Seol berlari ke toilet, Yun-ju menatapnya dengan kecewa sedangkan Hae-yeong benar-benar tak tahu harus berkata apa. " Maaf aku sudah tak bisa menahannya. Apakah kurator sudah pergi? Aku hampir saja ketahuan tadi" kata Seol.
Tapi kemudian mulutnya ternganga saat melihat kalau ternyata Yun-ju masih ada disitu. " Oh...Kenapa..Kenapa kau masih ada disini? Aku yakin aku tadi mendengar suara pintu tertutup. " kata Seol. "Bisakah kau masuk ke dalam sebentar?" pinta Hae-yeong. "Kita bertemu lagi" sapa Yun-ju pada Seol. "Ya. Apa kabar? Kau pasti sangat terkejut" kata Seol dengan malu. "Yun-ju, aku harap kau tak salah paham" kata Hae-yeong. "tentu saja aku tak salah paham. Aku tak tahu sisi lain dari dirimu. Oppa sangat manis. Aku pergi sekarang, tak perlu mengantarku keluar" pamit Yun-ju. Begitu Yun-ju keluar, Seol langsung ngumpet. Takut Hae-yeong marah. "Aku benar-benar sudah berusaha manhannya semampuku. Tapi kurator itu sangat keren. Dia benar-benar mengagumkan" kata Seol. "Pemikiran wanita. Apa itu keren? Benarkah? Apa kau merasa lebih baik?" tanya Hae-yeong tak bersemangat. Seol hanya senyum senyum.
Yun-ju yang baru keluar dari rumah Hae-yeong menatap rumah itu dengan perasaan sedih. Matanya berkaca-kaca. Sementara itu Jeong-wu sedang asyik membaca buku di rumahnya. Tiba-tiba dia mendengar suara pintu rumah yang di buka oleh seseorang. Saat dia bangkit dari duduknya, dia kaget melihat Yun-ju yang tiba-tiba masuk. Yun-ju langsung memeluk Jeong-wu. "Aku sekarang merasa tak nyaman. Buatlah aku menjadi nyaman" kata Yun-ju. Jeong-wu tak berkata apa-apa. Dia hanya memeluk wanita yang dicintainya itu.
Pagi hari, Jeong-wu membuatkan kopi untuk Yun-ju yang masih tertidur. Saat sampai di tempat tidur, HP Yun-ju berbunyi. Saat Jeng-wu hendak mengangkatnya tiba-tiba Yun-ju bangun dan bilang dia dia akan mengangkat teleponnya. Yun-ju kaget karna dia mendapat kabar kalau akan ada berita yang besar yang sedang di liput media. Yun-ju langsung buru-buru pergi menemui Hae-yeong. Yun-ju bilang, kalau suatu berita besar sedang terjadi. Satu-satunya yang bisa menghentikan Presdir hanya Hae-yeong. Tak peduli apapun, Presdir harus dihentikan karna Presdir bilang dia ingin mengembalikan semua aset pada masyarakat dan mereka sedang menggelar konfrensi pers sekarang.
Di televisi, Presdir sedang menggelar konfrensi pers dan banyak sekali yang datang untuk meliputnya. "Aku Presdir Daehan Grup, Park Dong-jae. Daehan Grup selalu mendukung perkembangan negara. Penyusunan kembali Keluarga Kerajaan Korea adalah bagian dari rencana negara ini. Hari ini aku disini untuk mengumumkan pendapat suara nasional. Saat penyusunan Keluarga Kerajaan terwujud, aku akan mengembalikan propertiku untuk masyarakat" kata Presdir Park dalam Konfrensi Pers-nya.
Hae-yeong memacu mobilnya sambil berusaha menghubungi Seol. Tapi HP Seol tak diangkat-angkat juga. Sementara itu di kantin kampus, Seol sedang makan sambil memandangi Presdir Park yang sedang menyampaikan Konfrensi Pers-nya. Hae-yeong masuk ke dalam kantin kampus dan terus berusaha menelpon Seol sambil mencari gadis itu. Orang-orang di kantin sedang ramai membicarakan berita itu. Akhirnya Hae-yeong menemukan Seol. Dia marah karna Seol tak mengangkat teleponnya. Seol malah membicarakan berita hangat tentang Konfrensi Kakek Hae-yeong di televisi. Hae-yeong langsung menyeret Seol dari tempat itu.
Tapi sayang langkahnya terhenti. Sudah ada banyak wartawan yang menyerbu tempat itu. Hae-yeong mencoba melindungi Seol agar tak di foto wartawan. Para wartawan terus saja mencecar Hae-yeongsebagai satu-satunya pewaris Presdir Park dengan pertanyaan mereka. Seol bingung dan kemudian bertanya pada Hae-yeong apa yang dilakukan orang-orang itu. Hae-yeong bilang, sejujurnya ini mengerikan. Karna satu kali saja masuk surat kabar, maka hidup Seol takkan tenang. Hae-yeong menutupi Seol dengan jas-nya. Juga menutupi wajah Seol dengan syal yang dipakainya. Kemudian berusaha keluar dari tempat itu dengan para wartawan yang mengejar di belakangnya.
Saat berlari melewati Seon-ah dan teman-temannya, Seol menitipkan sendok dari kantin yang tak sengaja dibawanya. "Hei Seol, kau mau pergi kemana? Apa kau tak mau masuk kelas?" tanya Seon-ah. "Katakan aku ada saat absen ya" jawab Seol sambil meneruskan larinya bersama Hae-yeong. Seon-ah dan teman-temannya langsung mundur saat melihat rombongan wartawan yang mengejar Hae-yeong dan Seol.
Saat sampai di mobil, Hae-yeong langsung mendorong Seol masuk ke dalam mobil. Mereka meminta Hae-yeong untuk menjelaskan tentang pengembalian property yang kakek maksud. Mereka juga bertanya kenapa Hae-yeong pergi ke universitas itu. Dan tentu saja mereka juga bertanya siapa gadis yang ada di dalam mobil Hae-yeong. Hae-yeong mencoba mengalihkan pembicaraan dengan meminta para wartawan untuk memotretnya. Dia bilang dia cukup keren tampil di depan kamera. Tentu saja para wartawan malas menanggapi omong kosongnya. Hae-yeong memohon para wartawan itu untuk tidak menganggunya karna dia lelah bekerja.
Tiba-tiba ada yang menyeletuk, "Kemampuan diplomat ini dalam menghadapi wartawan...masih cukup buruk. Lama tak bertemu, Diplomat Park Hae-yeong". "Oh, Reporter Yu. Aku tak tahu kau akan muncul secepat ini. Tak kusangka orang sesibuk kau masih bisa peduli padaku" sindir Hae-yeong. (Kayaknya mereka saling kenal deh).
Sementara itu didalam mobil Seol menerima telpon dari Seon-ah. "Seon-ah, apa kau tak masuk kelas? Jangan lupa bantu aku dengan apa yang kukatakan tadi ya" kata Seol. "Kelas sekarang sudah tak penting lagi. Semua murid jadi gila. Apa kau menyembunyikan pacarmu di belakangku?" cecar Seon-ah. "Apa maksudmu? Apa kau tak kenal aku? Cinta sepasang burung akan abadi selamanya. Nam Jeong-wu takkan pernah tergantikan. Tunggu, kau tak menelponku di depan Profesor kan?" kata Seol.
