasaan tak enak pada keluarga Baek belum bisa hilang.

  
Hani boleh keluar dari rumah sakit dan kakinya yang di gips digambari oleh para pelayan yang bekerja di restoran Ayah Ha-ni. Ha-ni bertanya pada ayahnya. "Ayah, apakah sebaiknya kita pergi saja dari rumah keluarga Baek?". Ayahnya hanya tersenyum dan kemudian bertanya "Kenapa? Apa kau merasa tidak nyaman? Tenang saja, mereka lebih mengkhawatirkanmu daripada Seung-jo". "Itulah yang membebani aku" kata Ha-ni pelan.




Ha-ni melewatkan makan malam. Ha-ni mengunci diri di dalam kamar, dan Ibu Seung-jo sangat mengkhawatirkan keadaan Ha-ni. Ia mengkhawatirkan Ha-ni yang tidak kunjung datang ke ruang makan untuk makan malam bersama-sama.

Seung Jo berkata bahwa ia telah berbicara dengan Ha-ni. Ibu Seung-jo sangat gembira mendengarnya. Seung-jo berkata pada ibunya bahwa ia telah berterima kasih pada Ha-ni yang telah membuatnya gagal untuk mengikuti test wawancaranya. Ibu seung-jo berkerut mendengar hal itu. Karena kesal, Ibu Seung-jo mengambil makan malam yang disediakan untuk Seung-Jo dan berkata bahwa ia tidak boleh makan apapun.

Ha-ni memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah. Ia mengepak seluruh barang-barangnya dengan berat hati. Kemudian ia mengendap-endap untuk pergi melalui pintu belakang, tapi ternyata ada Seung-jo yang memperhatikannya dari taman.


Seung-jo berkata acuh tak acuh saat mengetahui Ha-ni akan pergi meninggalkan rumah. Ha-ni berkata agar Seung-jo tidak perlu menghentikannya. Seung-jo bahkan membiarkan Ha-ni begitu saja, tanpa berpura-pura untuk mencoba mencegahnya pergi. Seung-jo malah menawarkan bantuan untuk mengangkat koper Ha-ni yang terlihat sangat berat. Seung-jo kemudian memberikn kepda Ha-ni sebuah surat ke tangannya, surat itu dari universitas. Dan ternyata isinya adalah penuh dengan data beasiswa. Ha-ni membaca surat itu dan pastinya surat itu bukan untuk Ha-ni tetapi untuk Seung-jo sendiri.

Universitas itu sama saja memberikannya tawaran untuk pergi ke bulan dan kuliah di sana dengan beasiswa tersebut (really? haaahaa). Ha-ni berkata bahwa tentu saja Seung-jo akan mendapatkan tawaran beasiswa dari berbagai perguruan tinggi lainnya.


Seung-jo merenung, ia berkata bahwa akhir tahun ini adalah tahun yang penuh dengan gangguan, tahun yang kacau yang pernah ia lewati dalam hidupnya, tidak mengetahui apa yang diharapkan dan selalu menemukan sesuatu yang baru. Ha-ni ingin meminta maaf atas segalanya, tapi Seung-jo memotong perkataan maaf Ha-ni, Seung-jo berkata “Itu hal yang menyenangkan.”

Ha-ni berkata : “Jadi, semua itu karena aku?”
Seung-jo : “Bukan karena kau, tapi karena aku.” Seung-jo berkata dengan meminjam kata-kata Ha-ni bahwa hingga ia menemukan apa yang ia inginkan dalam kehidupan, dia akan merencanakan untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan.



Ha-ni meminta untuk kembali ke dalam rumah, dan Seung-jo membawakan kopernya kembali ke lantai atas. Ha-ni berkata bahwa ia merasa sangat bersalah karena mereka berada di sekolah yang sama. Seung-jo mengangguk seolah-olah hal itu bukanlah sesuatu masalah yang besar.