"Kelasnya belum dimulai. Setelah kau pergi, profesor mengikutimu" kata Seon-ah. "Kau baru mengatakannya padaku?Dimana dia?" tanya seol sambil menutup telponnya dan mencoba mencari keberadaan Jeong-wu disekitar situ. Karna susah mencarinya, Seol membuka jendela mobilnya. Tentu saja Hae-yeong menyikutnya agar masuk lagi.
"Apakah yang ada di dalam mobil itu 'Sang Putri'?" tanya Reporter Yu. Yang lainnya ikut menanyakan tentang hal itu dan mendesak Hae-yeong untuk menjawab pertanyaan tersebut. Karna terus didesak akhirnya Hae-Yeong bilang kalau yang ada di dalam mobil itu kekasihnya. Gadis itu seorang mahasiswa biasa. Alasan Hae-yeong menyembunyikannya karna gadis itu polos. Itulah kenapa dia meminta para wartawan itu untuk tak mengganggunya lagi. Gadis itu sangat ketakutan karna semua ini. Itu saja. Setelah itu, Hae-yeong langsung masuk ke mobilnya dan beranjak pergi dari tempat itu tanpa mempedulikan pertanyaan wartawan tentang kapan dia bertama bertemu Seol dan kapan mereka berciuman.
Hae-yeong meluncur menuju hotelnya. Saat sampai disana dia minta anak buahnya untuk menghalangi kedatangan para wartawan dan reporter. Hae-yeong langsung masuk ke dalam tanpa mendengar ocehan Seol yang berkata kalau keluarganya melarangnya untuk masuk ke hotel saingan mereka. "Tak ada kompetisi antara keluargamu dan keluargaku" kata Hae-yeong sambil menarik Seol masuk ke dalam. (waduh..waduh...ne anak...masih sempet bandingin penginapannya ma hotel Hae-yeong....ckckck..).
Para wartawan hendak menyerbu masuk ke dalam hotel. Tapi mereka dihalangi anak buah Hae-yeong. Mereka semua kesal. Mereka saling mendorong dengan anak buah Hae-yeong. Reporter Yu yang ada di antara mereka juga ikut kesal.
"Kita tak bisa berdiri disini dan bicara. Ayo masuk" kata Hae-yeong. Seol spontan mundur dengan menyilangkan tangan di dadanya. hae-yeong menghampirinya. "Ekspresi macam apa itu? Kau menggunakan matamu untuk menghancurkan orang lain?" tanya Hae-yeong. "Kau duluan yang merusak reputasi orang" sanggah Seol. "Berhenti berdebat. Ayo cepat masuk" kata Hae-yeong sambil merangkul Seol. "Omo! Lihat apa yang kau sentuh!" teriak Seol sambil reflek memukul Hae-yeong. Hae-yeong memegangi bibirnya yang kena pukul lalu masuk ke dalam dan mengambil tisu.
"Apa kau terluka?" tanya Seol cemas. "Aku berdarah" jawab Hae-yeong sambil meringis kesakitan. "Maaf. Aku hanya bertahan untuk melindungi diriku" Seol mencoba membela diri. "Apa kau pikir kau itu pembela kebenaran seperti Robot Taekwon V atau the Invincible Iron-Fist (kartun korea)? Siapa bilang kau bisa begitu saja menggunakan tinjumu saat kau tak berdaya?" kata Hae-yeong sambil mengusap bibirnya. "Saat aku melihat orang jahat, tinjuku otomatis langsung keluar" kata Seol sambil mengarahkan pukulan lagi. Hae-yeong mundur takut kena pukul lagi. Seol tertawa melihat ekspresinya sambil berkata, "Aku tak tahu bagian lucu dari dirimu. Sebagai seorang pria, kenapa kau harus takut dengan pukulanku?". "Aku tak takut. Itu hanya reflek" kata Hae-yeong membela diri coz ga mo dibilang penakut.hehehe.
"Yang kau lakukan tadi itu benar-benar alami. Di depan wartawan maksudku. Kau tiba-tiba memelukku. Sepertinya kau sudah sering melakukannya" sindir Seol. Mereka berdua duduk. "Aku tak bisa memikirkan cara lain untuk melindungimu selain hal itu. Kau belum pernah mengalaminya, itulah kenapa kau tak tahu apa-apa. Tapi mereka mengenaliku. Kehidupanku langsung di ekspos. Seperti itu kadang menyenangkan, tapi kadang juga menakutkan" kata Hae-yeong.
"Seperti Paris Hilton?" tanya Seol. "Siapa yang kau bandingkan denganku? Terlepas dari latar belakang dan karakter, bagaimana dia bisa dibandingkan denganku. Dia itu cucu pemilik hotel. Sedangkan aku adalah satu-satunya penerus Daehan Grup" jelas Hae-yeong. "Apa kau tak punya sepupu?" tanya Seol. "Aku bahkan tak punya Ayah. Aku tak mendengar kabarnya sejak 20 tahun yang lalu... Akan kuceritakan padamu sesuatu yang menarik...Saat aku berusia 11 tahun kakek bilang padaku, begitu Kakek meninggal, aku akan mewarisi semua usaha Daehan grup sepenuhnya" pamer Hae-yeong untuk menyembunyikan rasa sedihnya saat bercerita tentang ayahnya.
"Manyenangkan sekali" sela Seol. "Karna inilah aku selalu diikuti banyak wartawan sejak aku masih muda. Ada banyak orang yang berusaha untuk mendekatiku dengan begitu banyak motif. Tapi kakek bilang sekarang dia takkan memberikan apapun padaku. Katakan padaku, haruskah aku marah?" tanya Hae-yeong.
Seol menepuk-nepuk kepala Hae-yeong, menganggap Hae-yeong anak kecil. ckckck, "Susah sekali hidupmu. Saat aku berusia 11 tahun,saat aku melihat ibu memasukkan sosis dalam mangkok kakakku, aku merasa dunia ini seakan sudah berakhir. Kemudian saat aku pulang sekolah, saat pintunya terkunci, aku benar-benar merasa tak nyaman. Itulah kenapa aku tahu sedikit tentang kehidupan" cerita Seol. Seol tersenyum Mau tak mau Hae-yeong tersenyum mendengar cerita Seol yang aneh yang dipakai untuk mencoba menghiburnya.
Hae-yeong mengajak Seol nonton TV. Untuk melihat kemunculan pertama Seol di TV. Seol begitu kaget karna ternyata Hae-yeong bilang pada wartawan kalau Seol itu kekasihnya. Seol meminta Hae-yeong menjelaskan apa maksudnya dengan mengatakan semua ini. Hae-yeong salah tingkah. Dia masih mikir mo bilang apa ke Seol.
"Wow.. Teknologi sekarang benar-benar hebat. Ya Tuhan, anak itu...Itu bukan aku. Ya, benar. Itu bukan aku. Itu palsu. Teknologi sekarang memang benar-benar canggih. Dasar brengsek" kata Hae-yeong kemudian, lalu bangkit dari tempat duduknya. "Kau bilang berita itu sudah di edit? Kau tak perlu membuat cerita saat kau panik" kata Seol sambil tersenyum geli melihat ekspresi Hae-yeong yang bingung dan malu.
"Kau masih bisa tersenyum dalam situasi seperti ini?" kata Hae-yeong. "Yang penting wajahku tak terlihat. Haah...Apa ada komputer disini? Ada jaringan internet kan?" tanya Seol panik. Takut kalau wajahnya berhasil difoto para wartawan. Seol langsung surfing di internet dan ternyata dirinya menjadi berita paling di cari di seluruh Korea dengan judul "Gadis yang Dipeluk".
"Apa yang harus kulakukan. Sepertinya mereka mengambil gambarku saat kau memelukku" kata Seol panik. "Aku tak memelukmu. Aku hanya mencoba melindungimu" sanggah Hae-yeong. "Kalau seperti itu aku pasti akan dikenali. Cepat telpon mereka. Ayo cepat!" pinta Seol. "Siapa?" tanya Hae-yeong yang tak mengerti maksud Seol. "Manager website ini! Telpon dia dan katakan padanya untuk menghapus berita itu. Ini pasti sangat mudah untuk seorang caebol (multimilyader) sepertimu" desak Seol. "Jika bisa aku sudah melakukannya daritadi" jawab Hae-yeong. "Kau ini caebol macam apa?" sindir Seol. "Aku bukan caebol. Aku cucu caebol" Hae-yeong mencoba membela diri.
"Kalau begitu cepat minta kakek untuk menghubungi mereka" rengek Seol. "Hei, kakekku bukan orang yang baik hati. Semua tergantung kondisi. Jika kau setuju untuk menjadi putri, dia pasti akan menolongmu" kata Hae-yeong. "Aku akan melakukannya" kata Seol tiba-tiba. "Apa?" kata Hae-yeong kaget, karena sejak pertama dia diberitahu kakek Hae-yeong, Seol selalu menolak gelarnya dan selalu menolak dibilang putri oleh kakek. Hae-yeong memandang heran ke arah Seol. "Yang penting kita hapus dulu video itu dari website. Kemudian berhenti jadi putri" kata Seol seenaknya. "Hei, orang itu harus menjaga ucapannya. Apa kau orang yang plin plan seperti itu?" kata Hae-yeong.
"Apa kau berharap aku jadi putri dan mengambil semua asetmu?" tanya Seol. "Apa? Apa kau tak tahu situasinya sejak awal?" tanya Hae-yeong. "Semakin kita bicara, semuanya semakin jelas. Dan yang lebih penting, aku ini bukan putri" kata Seol. "Apa alasanmu?" tanya Hae-yeong. "Papaku...Dia akan segera kembali. Aku lelah sekali. Tak bisakah kita selesaikan sampai disini dan pulang ke rumah?" pinta Seol. "Tapi reporter akan mengenalimu" kata Hae-yeong dengan pelan, karna takut Seol sedih lagi karna mengingat papanya sekali lagi. "Kalau begitu aku akan istirahat dikamar sebentar. Jika sesuatu terjadi tolong beritahu aku ya" kata Seol kemudian. "Okey" jawab Hae-yeong. Seol masuk ke dalam kamar. Tapi dia belum bisa tidur. Dia masih merasa sedih mengingat papanya.
Sementara itu di rumah, Kakek marah-marah saat tahu kalau Hae-yeong bilang pada wartawan bahwa Seol itu tunangannya. Ayah Yun-ju membela Hae-yeong. Ayah Yun-ju bilang, Hae-yeong hanya ingin melindungi sang putri dari wartawan. Kakek bilang, jika Hae-yeong ingin melindungi sang putri, harusnya dia sudah pulang sekarang. Kakek bertanya kenapa Ayah Yun-ju tak memblokir beritanya. Apa dia pikir masyarakat itu bodoh? Cucu dari Daehan Grup terlibat dalam sebuah kasus. Orang-orang akan berpikir kalau mereka sengaja membuat berita setelah kehilangan aset mereka karna hendak dibagikan pada masyarakat.
Ayah Yun-ju minta maaf, dia bilang dia akan segera memblokir beritanya. Kakek bilang sekarang sudah terlambat untuk memblokir beritanya karna sudah terlanjur tersebar di masyarakat. Yun-ju bertanya, apakah benar Presdir akan menyerahkan semua asetnya pada masyarakat? Yun-ju mengerti niat Kakek. Tapi apa ini tak terlalu cepat untuk mengumumkannya sekarang. Kakek yang bingung sekarang, dia bertanya pada ayah Yun-ju. Ayah Yun-ju bilang dia belum sempat memberitahu Yun-ju saat pernyataan Kakek dalam konfrensi pers dibuat. Tentu saja Kakek marah mendengarnya.
"Kau ini benar-benar bodoh. Meskipun sebagian orang tak tahu, tapi Yun-ju harus tahu sebelum semua disampaikan ke publik. Dia adalah wanita yang akan dinikahi oleh Hae-yeong. Selain Yun-ju tak ada orang lain yang bisa kita percaya" ceramah Kakek Hae-yeong. Kemudian Kakek bercerita tentang impiannya selama ini dan merasa senang karna mimpinya akan segera terpenuhi dengan kehadiran sang putri.
Yun-ju berbicara dengan ayahnya. "Siapa sang putri? Keluarga kerajaan, terus apa? Kenapa kita harus terlibat? Bagaimana bisa kau sembunyikan hal ini dariku? Apakah seumur hidupmu kau hanya akan bekerja untuk orang lain saja?" kata Yun-ju dengan mata berkaca-kaca. Dia sedih karna ayahnya tak jujur padanya. "Pelankan suaramu" bujuk Ayah Yun-ju. "Kau masih tetap sama. Ini sama seperti saat Ibu pergi. Meninggalkan putrinya saat dia di usir. Anak perempuannya sangat ketakutan dan gemetar. Itu kan yang kau bilang. Pelankan suaramu" kata Yun-ju.
"Presdir akan menderita trauma yang lain. Dan setelah ibu meninggal, kita hidup tenang. Suatu hari, suatu hari nanti semua akan beres. Kemudian kita akan dapat hasilnya. Tapi alasan kita menunggu semua ini...Ini sudah terlalu lama. Sudah 10 tahun yang lalu, kau harus katakan padaku. Dulu harusnya aku menyerah" Lanjut Yun-ju, air matanya sudah tak terbendung lagi. "Tenanglah. Setidaknya cobalah tetap bertahan dan biarkan Hae-yeong mengerti" bujuh Ayah Yun-ju. "Aku takkan hidup seperti ayah lagi" kata Yun-ju kemudian.
Yun-ju mengendarai mobilnya dan menelpon seseorang. Dia duduk di sebuah kafe dengan ditemani oleh reporter Yu. (Sepertinya mereka berdua sudah lama kenal. Mungkin mereka teman sekampus. Hae-yeong juga). Yun-ju bilang dia senang bertemu dengan Reporter Yu lagi. Dan senang karna Reporter Yu sudah bebas. Reporter Yu bilang, semuanya berkat Yun-ju. (Apa Reporter Yu pernah di penjara trus dibebasin Yun-ju ya??? penasaran...).