Ha-ni : “kenapa?”
Seung-jo : “Karena hal itu sangat menyenangkan. Kenapa? Apakah kamu tidak menyukai hal itu?”
Ha-ni : “Tidak. Aku menyukai hal itu.”
Seung-jo : “Aku tahu.”


Ha-ni senang mendengar pernyataan dari Seung-jo. Lalu ia berjingkrak-jingkrak senang tanpa bersuara untuk merayakan apa yang terjadi padanya tadi.


Ayah Ha-ni sedang membersihkan restoran ketika Jun-gu datang dengan membawakan sekantung biji bunga matahari yang katanya bisa membantu mempercepat pemulihan kaki Ha-ni. Ayah Ha-ni menerimanya dan berterimakasih. Tiba-tiba Jun-gu berlutut dan memohon pada ayah Ha-ni untuk mengajarinya bagaimana cara membuat mie yang lezat. 


Jun-gu berusaha membuat Ayah Ha-ni mengajarinya dan berkata "Saat pertama kali memakan mie buatan Ayah, hatiku sungguh tergugah". Ayah Ha-ni mencoba melepaskan kakinya dari pelukan Jun-gu. Tapi Jun-gu pantang menyerah.



jun-gu masih berlutut untuk memohon pada Ayah Ha-ni. Sampai akhirnya Ayah Ha-ni membiarkan Jun-gu membantunya karna keadaan restoran yang sangat ramai hingga Ayah Ha-ni kewalahan. 


Sementara itu Ha-ni berkeliling toko untuk mencari hadiah yang pas untuk Seung-jo. Ha-ni melihat-lihat Mp3, kamera bahkan juga baju. Tapi ternyata harganya sangat mahal.


Akhirnya Ha-ni memutuskan untuk kerja part-time di sebuah toko swalayan, demi membeli hadiah untuk Seung-jo.




Ha-ni pulang ke rumah dan disambut oleh ibu Seung-jo. Ha-ni berjalan lesu menuju kamarnya dan ibu Seung-jo bergumam, "Akhir-akhir ini dia selalu pulang terlambat". Eun-jo yang mendengarnya berkata, mungkin Ha-ni sekarang bermalas-malasan karna ia sudah di terima di Universitas. Tentu saja ibu Seung-jo marah mendengarnya. 


Seung-jo yang baru saja dari kamar mandi melihat Ha-ni yang rebahan di kamar dan terlihat lelah. Kemudian, Seung-jo bilang pada Ha-ni, " Oh Ha-ni, akhir-akhir ini kau selalu pulang malam". Ha-ni bilang, "Kenapa? Kau khawatir ya?". "khawatir? Apa kau sadar kalau ibuku selalu telat tidur karna menunggu untuk membukakan pintu untukmu?" jawab Seung-jo sinis. "Aku tahu itu. tapi mau bagaimana lagi"  komentar Ha-ni. Ha-ni terlalu lelah sehingga ia langsung tertidur dan membiarkan seung-jo bengong.




Pada suatu hari tanpa disengaja Seung-jo mengunjungi toko tempat Ha-ni kerja. 




Ha-ni yang melihat Seung-jo kemudian terburu-buru untuk bersembunyi. Ha-ni takut kalau Seung-jo tahu ia bekerja di sini. Dan beberapa saat kemudian Seung-jo berjalan ke arah kasir. Agar tidak ketahuan oleh Seung-jo, Ha-ni memakai topeng mainan untuk menutupi wajahnya.


Seung-jo sangat kaget melihatnya, terutama saat Ha-ni menyuruhnya untuk mengambil uang kembaliannya sendiri. Dengan topeng yang berada di wajahnya ia tidak dapat melihat apapun,karena topeng itu menutupi seluruh wajahnya. Manager toko yang kebetulan melihat hal itu tentu saja marah. "Kau menyuruh pembeli mengambil kembaliannya sendiri?". Tentu saja, tanpa pikir panjang, sang manager segera memecat Ha-ni.