Di istana presiden, Presiden sedang rapat dengan anggota konggres. Dan tentu saja rapat itu membahas tentang penyusunan kembali anggota keluarga kerajaan. Hanya Seo Sun-wu yang tetap tak setuju dengan keputusan presiden. Dia bahkan bilang tak selera makan dan tak nyenyak tidur mendengar berita itu. Tapi Presiden heran kenapa Seo Sun-wu jadi lebih gemuk. hehehe
Hae-yeong sedang melihat berita di internet lewat laptopnya. "Untuk apa aku harus datang ke kampus" katanya pada dirinya sendiri. (Sepertinya...ada...sinyal....hehehe..terusin sndri ja yach..). Tiba-tiba dia melihat Yun-ju masuk. "Yun-ju bagaimana kau bisa tahu aku disini? kata Hae-yeong. "Seluruh Korea juga tahu Oppa ada disini" jawab Yun-ju. Tiba-tiba Seol keluar dari kamar dengan memakai selimutnya dan berkata, "Jam berapa sekarang". Seol juga terkejut melihat kedatangan Yun-ju. Yun-ju apalagi, dia kecewa melihat Seol ada bersama Hae-yeong.
"Kenapa kau keluar dengan selimutmu?" tanya Hae-yeong. "Aku merasa kedinginan saat bangun tidur" jawab Seol. "Situasi di luar sangat kacau dan kau masih bisa tidur dengan tenang di kamar?" sindir Yun-ju. "Itu...Dia lelah karna cuaca yang buruk dan dia habis berlari-lari tadi" bela Hae-yeong. Yun-ju tambah kecewa mendengar Hae-yeong membela Seol. "Gadis yang kau bawa ke hotel ini Eun-byul kan?" tanya Yun-ju. "Kami tak sengaja bertemu. Ngomong-ngomong, bagaimana kabarmu?" jawab Seol seraya memberi salam pada Yun-ju. "Eun-byul benar-benar orang yang optimis. Jika aku jadi kau, aku pasti tak bisa mengucapkan salam seperti itu" sindir Yun-ju lagi. "Ayo kita pergi ke ruangan lain. Kita harus bicara. Ajak Yun-ju kemudian.
Yun-ju masuk ke dalam kamar. Dan lagi-lagi dia kecewa melihat barang-barang Seol ada di situ. "Kumohon jangan salah paham" kata Hae-yeong. "Duduklah"pinta Yun-ju. "Sepertinya kau sangat marah" kata Hae-yeong setelah duduk. "Apa yang terjadi dengan bibirmu" kata Yun-ju saat melihat bibir Hae-yeong yang terluka. Dia pikir..."Aku dipukulnya saat aku menariknya mendekat padaku" jawab Hae-yeong. Tentu saja Yun-ju jadi tambah....cemburu. "Kau melakukannya dengan baik sekali. Aku sangat bahagia" sindir Yun-ju yang kecewa. "Apa?" tanya Hae-yeong yang masih tak mengerti maksud Yun-ju.
"Aku merasa Oppa sangat terganggu dengan kedatanganku. Kupikir kau mencari sang putri dan aku masih berpikir bagaimana dia bisa begitu cepat ditemukan. Tapi ternyata kau malah ada disini dengan Eun-byul! Teganya kau membiarkan aku tahu tentang tunanganmu dari berita. Meskipun kita sudah tak berhubungan, tapi pandanglah hubungan orangtua kita, katakanlah pada mereka kita takkan menikah. Sekarang, aku merasa harga diriku tlah diinjak-injak. Aku merasa malu. Hatiku terluka" ceramah Yun-ju. Maafkan aku. Aku akan menjelaskan semua" pinta Hae-yeong.
Di luar kamar, Seol ternyata sedang menguping. Tapi dia ketahuan karna tiba-tiba Hae-yeong dan Yun-ju keluar kamar dan mendapati Seol ada di depan pintu. "Apa yang kau lakukan?" tanya Hae-yeong. "Bagaimana bisa kau membuka pintu tanpa mengetuk lebih dulu. Apa itu tatakrama seorang diplomat?" elak Seol asal. "Orang yang harus mengetuk pintu itu adalah orang yang ingin masuk" kata Hae-yeong. Seol malu karna ketahuan. hehehe.."Ah..yah. Terserahlah, Kau harus mengatakannya dengan benar. Aku merasa kau akan menceritakan hal buruk tentangku. Aku takut kalian berdua menjelek-jelekkan aku" Seol memberi alasan.
"Jalan yang kita lalui sangat susah. Kenapa aku harus menceritakan hal buruk tentangmu? Ayo kita ulangi lagi perkenalan kita" kata Hae-yeong saat mereka bertiga keluar dari kamar dan duduk di ruang depan. "Ini wanita yang akan kunikahi, Kurator museum, Oh Yun-ju" lanjut Seol sambil menunjuk ke Yun-ju. "Terakhir kali aku melihatmu aku sudah keterlaluan padamu. Kupikir kau takkan mudah melupakan cinta pertamamu" sambung Seol. "Apa?" Yun-ju bingung mendengar perkataan Hae-yeong dan Seol. "Tidak. Bukan seperti itu. Aku berharap yang terbaik untuk kalian berdua" kata Seol lagi.
"Dan untuk hal ini, kakek mempertaruhkan seluruh kekayaannya untuk mendukungnya, Putri Lee Seol" kata Hae-yeong sambil menunjuk ke arah Seol. "Lee Seol Kongju?" Yun-ju kaget mendengarnya. "Berapa kali aku harus bilang, Aku bukan Putri" teriak Seol. "Situasinya tak cocok untuk menyangkal semua yang bisa dipakai untuk memperbaiki hubungan kita semua, jangan menyangkal kelahiranmu. Mengerti?" kata Hae-yeong.
Hae-yeong meletakkan buku di hadapan Seol. "Tulis disini. Aku akan memberimu berapapun jumlah uang yang kau butuhkan jika kau meninggalkan Korea Selatan. Kau ingin belajar ke luar negeri kan? Aku akan mengirimmu ke luar negeri. Kau juga bisa menikmati liburan dan kembali saat kau selesai bermain-main. Tiga tahun mungkin cukup untuk situasi seperti ini. "Selama kau tak ada, aku akan melindungi anggota keluargamu" kata Hae-yeong panjang lebar."Jika kau kembali, aku akan mencarikanmu pekerjaan. Aku akan membantumu sebaik mungkin. Kau tinggal memintaku saja" tambah Hae-yeong. "Benarkah? Kau akan memberiku apapun yang kubutuhkan?" tanya Seol yang kaget mendengar perkataan Hae-yeong yang tiba-tiba. "Akan kulakukan semampuku" kata Hae-yeong. "Aku juga akan membantu" tambah Yun-ju. "Bagus sekali. Kalau begitu, berikan semua hartamu padaku. Lalu aku akan sekolah di luar negeri. Aku tak mau bercanda. Aku tidak sedang bercanda. Jangan membuatku marah. Sekali aku marah Aku takkan baik padamu" kata Hae-yeong setengah mengancam.
Tiba-tiba ayah Yun-ju menelpon Yun-ju. Dia ingin bicara dengan Hae-yeong. Ayah Yun-ju bilang kalau Yun-ju harus pergi dengan membawa Seol. Kakek dan dia menunggunya, kemudian Hae-yeong meminta Yun-ju untuk pulang lebih dulu. Awalnya Seol ngotot ingin pulang ke rumahnya, tapi setelah Hae-yeong bilang dia akan mengajaknya untuk menemui Papa Seol, senyum pun mengembang dari wajah Seol.
Hae-yeong membawa Seol ke bagian hotel paling atas dimana helikopter baru saja mendarat untuk menjemput mereka. Seol kagum melihat helikopter itu. Sebelum masuk ke helikopter, Hae-yeong membetulkan jaket Seol agar Seol tak kedinginan. (co cweet...). Seol senang karna akan segera bertemu papanya. Kemudian saat hendak naik, tiba-tiba saja ingatan masa kecilnya muncul.
Masa lalu,
Seol ingat dulu waktu dia kecil, dia datang ke tempat kerja Papanya. Dia memandangi helikopter yang terlihat dari situ. Dia menghampiri Papanya yang sedang sibuk bekerja. Papanya bekerja sebagai buruh bangunan yang mengangkati batuan di daerah perbukitan. Papa Seol melarang Seol datang kesitu karna berbahaya. Tapi Seol bilang dia tak mau pergi. Dia ingin membantu papanya. Seol membawakan beberapa batu untuk mempercepat pekerjaan ayahnya.
kyaaa....pacarnya Ki-dong (Speedy Scandal)...
Atasan Papa Seol marah melihat Seol ada di situ. Sudah berkali-kali dia bilang jangan pernah membawa anaknya ke tempat kerja. Papa Seol hanya bisa minta maaf pada bos-nya. Seol yang ketakutan ngumpet dibelakang tubuh Papanya. Lalu tiba-tiba ada sebuah helikopter yang mendarat. Debu beterbangan kemana-mana. Papa Seol melindungi Seol dari serbuan debu yang beterbangan.
Masa kini,
Seol menangis mengingat Papanya. Hae-yeong heran memandanginya. "Apa kau baik-baik saja?" tanya Hae-yeong cemas. Seol yang diperhatikan Hae-yeong menghapus air matanya, dia bilang dia hanya terlalu bahagia. "Sudah kubilang padamu. Papaku akan datang untukku. Suatu hari nanti dia akan datang. Ada apa denganku? Ah, aku baik-baik saja. Aku hanya terlalu bahagia. Kau lihat kan? Ayahku masih hidup. Ayo pergi" kata Seol. Mereka pun kemudian naik helikopter. Diiringi tatapan jengkel Reporter Yu dan reporter yang lain yang menunggu mereka dibawah. Sementara Yun-ju terus memandangi kepergian helikopter itu dari dalam kamar hotel.
Hae-yeong dan Seol sampai ke tempat Kakek dan Ayah Yun-ju menunggu. "Anda datang Yang Mulia" sambut Kakek. "Jangan sungkan begitu" jawab Seol. "Anda sudah melalui banyak kesulitan hari ini. Aku benar-benar minta maaf" kata Kakek lagi. "Tidak. Aku tak apa-apa. Sangat bagus sekali aku melihat helikopter itu. Hal itu membuatku ingat dengan apa yang terjadi waktu itu. Cuaca hari itu dan hari ini sama. Cuaca sangat dingin sekali. Lalu tiba-tiba ada angin kencang. Sebuah helikopter turun di lokasi konstruksi. Orang yang turun dari helikopter itu adalah anda, yang datang mencari Papaku" cerita Seol. "Benar. Benar sekali, Yang Mulia" jawab Kakek sambil tersenyum senang. "Lalu dimana Papaku sekarang?" tanya Seol. Kakek mengajak Seol berjalan ke suatu tempat...Ke makam Papa Seol.
Yang Mulia, bisakah anda melihatnya? Baru sekarang aku bisa membawa Putri kesini. Aku benar-benar pantas mati" kata Kakek. Seol memandangi Kakek. "Ya benar, Yang Mulia. Ini makam Papa anda. Kaisar Lee Yeong" kata Kakek menjawab keraguan Seol. "Pembohong. Ini tak mungkin. Teganya kau. Bukankah sudah kubilang padamu untuk membawaku ke Papaku. Kau bilang mau membawaku ke Papaku. Bukankah sudah kubilang yang meninggal bukan Papaku. Dimana Papaku?" sanggah Seol di hadapan Hae-yeong. Airmatanya tak terbendung lagi. "Yang Mulia" panggil Kakek. "Kau tak bisa pergi begitu saja" kata Hae-yeong sambil menghalangi langkah Seol yang hendak pergi dari tempat itu.
"Tak mungkin seperti ini. Biarkan aku pergi. Aku tak ingin dengar apapun lagi" kata Seol. Hae-yeong tetap tak mengijinkannya pergi. "Kupikir aku takkan pernah tahu apa alasan Kakek menghormati makam ini selama 20 tahun. Kenapa dunia memperlakukanku seperti ini. Jika tak ada kau, Kakek takkan pernah mengatakan hal ini padaku. Sekarang katakan apa alasannya" ungkap Hae-yeong. "Ada apa ini? Apa maksudmu dengan apa yang terjadi? Masalahnya adalah kenapa Papaku meninggalkanku. Tak hanya itu, kenapa Papaku meninggal?" kata Seol. "Aku yang telah membuat Yang Mulia meninggal" kata Kakek tiba-tiba. Kakek menceritakan kisah saat Papa Seol meninggal.
Waktu itu kakek menemui Papa Seol dan mengatakan padanya kalau Papa Seol seorang pangeran sambil memberikan sachet yang berisi abu Ratu Myeong-seong. Papa Seol sudah tahu hal itu. Tapi dia tak ingin mengungkap jatidirinya. Dia lebih senang kehidupannya yang sekarang bersama putrinya. Dia tak ingin menjadi seorang Paangeran atau apapun. Dia hanya ingi menikmati hidupnya. Biarpun Kakek terus mendesaknya, Tapi Papa Seol tetap tak mau.
Kakek tidur di kediaman Seol dan Papanya. Tengah malam, papanya membangunkannya dan bilang agar dia tak berisik, kemudian membawa Seol pergi tanpa sepengetahuan Kakek yang masih lelap dala tidurnya. Karna buru-buru, ikat rambut strawberry kesayangan Seol tertinggal di kamarnya. Seol ingin kembali ke rumah dan mengambilnya. Tapi Papanya berjanji akan membelikannya lagi. Mereka pun berlari dengan buru-buru dari rumah. Sementara itu, Kakek yang terbangun langsung mulai mencari Seol dan Papamnya saat dia tahu Seol dan Papanya melarikan diri.
Seol diminta Papanya menunggu di suatu tempat sementara Papanya berusaha kabur dari kejaran Kakek. Sebelum pergi Papanya berjanji akan segera menjemputnya.
Papa Seol berlari meninggalkan Seol sendirian. Karna terus dikejar Kakek, Papa Seol berlari buru-buru, lalu tiba-tiba sebuah mobil yang melaju kencang menabraknya. Kakek kaget dan segera menghampiri Papa Seol. Tapi sayang Kakek terlambat. Papa Seol menghembuskan nafasnya yang terakhir. Sementara Seol yang bersembunyi, terus saja menangis karna Papanya tak juga datang untuk menjemputnya, seperti yang dijanjikannya.hik...hik...
"Kejadiannya sudah terungkap. Kau yang penasaran ingin tahu ceritanya sudah puas kan? Aku pergi duluan" pamit Seol yang terduduk di depan makam Papanya. "Yang Mulia. Tuan Putri. Setidaknya berilah penghormatan pada Papamu. Yang Mulia begitu sangat kesepian selama ini. Tak apa jika Putri tak bisa memaafkanku. Tapi kumohon tunjukkan rasa hormat anda pada Yang Mulia" bujuk Kakek. "Itu benar. Aku takut tak bisa memaafkanmu, Presdir. Tak peduli apapun, aku takkan membuatmu bahagia seumur hidupmu. Meskipun seumur hidupmu kau selalu merawat makam Papaku" pamit Seol sambil berlalu pergi dari tempat itu tanpa mempedulikan Kakek yang terus saja memanggilnya. Ayah Yun-ju hanya bisa menghibur Kakek. Kakek tertunduk lesu memandang kepergian Seol.
Hae-yeong membawakan sebotol air mineral untuk Seol yang sedang menunggu di terminal bus. "Minumlah" tawar Hae-yeong. "Jangan sok baik hati padaku. Jika aku meninggal seperti Papaku, aku tak perlu jadi Putri lagi" kata Seol. "Haruskah aku berteriak padamu? Apa kita akan membuat kehebohan dengan hal ini?" tanya Hae-yeong. "Kau pikir aku tak bisa melakukannya? Di masa mendatang aku akan membuat hal yang sangat dibenci Kakekmu" jawab Seol.
"Kakek takkan suka jika kau tak dapat apa-apa. Apa artinya ini? Ada maksud tersembunyi disini, tapi ini juga menarik. Pada akhirnya kau jangan hanya menyesali kematian Papamu. Berhentilah mengeluh...Apa kau ingin balas dendam pada kakekku? Hanya ada satu cara untuk membalas dendam padanya. Yaitu dengan mencegahnya membangun keluarga kerajaan lagi" nasehat Hae-yeong. "Kau memang benar-benar buruk. Bagaimana kau bisa melakukan ini semua untukku? Apa ini karna kau tak ingin kehilangan warisanmu?" tanya Seol sambil memandang Hae-yeong dengan heran. "Ini situasi yang sangat menguntungkan untuk kita berdua" kata Hae-yeong. "Itu bagus. Bagaimanapun juga, ada sesuatu yang ingin kuminta darimu" kata Seol kemudian.
Hae-yeong menemui Ayah Yun-ju. Hae-yeong melihat Ayah Yun-ju makan di perpustakaan. Kalau Kakek tahu Kakek bisa merah. Ayah Yun-ju bilang Kakek sedang tak enak badan. Ayah Yun-ju dengar, Hae-yeong mengantarkan Seol pulang dengan selamat. Hae-yeong mengiyakan dan mengatakan padanya kalau Seol menginginkan foto Papanya. Ayah Yun-ju bilang dia akan segera menyiapkannya. Hae-yeong bilang untuk mempersiapkan secepatnya karna Seol sangat menginginkannya.
Hae-yeong hendak melangkah pergi, Tapi Ayah Yun-ju memanggilnya. "Hae Young..Presdir memutuskan untuk mendonasikan semua hartanya jika keinginannya untuk membangun Keluarga Kerajaan terwujud. Hal itu pasti terasa berat untukmu. Maafkan aku yang tak bisa mengubah sifat keras kepalanya. Presdir menolak semua nasehat" kata Ayah Yun-ju. "Kenapa anda harus minta maaf?" kata Hae-yeong. "Apa kau tak apa-apa?" tanya Ayah Yun-ju. "Tidak. Aku merasa tak nyaman sekarang. Apapun yang terjadi, anda pasti takkan membantuku. Kakek sangat beruntung sekali memilikimu. Aku pergi sekarang." pamit Hae-yeong.
Seol naik sepedanya ke kampus. Ada beberapa mahasiswa yang tak suka melihatnya dan menggunjingkannya karna berita di media. Seol mengucapkan selamat pagi pada Seon-ah dan asisten Profesor. Seon-ah dan asisten profesor menggodanya dengan gosip yang tersebar di media. Tentang Seol dan Hae-yeong. Mereka bertanya di gedung mana Seol akan menikah, kemana bulan madunya dan mereka meminta Seol untuk mengundang mereka.
Seol bilang dia akan pergi untuk sementara waktu. Mereka pikir Seol akan menikah. Tapi Seol menyangkalnya. Saat mereka bertanya apa Seol akan pergi ke luar negeri, Seol heran karna mereka bisa tahu. Mereka pikir, Seol diminta meninggalkan Hae-yeong oleh keluarga Hae-yeong dan menerima banyak uang dari mereka agar Seol pergi ke luar negeri. Mereka meminta Seol untuk tak menerima uang dari mereka. Tapi Seol bilang dia tak mau menerima uang tapi jika dia menerima cek kosong yang bisa diisinya berapa saja sesuai yang dia mau, dia pasti menerimanya.ckckck. Seol bilang dia ingin menulis sesuatu dan segera pergi. "Haruskah itu dilakukan? Aku akan memberikan itu. Dengan senang hati. Ayo pergi minum teh" ajak Yun-ju yang tiba-tiba datang. Di Kafe, Yun-ju memberikan semua buku panduan tentang belajar di luar negeri yang sesuai dengan keinginan Seol. Seol senang sekali karna Yun-ju bisa mengumpulkan info secepat itu. Yun-ju minta maaf dengan apa yang pernah dilakukannya pada Seol dan bilang, dia siap membantu Seol. Seol sekarang tak hanya bisa meminta bantuan Hae-yeong, tapi juga meminta bantuan Yun-ju. Hae-yeong atau Yun-ju sama saja.
"Meskipun aku sangat berterimakasih, tapi masih ada masalah antara aku dengan Park Hae-yeong" kata Seol kemudian. "Oppa dan aku berencana untuk menikah. Itu juga untuk menghilangkan semua perkataan orang-orang" kata Yun-ju. "Kau akan menikah karna ada banyak pilihan" sindir Seol. "Apa maksudnya?" tanya Yun-ju. "Bukankah kau sebelumnya bilang akan menikah dengan profesor" jawab Seol.
Yun-ju bilang, biarpun satu kampus tahu, tapi itu hanya rumor. Karna banyak orang mengenalnya, jadi juga ada banyak gosip. Park Hae-yeong itu juga sangat terkenal. Dia juga punya gosip dengan Seol. Seol bilang, berkencan dengan orang yang terkenal itu rasanya pasti tidak nyaman. Yun-ju berkata, Seol hanya salah paham. Kalau hanya diamati, tak ada yang tahu. Hae-yeong tak sekuat dugaan orang. Saat mengatasi masalah Seol, dia terlihat lembut sekali dan Yun-ju ingin membantu menyelesaikan masalah ini karna Yun-ju benar-benar menyukai Hae-yeong. Saat berjalan pulang, Seol teringat kata-kata Yun-ju. Sampai-sampai dia tak melihat Jeong-wu yang berpapasan dengannya. Tiba-tiba Jeong-wu memanggilnya, "Lee Seol!". Seol kaget tapi juga senang karnanya. Jeong-wu bilang dia sudah mendengar beritanya. Seol bilang pada Jeong-wu kalau dia akan berhenti belajar sementara waktu. Jeong-wu pikir, Seol melakukannya karna akan menikah. Tentu saja Seol menyangkalnya.
"Aku tidak gila. Kenapa aku harus menikah dengan pria seperti dia? Aku menyukai orang lain" sangkal Seol sambil tersipu malu memandangi Jeong-wu. "Tentu saja. Aku tahu itu. Jika hubunganmu tak serius, lalu kenapa berita itu dipublikasikan? Apa karna dia seorang diplomat? Lalu...Apa karna kau ini benar-benar sang putri?" tebak Jeong-wu. "Bagaimana anda bisa tahu?" tanya Seol. "Apa benar begitu?" tanya Jeong-wu yang kaget karna ternyata tebakannya benar. "Ya..." jawab Seol. "Aku hanya menebak" kata Jeong-wu kemudian. Dia tersenyum pada Seol. "Aku ingin minta tolong padamu. Maukah kau menjaga rahasia ini?" pinta Seol pada Jeong-wu.
Jeong-wu mengantar Seol pulang ke rumah kakaknya, Lee Dan. Seol senang sekali karnanya. "Terimakasih sudah mengantarku pulang. Dan juga buku-buku ini" kata Seol dengan malu-malu. "Buku-buku itu sangat mahal. Pastikan kau tak membasahinya dengar air liurmu" goda Jeong-wu. Seol tertawa manja. Mereka berdua tertawa. Tiba-tiba ada mobil datang dan mengkalkson dengan keras. Mobil Hae-yeong..(cemburukah???..nantikan kelanjutannya..hehehe).
Hae-yeong turun dan langsung ngomel, "Apa kau akan berdiri disini terus seharian? Ayo cepat pergi". "Kenapa kau ada disini lagi?" tanya Seol. "Lalu kenapa profesor ini ada disini?" tanya Hae-yeong. "Dia mengantarku pulang" jawab Seol. "Jadi, kenapa seorang profesor laki-laki mengantar murid wanitanya pulang ke rumah? Di hari secerah ini" sindir Hae-yeong. "Sepertinya kau selalu mengantarkan wanita pulang larut malam" balas Jeong-wu.
"Apa katamu? Kau seorang pendidik dan kau bicara seperti itu" Hae-yeong tak terima. "Kau bahkan tak bisa menyelesaikan masalahmu sendii" Jeong-wu balik menyindir. "Seberapa banyak yang kau tahu tentang aku?" tanya Hae-yeong. "Semua orang juga tahu tentang Daehan Grup" jawab Jeong-wu. "Kudengar hubungan kalian sama sekali tak serius. Dia menyukai pria lain" kata Jeong-wu. Hae-yeong melirik ke arah Seol. Seol hanya menunduk.
Lalu kemudian tiba-tiba Hae-yeong melihat reporter Yu sedang berusaha mewawancarai Lee Dan. "Apa? Kenapa kau menatapku?" tanya Seol. "Ayo cepat pergi!" kata Hae-yeong sambil menarik tangan Seol. "Apa yang kau inginkan? Apa yang coba kau lakukan?" tolak Seol. "Bukankah itu kakakmu? Bertemu dengannya akan jadi masalah besar. Ayo cepat pergi darisini" ajak Hae-yeong lagi. Setelah tahu masalahnya, Seol berpamitan pada Jeong-wu dan masuk mobil, mengikuti ajakan Hae-yeong. Saat diwawancarai reporter Yu, Lee Dan tak berkata apa-apa tentang Seol. Dia malah bilang kalau Seol itu bukan anggota keluarganya.
Hae-yeong dan Seol sampai di rumah Ibu Seol. Mereka senang karna tak ada reporter yang datang di sekitar situ. Seol heran kenapa wartawan bisa tahu tentang keluarganya. Akankah para wartawan itu menanyakannya pada kakaknya?. Hae-yeong bilang seharusnya Seol khawatir tentang apa yang akan dikatakan kakaknya pada wartawan. Seol bilang tenang saja, karna kakaknya tak menyukainya, kakaknya pasti akan bilang kalau dia tak mengenal Seol. Seol tak mengkhawatirkan kakaknya, tapi malah mengkhawatirkan reporter itu. Kalau reporter itu bertanya terus, kakaknya bisa marah besar pada reporter itu!
"Harusnya kau belajar dari kakakmu. Bisanya tadi kau minta laki-laki itu untuk mengantarmu ke rumah kakakmu. Orang-orang sekarang memang aneh-aneh. Ornag itu tak sebaik yang terlihat. Dia bisa saja orang yang sangat berbahaya" kata Hae-yeong. "Kau sepertinya juga orang yang berbahaya" kata Ibu Seol yang tiba-tiba datang dan memandang Hae-yeong yang ada di dalam mobil. Seol kaget melihat ibunya yang tiba-tiba datang. Ibunya bilang, dia pikir ada pelanggan jadi dia keluar untuk menyambut. Kemudian Ibu Seol bertanya siapa Hae-yeong. Seol malah balik bertanya apakah ibunya tak pernah menonton berita? Ibu Seol bilang, dia kan selalu mematikan tv setelah selesai nonton drama. Seol tersenyum senang. (Memikirkan suatu rencana. hehehe).
Ibu Seol bertanya siapa Hae-yeong. Seol bilang Hae-yeong hanya kebetulan lewat dan bertanya pada Seol letak supermarket atau toko. Dan tentu saja Ibu Seol tak percaya begitu saja pernyataan itu karna tadi dia melihat Seol turun dari mobil itu. Seol beralasan Ibunya pasti sudah salah lihat. Seol memberi kode agar Hae-yeong segera pergi, Tapi Ibu Seol sepertinya tahu maksud Seol. Jadi dia langsung melihat ke dalam mobil Hae-yeong.
Ibu Seol bilang, Hae-yeong sepertinya tak pandai berbohong. Dan bertanya kenapa dia membiarkan Ibu Seol berdiri diluar. Apa Hae-yeong tak berencana untuk keluar dari dalam mobil dan menjelaskan sesuatu padanya. Tentu saja setea mendengar hal itu, Hae-yeong segera keluar.
"Senang berjumpa dengan anda" Hae-yeong memberi salam pada Ibu Seol. Ibu Seol mengamati mobil Hae-yeong dan kemudian Ibu Seol langsung menghujani Hae-yeong dengan banyak pertanyaan. Apakah itu mobil Hae-yeong, atau mobil sewa. Hae-yeong bilang itu mobilnya. Saat Ibu Seol bertanya apakan cicilan mobilnya sudah lunas, Hae-yeong bilang mobilnya dibeli dengan tunai. Mendengarnya tentu saja Ibu Seol tertawa senang. ckckck..ibu ma anak sama ja. hehehe.
Ibu Seol menyuruh Hae-yeong untuk masuk. Saat sampai didalam, dia meminta Hae-yeong untuk bersantai di dalam dan menganggapnya seperti rumah sendiri. Kemudian Ibu Seol bertanya apa sebelumnya Hae-yeong yang menginap disini kemudian tertarik pada Seol. Kemudian Hae-yeong pun bercerita tentang 'pengalamannya' menginap disitu. Ibu Seol bilang Seol sedang mengerjai Hae-yeong saja. Tarif penginpan mereka hanya 50.000 won semalam. Dan tak ada biaya tambahan untuk mendapatkan makanan maupun air panas!
Kemudian Ibu Seol yang sedang mencoba mengambil hati Hae-yeong bertanya dimana orangtua Hae-yeong bekerja. Hae-yeong bilang orangtuanya pengusaha. Daehan Grup. Ibu Seol tambah senang mendengarnya. Ibu Seol bilang, dia juga mendengar rencana Kakek untuk membangun kembali keluarga kerajaan dan Ibu Seol mendukung hal itu dan bilang pada Hae-yeong, pantas saja mobil Hae-yeong sangat keren. Ibu Seol bertanya apakah Hae-yeong bekerja di perusahaan Kakeknya. Tapi Seol yang menjawabnya kalau Hae-yeong tak bekerja di Perusahaan. Hae-yeong seorang diplomat.
Ibu Seol masih juga terus bertanya. Sekarang dia bertanya berapa gaji Hae-yeong. 1 juta atau 3 juta won. Seol mencoba menghentikan Ibunya, tapi tak digubris.
Ibu Seol meminta Hae-yeong dan Seol masuk ke dalam kamar untuk beristirahat. Ibu Seol akan menyiapkan makanan untuk mereka dan menunjukkan pada Hae-yeong kelezatan makanan yang dimasaknya. Seol protes, Hae-yeong mau masuk kemana karna semua kamar disewa orang. Ibu Seol bilang tentu saja di kamar Seol. Percuma Seol berteriak-teriak melarang, Ibu Seol terus memaksa Hae-yeong masuk. Setelah mendorong Hae-yeong dan Seol masuk ke kamar, Ibu Seol menutup pintunya yang tentu saja diprotes oleh Seol. Tapi Ibunya bilang, dia melakukan itu agar mereka berdua merasa hangat. Ibu Seol juga bilang, dia akan ketuk pintu kalau ingin masuk.
Di kamar, Hae-yeong meledek Seol. Ibu Seol dan Seol sama saja. Hae-yeong meminta Seol mengecek ulang tentang dirinya. Siapa tahu dia akan mendapati kalau ternyata ibu angkatnya itu adalah ibu kandungnya. Seol menimpali perkataan Hae-yeong, dengan begitu dirinya tak perlu jadi Putri.
Hae-yeong melihat-lihat apa saja yang ada di dalam kamar Seol. Seol menyuruh Hae-yeong duduk karna gerakan Hae-yeong membuat kepalanya pusing. Hae-yeong protes, mau duduk dimana kalau disitu tak ada kursi. Jadi, Hae-yeong meneruskan pengamatannya. hehehe..
Hae-yeong menemukan sebuah album foto. Tapi Seol melarang Hae-yeong membukanya. Hae-yeong bilang, bukankah seorang tunangan berhak melihat foto masa kecilnya. Tentu saja Seol tak terima alasan Hae-yeong dan mencoba untuk merebut album foto itu.
Dan jadinya mereka berebut hingga jatuh ke kasur. Seol dalam posisi di atas tubuh Hae-yeong. Tentu saja Ibu Seol yang baru masuk terkejut melihatnya sedangkan keduanya jadi salah tingkah. "Kau bilang kau akan mengetuk pintu kalau kau hendak masuk" protes Seol pada ibunya. "Aku memang bilang begitu. Tapi apa kau tak tahu bagaimana caranya mengunci pintu? Kau bukan anak kecil lagi. Saat kau merasakan hal itu, tenang saja. Terserah kalian mau melakukan apa" elak Ibu Seol sambil pergi lagi dari kamar Seol.
Seol marah-marah karna Ibunya tambah salah paham dengan apa yang barusan terjadi. Hae-yeong hanya senyum-senyum dan menggoda Seol kalau Seol anak kandung Ibunya. Kemudian, Seol menerima foto Papanya dari Hae-yeong. Hae-yeong bilang itu foto satu-satunya, jadi Seol harus menjaganya dengan baik. Dan bilang kalau mereka harus segera pergi secepat mungkin dari tempat itu.
Seol menulis surat untuk ibunya.
"Daftar Hal Yang Harus Dilakukan Ibu".
~"Bu, ini aku Lee Seol. Pertama, pergilah ke dapur dan minumlah air dingin dari lemari es. Buka lemari dan di dalamnya ada obat penenang herbal. Minum obatnya. Apakah kau sudah makan? Tenanglah. Lanjutkan untuk membaca lagi. Bu, saat kau baca surat ini, aku mungkin sudah ada di pesawat menuju Mesir. Sebenarnya selalu ingin pergi ke sana. Tapi aku tak berani mengatakannya pada ibu karna takut kau akan merasa sedih. Tapi tiba-tiba kesempatan emas datang padaku. Bu, kumohon jangan khawatir. Aku menang lotre! Benar-benar kesempatan yang langka kan? Aku takut ibu akan emnentang kepergianku. Jadi aku pergi tanpa pamit padamu. Aku akan menelponmu begitu tiba disana. Aku mencintaimu"~
Seol sedang ada di ruang tunggu bandara sambil menulis sesuatu saat Hae-yeong menghampirinya. "Apa itu?" tanya Hae-yeong. "Bukan apa-apa" jawab Seol sambil mendekap bukunya erat-erat. "Kapan kau tiba?" tanta Hae-yeong lagi. "Aku baru saja tiba" jawab Seol singkat. Hae-yeong mencoba merebut buku yang dipegang Seol dan berhasil. Dia langsng membaca isinya. Ternyata itu daftar barang yang hendak dibelikan oleh Seol untuk Ibu dan kakaknya. Hae-yeong meminta catatan itu dan bilang kalau dia yang akan membelikan barang-barang itu untuk mereka. Dan Seol hanya tinggal menulis pesan untuk mereka saja.
Mereka segera menuju ke antrean karna pesawat akan segera terbang. "Tolong passport dan tiket anda" kata petugas bandara. Lalu kemudian dia menyuruh Seol keluar dari barisan. Keduanya menurut, tapi mereka bingung apa sebabnya. Petugas bandara itu bilang, Passport dan tiket Seol disita. Seol tak diperbolehkan pergi ke luar negeri. Tentu saja mereka berdua terkejut mengetahui hal itu.