Beruntungnya Ha-ni dapat langsung pekerjaan saat ia datang ke tempat pemesanan ayam siap saji. Ternyata Ha-ni salah masuk, ia malah masuk ke ruangan yang diperuntukkan khusus untuk para pegawai. Dan kemudian, seseorang menyuruhnya untuk mengantarkan pesanan, Ha-ni melakukan hal itu karena ia mendapatkan uang yang lebih banyak ketimbang pekerjaannya yang sebelumnya. Ha-ni menyelesaikan semua pekerjaan mengantarkan ayam siap saji, kemudian untuk order yang terakhir ternyata dikirim untuk rumahnya sendiri (rumah Seung-jo!!!). Ha-ni kaget dan ia tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya, agar tidak diketahui oleh Seung-jo, maka ia menggunakan topeng untuk menutupi wajahnya. Saat Seung-jo membuka pintu ia sangat kaget sekali melihat hal itu.


Di perjalanan pulang, Ha-ni mendapatkan telepon dari Min-ah. Min-ah mengatakan bahwa ia tidak dapat menemukan temannya Ju-ri selama hari ini. Dia telah berkeliling untuk mencarinya. Mendengar hal itu, Ha-ni segera berkeliling untuk mencarinya.


Dia dan Min-ah akhirnya menemukan Ju-ri berada di sekolahnya. Mereka sangat mencemaskaan keadaan Ju-ri. Kemudian mereka menyuruhnya untuk memilih hal yang ia bisa lakukan dengan baik. Dan akhirnya Ju-ri sadar, ia memutuskan untuk pindah ke sekolah kecantikan.


Akhirnya Ha-ni dapat memberikan hadiah yang telah ia persiapkan untuk Seung-jo. Hadiah yang berupa ‘head massager’ (pemijat kepala otomatis). Seperti biasa, Seung-jo menolaknya, 



Ibu Seung-jo naik ke lantai 2 karna Ha-ni dan Seung-jo tak kunjung turun ke bawah. Ibu Seung-jo melihat hadiah Ha-ni untuk Seung-jo dan bertanya apa itu. Ha-ni menjelaskan itu adlaah pemijat kepala. Ini juga sangat baik untuk memijat leher. Begitu tahu itu hadiah untuk Seung-jo, Ibu Seung-jo sangat senang sekali karna Ha-ni begitu perhatian pada Seung-jo.

Ibu tahu dari Ha-ni kalo Seung-jo menolak hadiah yang diberikan Ha-ni. Ibu mengambil alat pemijat kepala itu dan memakaikannya ke kepala Seung-jo yang menolaknya dan langsung pergi menuruni tangga. Ha-ni kecewa melihatnya. Ibu Seung-jo berkata " Dia itu selalu saja bersikap kasar. Tapi hadiah ini sepertinya mahal. Dari mana kau mendapat uang?". Ha-ni bilang bahwa ia kerja paruh waktu. Ibu Seung-jo bertanya lagi, apakah ini alasan Ha-ni selalu pulang larut malam. Ha-ni tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.




Ternyata Seung-jo masih ada di tangga dan mendengar percakapan ibunya dan Ha-ni. Seung-jo tersenyum saat mendengar bahwa Ha-ni bekerja paruh waktu demi membelikan hadiah untuknya.




Hari ini adalah hari kelulusan. Kepala sekolah berpidato panjang lebar dan mengumumkan bahwa Seung-jo dan Ha-ni akan bersama-sama masuk ke universitas yang sama yaitu Parang University. Seung-jo memberikan pidato singkatnya dengan mengagumkan dan bagian terakhir pidatonya menggunakan kata-kata nenek Ha-ni.

Kemudian Ha-ni juga maju ke panggung bersama Seung-jo untuk menerima sertifikat kelulusan mereka. Ha-ni mewakili kelas 3-7 dan Seung-jo mewakili kelas 3-1. 




Skali lagi Ha-ni berkhayal. Ha-ni membayangkan sedang berada di altar pernikahannya dengan Seung-jo. Dan saat janji pernikahan diucapkan, Ha-ni pun berteriak dengan keras "Aku bersedia". Dan tentu saja hal itu jadi bahan tertawaan semua orang yang ada disitu.



Ha-ni ingin sekali turun dari panggung secepatnya, tapi saat ia menuruni anak tangga, Ha-ni tergelincir dan jatuh tepat di atas punggung Seung-jo.


Banyak murid perempuan ingin berfoto bersama dan memotret Seung-jo, tapi Seung-jo menolak itu semua. Jang-mi datang dan langsung menggandeng tangan Seung-jo lalu meminta untuk di potret berdua bersama Seung-jo. Pada hitungan ke-3, Seung-jo melepaskan tangan nya dan pergi meninggalkan Jang-mi. ha-ni, Ju-ri, Min-ah dan Ibu Seung-jo yang melihatnya pun tertawa.




Ibunya ingin Ha-ni berfoto bersama dengan Seung-jo dan menyuruh Ha-ni untuk mengatakan hal itu pada Seung-jo. Ha-ni menghampiri Seung-jo dan menatapnya dengan penuh harapan.

Seung-jo malah mengejek Ha-ni, bahwa ia perempuan lancang untuk memintanya berfoto bersamanya. Mendengar hal itu Ha-ni langsung mengurungkan niatnya dan pergi, tapi Seung-jo langsung menariknya kembali dan merangkulkan tangannya ke bahu Ha-ni. Semua orang melihat mereka dengan pandangan iri, dan ketika Ibu Seung-jo sedang memotret mereka berdua, Seung-jo berkata persis seperti saat Ha-ni menyuruhnya untuk mengambil kembaliannya sendiri saat di toko. Ha-ni mendongakkan kepalanya dan ia merasa ngeri melihat Seung-jo tersenyum nakal kearahnya.


Kelas 3-1 dan kelas 3-7 mengadakan acara perpisahan di sebuah restaurant yang sama. Jun-gu tengah sibuk merayu Ha-ni dengan menyanyikan sebuah lagu khusus untuk Ha-ni. Semua orang melihat Ha-ni dan ia sangat malu dilihat seperti itu. Seung-jo tertawa saat melihat Jun-gu bernyanyi sambil menari, saat ia melihat Ha-ni yang mulai senang dengan pertunjukan Jun-gu, Seung-jo cemburu. (hore!!!...kykny mulai tumbuh cinta neh.. haha)


Ayah Ha-ni sangat kerepotan di restaurantnya jadi ia menelpon Jun-gu untuk segera membantunya. Jun-gu tidak mau membantu ayah Ha-ni untuk saat ini saja, karena ia ingin menemani Ha-ni. Tapi akhirnya Jun-gu pergi juga ke restaurant ayah Ha-ni untuk memberikan bantuan dan meninggalkan Ha-ni sendirian.

Dan disaat itu juga Seung-jo mulai memperolok-olok Ha-ni di depan teman-temannya. Karena ia merasa Ha-ni sudah sangat mengganggu hidupnya. Ia mengatakan bahwa Ha-ni telah menulis namanya disetiap lembar kertas di bukunya, teman-temannya tertawa mendengar hal itu. 




Hati Ha-ni sangat hancur, menjelek-jelekkan seseorang di depan orang banyak adalah hal yang sangat menyakitkan. Ha-ni tidak habis pikir, Seung-jo dapat melakukan hal itu. Kesabaran Ha-ni habis, ia mengeluarkan senjata rahasianya.



Ha-ni memperlihatkan foto Seung-jo kecil dengan pakaian dan riasan wanita. Ha-ni tertawa, sementara Seung-jo sangat kesal. Seung-jo mengambil kembali foto masa kecilnya dan langsung menarik Ha-ni pergi. Walaupun Ha-ni terus saja meminta Seung-jo untuk melepaskannya.

Seung-jo membawa Ha-ni ke lorong yang sepi dan sengaja mendekatkan wajahnya ke wajah Ha-ni dan Ha-ni mulai takut, jadi dia mengatakan bahwa apa yang ia lakukan tadi adalah sebuah upaya balas dendam atas apa yang telah dilakukan Seung-jo padanya. Ha-ni tidak suka diperolok-olok di depan teman-teman Seung-jo.



Ha-ni mengatakan bahwa ia telah menyembunyikan perasaan lukanya karena Seung-jo dari sejak lama dan di akhir SMA ini ia akan mengakhiri perasaan sukanya pada Seung-jo dan mencoba keras untuk melupakannya. Seung-jo tak menghiraukan ucapan Ha-ni. Dia semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Ha-ni.



Seung-jo : “Melupakanku? Kau akan mencoba melupakan aku? Apa kau bisa?”
Hani : "  Tentu saja aku bisa. dan nanti di universitas, aku akan menemukan seseorang....
Ha-ni tak bisa melanjutkan kata-katanya karna....




saat itu juga Seung-jo mencium Ha-ni!!! (kyaaaaaaaaaaaaaa.....). Seung-jo meninggalkan Ha-ni seraya berkata “Coba saja lupakan aku sekarang kalau kau bisa.” Setelah Seung jo mencium Ha-ni, mana mungkin Ha-ni dapat melupakannya.

Ha-ni menyandarkan badannya ke tembok dan ia sangat shock atas apa yang baru saja terjadi. Dia berkata pada dirinya sendiri, “Aku... dicium.. Baek Seung-jo.” Ha-ni tidak percaya hal itu, dia masih sangat shock.


Pagi harinya, Ha-ni bangun pagi-pagi sekali dan ia berdandan cantik. Ia sangat bersemangat pagi ini karena apa yang telah terjadi padanya kemarin.

Ha-ni tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana seharusnya saat ia bertemu dengan Seung-jo. Ha-ni berpikir, bagaimana kalau ia sangat gugup saat berhadapan dengan Seung-jo, tapi Ha-ni memberanikan diri. Ia berpapasan dengan Seung-jo yang baru saja keluar dari kamar mandi. Ha-ni menatap Seung-jo, tapi sayangnya Seung-jo masih bersikap seperti sebelumnya, seakan tidak terjadi apa apa. Ha-ni mengerutkan kening, ia bingung dan terluka.


Seung-jo berangkat ke kampus dengan buru-buru dan tanpa Ha-ni. Di kampus Min-ah dan Ju-ri bertemua dengan Ha-ni, mereka sedang makan malam. Saat ini semua orang memiliki ciri khas gayanya masing-masing, beranjak masuk keperguruan tinggi membuat mereka merubah dandanan mereka.

Min-ah dan Ju-ri tahu bahwa Seung-jo telah mencium Ha-ni. Mereka mengetahui hal itu karena Ha-ni bercerita pada mereka. Dan wajah Ha-ni terus menerus memerah memikirkan kejadian waktu Seung-jo menciumnya.


Saat Ha-ni dan teman-temannya berjalan di luar, Ha-ni hampir saja tertabrak mobil. Tapi si pengendara pergi begitu saja.

Ha-ni mencoba mencari Seung-jo, ia mencarinya di ruang dosen dan saat ia membuka pintu, ia melihat He-ra dan Seung-jo sedang mengobrol.



He-ra bertanya pada Seung-jo, apakah Ha-ni adalah pacarnya, Seung-jo menjawab “sepertinya.”

Ha-ni tidak percaya dengan jawaban Seung-jo, jadi apa maksud dirinya mencium Ha-ni?
He-ra mengundangnya keluar untuk minum teh, dan Seung-jo meninggalkan mereka. 




Ha-ni hanya tidak dapat menahan senyum mendengar jawaban dari Seung-jo yang menolak ajakan He-ra. (hahahaha..). Dan reaksi He-ra tentu saja marah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar