Yeon-hee sedang berada di rumahnya bersama Eok-jo. Yeon-hee pikir Eok-jo sedang bahagia. Eok-jo membenarkan hal itu. Eok-jo memang sedang senang karna proyeknya disetujui pemerintah. Eok-jo bilang Yeon-hee tak perlu khawatir digusur. Ia sudah janji pada Ayah Yeon-hee untuk selalu menjaga Yeon-hee. Jadi Eok-jo akan menyiapkan tempat yang bagus untuk Yeon-hee. Tapi Yeon-hee bilang hal itu tak perlu. Eok-jo sudah terlalu banyak membantunya.
Eok-jo hendak pamit pulang. Yeon-hee ingin memanggilkan taksi untuknya. Tapi Eok-jo tak mau. "Paman Eok-jo! Aku akan mengirimkan uang sewa perahu dalam beberapa hari ini" kata Yeon-hee. "Aku tak menginginkan uang darimu, jadi jangan bekerja terlalu keras untuk mencari uang" jawab Eok-jo. "Baiklah. Sampai jumpa" kata Yeon-hee mengantar kepergian Eok-jo.
Eok-jo bertemu Man-sik. Ia ingin menyapa Man-sik. Tapi Man-sik tak senang bertemu dengannya. "Kenapa pria tua itu datang kesini?" tanyanya pada Yeon-hee. "Hanya untuk makan malam" jawab Yeon-hee. "Jangan layani dia lagi lain kali. Dia membuatku kesal" tambah Man-sik. "Apa yang membuatmu begitu terlambat?" tanya Yeon-hee. "Oh..eh, ya!" kata Man-sik agak gugup. Rupanya ia janjian ngajak Yeon-hee kencan.
Man-sik mengajak Yeon-hee naik kapal. Disana terdapat banyak hiasan dari balon berbentuk hati. Tapi Yeon-hee bingung. Karna sedaritadi Man-sik hanya diam saja. "Apa ada acara yang spesial?" tanya Yeon-hee. "Tunggu sebentar" kata Man-sik. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba meluncur kembang api ke udara dan meledak hingga menimbulkan warna-warni yang indah. Tiba-tiba Man-sik berlutut di depan Yeon-hee. "Yeon-hee! Aku mencintaimu! Aku ingin kau jadi ibu dari anak-anakku!" uangkap Man-sik. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Yeon-hee yang tersipu-sipu malu.
"Aku sedang melamar. Kenapa tak kau jawab?" tanya Man-sik. "Jawab apa?" Yeon-hee malah balik bertanya. "Katakan kau akan menikah denganku" kata Man-sik tak sabaran. "Biarkan aku berpikir tentang hal ini dulu..." kata Yeon-hee malu-malu. "Berpikir tentang apa?" Man-sik tetap tak sabar. "Kau harus memberiku waktu untuk berpikir" pinta Yeon-hee. "Kalau iya, bilang saja ya. Apa ada yang kau pikirkan?" desak Man-sik. "Besok pagi buta, datanglah ke restoranku. Jika disana ada pita merah terikat di perahuku, brarti artinya 'ya'. Jangan berharap terlalu banyak" kata Yeon-hee lagi. "Kenapa tak kau berikan jawabannya langsung?" pinta Man-sik, tapi Yeon-hee tak menghiraukan kata-katanya.
"Kakak, Sini lihatlah!" seru Yeon-hee. Man-sik pun mengikuti Yeon-hee. Mereka menikmati indahnya langit malam itu yang penuh kembang api.
Hee-mi tertidur di restoran. Sementara disekitar situ sudah tak ada orang. Hee-mi terbangun mendengar suara kembang api. Hee-mi melangkah pergi dari tempat itu. Ia menunggu Hyeong-sik di tepi pantai.
Saat ia melihat Hyeong-sik, Hyeong-sik melewatinya begitu saja. Tentu saja Hee-mi berteriak-teriak karna marah. "Apa kau sedang bermain-main denganku? Aku sudah menunggumu sepanjang hari. Jika kau tak bisa menepati janji, jangan seperti itu. Dan jika kau tak bisa jaga janjimu, setidaknya jelaskan padaku kenapa itu terjadi. Hei. apa kau akan terus mengabaikanku? Hei, kau! Hei!".
Hyeong-sik pun berbalik menghampiri Hee-mi. "Jangan main-main denganku. Jangan datang mencariku. Aku tak ingin melihatmu lagi" kata Hyeong-sik kemudian melanjutkan langkahnya meninggalkan Hee-mi yang bingung mendengar kata-kata Hyeong-sik.
Dong-chun sedang makan malam bersama ibunya. Tapi ia segan melanjutkan makan malamnya karna ibunya terus saja mendesaknya untuk pergi wawancara kerja. Ia bilang ia terlalu tua untuk wawancara kerja. Ibunya bilang susah sekali untuk membuat janji wawancara ini. Dan gaji yang diterima juga besar. Hampir 2juta won. Dong-chun malah bilang, bagaimana mau wawancara kalau sepatu yang layak pakai saja ia tak punya. Ibunya berkata kalau perlu, ia akan membelikan sepatu ."Setidaknya pergi dan cobalah" begitu kata Ibu Dong-chun. Tapi Dong-chun tetap saja menolaknya.
Dong-chun yang marah pergi ke rumah Yeon-hee. Yeon-hee juga ikut menyarankan agar Dong-chun pergi wawancara kerja. Tetap saja Dong-chun tak mau mengubah pendiriannya. Dong-chun marah saat Yeon-hee bilang, watak keras kepala Dong-chu itu yang membuatnya susah dapat pacar. Dong-chun heran melihat Yeon-hee yang sedari tadi bercermin dan senyum-senyum. "Apa kau gila? Kenapa sepertinya kau bahagia sekali?" katanya.
Yeon-hee berbalik, "Kenapa? Apa kau ingin tahu?" kata Yeon-hee. Tentu saja Dong-chun mneyembunyikan rasa ingin tahunya. Yeon-hee mendekati tempat duduk Dong-chun. "Sejujurnya...hari ini, Man-sik melamarku!" ungkap Yeon-hee pada Dong-chun. Dong-chun kaget mendengarnya. Dong-chun malah bilang sepertinya ada yang salah. Yeon-hee berkata, apa Dong-chun cemburu?? Dong-chun bilang bukan itu alasannya. Ia kemudian berkata, "Apa kau tak tahu bagaimana ayahmu meninggal?".
"Kita punya masalah yang sangat penting disini. Topan bergerak mendekat ke arah negara kita, dan didasar laut, gempa bumi terjadi setiap 2 hari sekali" lapor Doktor Kim pada atasannya. Tapi sayang kata-katanya tak dihiraukan. Anak buahnya mendapat laporan, "Gempa bumi yang lain terjadi di lepas pantai Pulau Tsushima! Kali ini, intensitasnya 6.5" lapor anak buah Doktor Kim. "Doktor! Kita sudah terhubung dengan Jepang!" lapor yang satunya sambil menyerahkan telpon pada Doktor Kim. "Disini Kim Hwi. Apa? Apakah peringatan Tsunami sudah dikeluarkan?" kata Doktor Kim dalam Bahasa Jepang.
Dibawah laut dekat Pulau Tsushima. Terjadi gempa lagi hingga membuat dasar laut terbelah.
Dong-chun menghentikan mobil yang dikendarainya saat ia melihat Man-sik berjalan lesu di tepi pantai. Dong-chun berkata, Man-sik pasti sedang menunggu Yeon-hee. Kemudian Dong-chun mengatakan kalau Yeon-hee takkan datang. Dong-chun sudah mengatakan yang sebenarnya tentang kematian Ayah Yeon-hee. Tentu saja Man-sik marah padanya.
Man-sik menarik Dong-chun keluar dari mobilnya, kemudian berlari mengejarnya dan memukulinya. Aksinya berhenti saat tiba-tiba ada seekor burung mendarat di kaca mobil dong-chun. Mereka berdua melihat ke atas langit. Ada begitu banyak burung beterbangan dengan tergesa-gesa.
Pembukaan Pekan Kebudayaan Haeundae pun diresmikan. Yu-jin senang karna acaranya berjalan lancar. Tapi ia berubah jadi marah saat mendapat telpon dari orang di BMG kalau Doktor Kim bilang, acara peresmian itu harus segera dibubarkan. "Apa? Apa ia jadi gila? Tunggu. Aku akan datang sekarang" begitu kata Yu-jin sambil berlalu menuju ke kantor Doktor Kim.
"Apa yang sedang kau bicarakan? Bagaimana bisa memindahkan satu juta orang sekarang juga. Selain itu, Pameran Budaya dibuka hari ini. Jika kita menghentikannya, kita akan jadi bahan tertawaan dunia!" tentang atasan Doktor Kim. "Apa kau ingin semua orang yang ada disini mati?Di Jepang, peringatannya sudah di keluarkan" Doktor Kim ngotot. "Di Jepang, terjadi banyak sekali gempa. Apa kau punya bukti kalau Tsunami akan datang kemari?" tanya atasan Doktor Kim. "Tadi malam, ada gempa bumi berkekuatan 6.5 di dekat Pulau Tsushima. Akan ada gempa yang lebih besar lagi yang akan menyusul. Selain itu, jika gempa di atas 7,0 terjadi di lepas pantai Tsushima, Haeundae akan berada dalam bahaya besar. Tidakkah kau lihat apa yang terjadidi Asia Tenggara? 300.000 meninggal dalam satu jam!" terang Doktor Kim. "Kau membuatku gila" kata atasannya.
Yu-jin yang baru datang ke kantor Doktor Kim langsung marah-marah pada Doktor Kim. "Mengapa kau melakukan ini padaku? Apakah kau ingin menghancurkan hidupku?" maki Yu-jin. "Aku tidak pernah ingin mengganggu pekerjaanmu! Aku mengatakannya pada mereka karna situasinya sangat berbahaya." Doktor Kim ikutan ngotot. "Sejak tahun lalu, aku sudah mempertaruhkan karier-ku disini!" teriak Yu-jin. "Kau pikir kau satu-satunya yang bekerja? Aku juga kerja!" Doktor Kim berteriak tambah kenceng. "Meskipun kau mencoba menghambat jalanku, aku akan terus maju" jawab Yu-jin.
"Kenapa tak kau pindahkan Ji-min dulu ke Seoul" kata Doktor Kim beberapa saat setelah agak tenang. "Jangan memerintahku. Aku bisa menjaga Ji-min" Yu-jin masih tetap ngotot. "Dia bersama orang asing brengsek itu kan ?" Doktor Kim ikutan ngotot. "Jaga mulutmu. Dia lebih bisa diandalkan daripada kau! Jauhi hidupku, mengerti?" ancam Yu-jin sambil berlalu pergi dari kantor itu.
Yeon-hee ada di atas perahunya di tengah laut. Ia membawa sehelai kain merah. Kain yang tadinya akan digunakannya untuk memberi tanda bahwa ia menerima cinta Man-sik. Yeon-hee memegang cincin pemberian Man-sik. Ia tak tahu harus bagaimana. Yeon-hee menangis. Kemudian ia membuang kain merah itu ke laut.
Sementara itu, Ibu Dong-chun yang tadinya hendak pergi piknik bersama teman-temannya tiba-tiba ia tak jadi naik bis dan membatalkan niatnya. Ia bilang pada teman-temannya, ia tak bisa pergi hari ini.
Yeon-hee bertemu Eok-jo di kantornya. Ia bilang pada Eok-jo, ia tak menginginkan toko baru. Ia sudah berpikir sejak kemaren. "Paman, Ayahku dan semua orang-orang di Haeundae. Semua orang sudah seperti keluarga bagiku. Belum tentu akan dapat tetangga yang baik seperti mereka kalau proyek paman terlaksana. Mungkin kita semua akan terpisah. Ayah takkan bahagia. Kumohon dengarkanlah Man-sik,dan pikirkan hal itu sekali lagi. Aku mohon padamu. Aku akan pergi sekarang. Dan aku...Aku akan meninggalkan Haeundae minggu depan" ungkap Yeon-hee. Setelah itu, Yeon-hee meninggalkan kantor Eok-jo dengan menangis. Sementara itu, Man-sik terus saja menunggu Yeon-hee.
Hee-mi hendak diajak pergi oleh teman-temannya dan juga Jun-ha cs. Tapi ia masih berusaha untuk menelpon Hyeong-sik. Hyeong-sik meletakkan HP-nya begitu saja saat tahu bahwa Hee-mi yang menelpon. "Ayolah, Hee-mi!" ajak teman-temannya. Hee-mi pun kemudian mengikuti mereka.
Ibu Dong-chun sedang memilih-milih sepatu untuk Dong-chun. Ibu Man-sik mengajak Seung-hyeon naik taksi untuk pergi ke pemandian air panas. Yu-jin tengah sibuk di kantornya. Doktor Kim merenung, ia bingung apalagi yang harus dilakukannya untuk membuat orang-orang percaya padanya. Sementara Eok-jo memandang cuaca buruk dari kantornya. Ia memikirkan kembali kata-kata Yeon-hee yang dirasa ada benarnya juga.
Di sebelah barat Pulau Tsushima. Terjadi gempa sekali lagi. Sebagian besar bagian pulau hancur dan masuk ke air. Burung-burung beterbangan menjauh dari pulau itu.
Doktor Kim mendapatkan laporan lagi tentang terjadinya gempa. "Kita tak bisa menunggu lebih lama. Pertama, kita harus mengevakuasi orang-orang yang ada di pantai" Doktor Kim bicara lagi dengan atasannya. "Apa yang sedang kau bicarakan? Masih belum ada petunjuk" kata atasannya dengan tenang. "Sudah tak ada waktu lagi untuk menunggu petunjuk dan perintah. Sesuatu yang buruk sedang terjadi di luar sana" Doktor Kim masih terus bersikeras. "Jika kita mengevakuasi orang lalu tak terjadi apa-apa, apa kau mau memikul tanggungjawabnya?" tantang atasan Doktor Kim.
Tiba-tiba alarm berbunyi. "Direktur! Aku dapat perintah untuk segera mengumumkan terjadinya tsunami secepatnya!" teriak salah seorang staff dari arah luar. "Apa? Cepat! Umumkan peringatannya dan buat pernyataan sekarang".Semua staff panik mendengar berita itu. Lalu segera bersiap-siap untuk mengumumkannya.
Para wakil negara sahabat sedang berkumpul mendengarkan pidato wakil dari Korea dalam rangka Pembukaan Pekan Kebudayaan Haeundae. Tiba-tiba Seorang wanita masuk menghampiri duta dari Amerika Serikat, setelah berbisik-bisik, ia mempersilahkan duta AS untuk segera pergi. Yu-jin memperhatikan wanita itu. Kemudian, wanita itu memberitahu semua orang disitu, lalu kemudian mengevakuasi para wakil negara sahabat untuk menjauh dari Haeundae.
Yu-jin mencoba menelpon Ji-min, tapi sayang tak di angkat. Ji-min tidur di kamar hotel sendirian. Kemudian Yu-jin menyerahkan pekerjaannya pada Hae-chan karna ia harus pulang ke hotel untuk melihat keadaan Ji-min.
35 km sebelah timur Haeundae. Sebuah gelombang besar sedang menuju Pantai Haeundae.
"Dimana kau sekarang?" tanya Ibu Dong-chun saat Dong-chun sedang mengendarai mobilnya di atas jembatan Kwang-an. "Aku pergi untuk memperbaiki mobilku. Kenapa?" tanya Dong-chun. "Berapa ukuran sepatumu?" tanya ibunya lagi. "Sepatu? Kau tak naik bis piknik?" dong-chun malah balik bertanya. "Jawab saja pertanyaanku. Berapa ukurannya?" tanya Ibu Dong-chun lagi. "Terserah. Aku benar-benar sedang sibuk sekarang" kata Dong-chun kesal.
Sementara itu, Hee-mi hanya berduaan dengan Jun-ha di atas kapal pesiar Jun-ha. "Apa kau suka memancing?" tanya Jun-ha. "Apa kau yang merencanakan ini semua? Semua ini bagian dari rencanamu?" tanya Hee-mi dengan ketus. "Tidak, aku hanya mengikuti rencana temanmu dengan baik" jawab Jun-ha dengan senyum puas. "Orang-orang brengsek itu" kata Hee-mi kesal.
Sementara itu, teman-teman Jun-ha dan pasangannya berada di aquarium bawah laut. Teman Jun-ha mengatakan, kalau Jun-ha selalu mendapatkan apa yang diinginkannya. "Si brengsek itu benar-benar beruntung" kata teman Hee-mi yang selalu saja iri pada Hee-mi. "Sepertinya kau marah sekali karna hal itu" Sindir pasangannya. Tentu saja teman Hee-mi menyangkalnya, karna malu ketahuan iri pada Hee-mi. Kemudian gadis itu pamit ingin ke toilet.
Man-sik yang sedari tadi menunggu Yeon-hee, merasa senang melihat Yeon-hee kembali. "Yeon-hee... Aku akan menjelaskan semuanya" kata Man-sik. "Bisakah aku sendirian saja hari ini?" kata Yeon-hee. "Kau bisa jika kau ingin, tapi..." Man-sik tak bisa melanjutkan kata-katanya karna tiba-tiba terdengar peringatan dari arah pantai tentang terjadinya gempa.
"Peringatan! Gempa bumi akan terjadi jam 2:30 siang. Semua orang yang berada di pantai harus segera mencari tempat yang tinggi sebelum jam 2:30 siang..."
Orang-orang di pantai menyimak pengumuman itu. Yu-jin buru-buru berlari masuk ke dalam lift menuju kamarnya yang berada di lantai atas. Yeon-hee dan Man-sik juga menyimak pengumuman yang disampaikan.Belum selesai pengumumannya, gempa sudah terjadi.
Semua orang yang ada di pantai sebagian besar terjatuh dan menjerit ketakutan karna gempa yang mereka rasakan. Yu-jin terjatuh di dalam lift yang tergoncang akibat gempa. Man-sik mencoba melindungi Yeon-hee dari barang-barang yang terjatuh. Kantor BMG pun tak luput dari getaran gempa. Foto Doktor Kim dan Ji-min kecil terjatuh dan pecah. Kaca aquarium bawah laut retak. Teman Hee-mi yang sedang ada di toilet terjatuh di dalam toilet. Terjadi tabrakan beruntun di atas jembatan Kwang-an yang juga melibatkan mobil Dong-chun, mobil Hae-chan, taksi yang ditumpangi Ibu Man-si dan Seung-hyeon. Akhirnya kaca aquarium bawah laut hancur berantakan karna gempa. Eok-jo yang sedang dalam perjalanan untuk membatalkan proyeknya pun turut merasakan dampak gempa.
20 km di sebelah timur Haeundae, sebuah kapal tanker berhadapan dengan gelombang pasang yang sangat tinggi.
Gempa memang sudah berhenti. Tapi Doktor Kim masih belum tenang. Ia meminta anak buahnya mengecek situasi di Jepang. Lalu memerintahkan untuk melakukan evakuasi. Lalu tiba-tiba ada kabar mengejutkan. Anak buahnya menerima laporan, sebuah gelombang tsunami bergerak mendekati Haeundae.
Di saat panik, Doktor Kim masih sempat mengangkat telponnya karna Yu-jin yang menelpon. "Hallo! Dimana dia? Apa? Sudah kubilang padamu untuk menjaganya" kata Doktor Kim agak panik. "Pertama, Tempatkan semua orang di tempat yang tinggi dalam 10 Menit" perintah Doktor Kim pada anak buahnya, kemudian ia berlalu pergi. "Kau mau kemana?" tanya atasannya. "Aku akan segera kembali" jawabnya. Doktor Kim buru-buru keluar dari kantornya.
15 km disebelah timur Haeundae. Kapal tanker itu ditelan oleh tsunami yang sangat besar.
Dong-chun marah karna mobil Hae-chan yang berhenti mendadak membuat kaca depan mobilnya rusak. "Apa yang akan kau lakukan? Apa kau tak lihat kaca depan mobilku rusak?" (padahal tu kaca aslinya kena tabrak burung...ckckck ne org..bener2pinter manfaatin situasi.). "Paman Dong-chun!" tiba-tiba Seung-hyeon memanggilnya.
Di lautan lepas, kapal pesiar Jun-ha dipermainkan ombak yang mengamuk. Jun-ha berusaha menghubungi 119 untuk meminta tolong.
Seluruh anggota Tim SAR bersiap-siap berangkat untuk melakukan penyelamatan.
Ji-min terbangun dari tidurnya. Gadis kecil itu sangat ketakutan saat melihat gelombang besar dari jendela kamarnya saat ia memandang laut. Hotel yang di tempatinya memang letaknya di tepi pantai Haeundae. Ji-min memanggil mamanya karna takut.
Sementara itu, Yu-jin menggedor-gedor pintu lift. Lift nya mati karna gempa. Dan Yu-jin sekarang terjebak di dalamnya. "Adakah orang diluar?" teriaknya. Tiba-tiba HP-nya berbunyi. Doktor Kim yang menelpon. Menanyakan Ji-min ada di lantai berapa. Setelah memastikan Ji-min ada di Lantai 17 kamar 1, Doktor Kim yang tak tahu Yu-jin terjebak di dalam lift meminta Yu-jin segera mengungsi ke bangunan yang tinggi karna sebentar lagi tsunami akan menghantam Haeundae. Tentu saja Yu-jin kaget mendengarnya.
Air di laut tiba-tiba surut. Tentu saja orang-orang yang berada di pantai jadi panik karnanya. Mereka berusaha secepatnya pergi dari pantai.
Man-sik masih berlutut di depan rumah Yeon-hee. Sementara itu, Yeon-hee yang baru saja membuang sampah, penasaran mendengar suara gaduh itu. Ia memandang ke arah pantai. Ia melihat orang-orang berlari dengan panik. Ia juga melihat air laut yang surut dan setelah itu, ia melihat gelombang yang sangat tinggi di tengah laut.
Man-sik berusaha bangkit dan menghampiri Yeon-hee. Tanpa berkata apa-apa, Yeon-hee menarik tangan Man-sik dan mengajaknya segera lari dari tempat itu.
Gelombang besar itu semakin mendekati pantai Haeundae. Orang-orang yang panik berlarian menjauh dari pantai. Yeon-hee dan Man-sik termasuk salah satu diantara mereka.
Jun-ha masih terus berusaha menghubungi Tim SAR. Sementara itu, Hyeong-sik juga sedang berusaha untuk mencari kapal Jun-ha dengan helikopter.
Keadaan di pantai ricuh. Seorang gadis kecil terjatuh karna berdesak-desakan dengan orang-orang yang panik karna ingin menyelamatkan diri mereka masing-masing, tanpa mempedulikan apapun. Gadis kecil itu menangis.
Ayah gadis kecil itu mendengar suara tangisan putrinya, ia langsung berbalik dan melindungi putrinya dari terjangan orang-orang yang panik. Sebagai akibatnya, ia yang terinjak-injak orang yang berlarian dengan panik untuk menyelamatkan diri. Ia merasa sekitarnya sudah sepi. Jadi ia bangkit sambil membopong putrinya. Di belakangnya, ternyata gelombang tsunami sudah semakin dekat. Tanpa pikir panjang ia segera berlari sambil menggendong putrinya.
Di jembatan Kwang-an, orang-orang berlarian untuk menyelamatkan diri. Dong-chun yang berkumpul dengan Ibu Man-sik dan Seung-hyeon awalnya hanya diam terpaku memandang gelombang besar itu.
Tapi kemudian ia tersadar dan ikut lari sambil menggendong Seung-hyeon. Seung-hyeon berteriak-teriak karna neneknya ketinggalan. Akhirnya Dong-chun pun kembali dan menggandeng Ibu Man-sik yang sedari tadi hanya diam menyaksikan gelombang besar itu. Lalu mereka bertiga segera berlari menjauh.
Akhirnya gelombang tsunami itu sampai ke pantai. Menerjang semua yang ada didepannya. Menelan tenda-tenda, dsb yang tadi dipakai oleh orang-orang yang tadi ada di pantai.
Tak berapa lama kemudian, gelombang itu mulai menghantam gedung-gedung tinggi yang berjajar di sepanjang Pantai Haeundae.
Air laut juga masuk ke dalam hotel tempat Ji-min dan mamanya menginap karna hotel itu juga berada di tepi pantai. Doktor Kim yang sedang berusaha menuju kamar Ji-min berusaha berlari sekuat tenaga untuk menghindar terbawa arus air yang masuk. Teman Hee-mi yang ada di toilet juga panik melihat air masuk dari luar toilet. Yu-jin apa lagi. Air masuk melalui celah di atas dan bawah lift tempatnya terkurung. Doktor Kim yang berusaha lari dari terjangan air yang masuk ke dalam hotel tak sanggup berlari lagi, ia pun terseret arus.
Orang-orang masih terus berusaha lari menjauh secepat yang mereka bisa. Ibu Dong-chun memeluk sebuah kantong plastik. Ia melihat orang-orang yang berlarian dengan panik. Kemudian ia juga melihat gelombang tinggi itu. Ia pun ikut lari untuk menyelamatkan diri dengan terpincang-pincang. Eok-jo juga melihat gelombang itu, sesaat ia terpaku. Tapi kemudian ia juga ikut berlari menjauh untuk menyelamatkan diri.
Gelombang pasang itu menerjang dengan ganas ke arah orang-orang yang berlarian. Menggulung gedung-gedung, mobil, dan semua yang ada di depannya.
Di laut, Jun-ha dan Hee-mi terlempar keluar dari kapal yang terbalik. Untung mereka memakai pelampung. Akhirnya helikopter yang ditumpangi Hyeong-sik berhasil menemukan Jun-ha dan Hee-mi yang terkatung-katung di lautan.
Yu-jin yang terjebak di dalam lift semakin panik karna air yang masuk ke dalam lift semakin banyak. Teman Hee-mi yang berada di dalam toilet juga semakin ketakutan.
Yeon-hee dan Man-sik terjatuh karna kelelahan berlari. Yeon-hee ketakutan melihat gelombang yang semakin mendekat. Man-sik segera mmengajaknya berlari kemudian menariknya dan berlindung di balik tiang kokoh, tepat pada waktunya karna setelah itu, sebuah mobil yang terbawa gelombang menghantam ke arah mereka dan membentur tiang tempat mereka berlindung.
Sebagian besar wilayah sudah terendam oleh air dan sebagian gedung hancur di hantam gelombang pasang.
Di jembatan Kwang-an, Dong-chun yang kedinginan segera bangkit dan berteriak-teriak memanggil Seung-hyeon dan Ibu Man-sik.
Hee-mi dan Jun-ha masih berteriak-teriak minta tolong di tengah laut lepas. Helikopter Hyeong-sik sudah ada di atas kapal Jun-ha yang terbalik. Hee-mi dan Jun-ha melambaikan tangannya. "Lemparkan keranjang!" teriak Hyeong-sik. "Keranjang apa?" tanya teman Hyeong-sik. "Keranjang, dasar bodoh!" maki Hyeong-sik. "Kudengar hanya ada 2 orang disini. Jadi aku hanya bawa tali penyelamat" jawab teman Hyeong-sik. "Dasar kau bodoh! Cepat lempar talinya sekarang" perintah Hyeong-sik. Teman Hyeong-sik pun segera melempar tali penyelamat itu.
Yu-jin terus saja menggedor-gedor pintu lift karna panik melihat air yang semakin banyak masuk ke dalam lift. Air sekarang sudah sampai sepusarnya.
Hyeong-sik terjun ke laut untuk membantu menyelamatkan Hee-mi dan Jun-ha.
Dong-chun masih terus mencari Seung-hyeon dan Ibu Man-sik. Ia bertanya pada seorang gadis. Tapi tiba-tiba ia mendengar suara dari atas. Ternyata ada sebuah kapal tanker yang terdampar di jembatan Kwang-an!
Dong-chun melihat sebuah tali besar terlepas dari kapal tanker itu. Dong-chun menunduk. Ia selamat. Tapi gadis yang tadi ditanya olehnya tentang keberadaan Seong-hyeon melesat terbang terbawa tali itu. Setelah itu menyusul kontainer demi kontainer jatuh ke atas jembatan Kwang-an. Dengan gayanya yang kocak, Dong-chun berhasil selamat dari terpaan kontainer-kontainer itu.
Ada begitu banyak orang terseret terbawa arus yang mengalir dengan deras. Ada pula yang sudah naik ke tempat yang tinggi tapi kemuadian terjatuh tertimpa benda dari atas. Orang-orang berusaha naik ke tempat yang lebih tinggi. Ada pula yang bergelantungan di kabel listrik. Sementara Yeon-hee dan Man-sik berhasil bertahan dari seretan arus karna berpegangan pada sebuah tiang.
Yeon-hee tiba-tiba berteriak. "Kakak!". Man-sik mengikuti pandangan Yeon-hee. Ada tiang listrik yang mau rubuh dan masih mengandung listrik. Kalau listrik sampai masuk ke air, mereka semua akan mati kesetrum karna air adalah penghantar listrik yang baik. "Yeon-hee! Naik ke atas! Cepat! Cepat! Naik ke punggungku biar lebih cepat! Kita sudah tak punya waktu" teriak Man-sik. Man-sik berusaha sekuat tenaga untuk naik ke atas. Tepat saat tiang itu menyentuh air, Man-sik dan Yeon-hee naik ke tempat yang aman.
Banyak orang tersengat listrik. Baik yang ada di air ataupun yang ada di kabel listrik. Yeon-hee dan Man-sik menangis menyaksikan orang-orang yang mati tersengat listrik. Sekarang sekeliling mereka penuh dengan mayat mengambang.
Tak jauh dari tempat Man-sik dan Yeon-hee, terlihat Eok-jo juga berhasil menyelamatkan diri dengan bergantung di sebuah tiang, sama seperti mereka. Darah mengalir dari luka ditangan Eok-jo.
Doktor Kim berhasil sampai di kamar Ji-min. Tapi air sudah memenuhi tempat itu. Semakin ia mendekati Ji-min, Ji-min semakin terseret arus dan hampir saja jatuh mengikuti air yang keluar dari jendela kalau tidak dipegangi oleh Doktor Kim.
Yu-jin menggunakan sepatunya untuk terus menggedor pintu lift karna air sudah sampai sedada.
Di laut, Jun-ha tak mau mengalah. Ia berebut Tali pengaman dengan Hee-mi. Hyeong-sik marah melihatnya. Kemudian ia mengajarkan pada Hee-mi, cara untuk mengalahkan Jun-ha. (Cara yang sama yang dilakukan Hyeong-sik saat Hee-mi menjambak rambutnya dikala Hyeong-sik berusaha menyelamatkan Hee-mi yang hampir tenggelam! hehehe...). Hee-mi berhasil membuat Jun-ha pingsan. Hyeong-sik tertawa senang melihatnya.
Hyeong-sik berenang menghampiri Hee-mi. Hyeong-sik membantu Hee-mi memakai tali pengaman. "Kau naik duluan!" perintah Hyeong-sik. "Bagaimana denganmu?" tanya Hee-mi mencemaskan Hyeong-sik. "Aku akan membawanya dan menyusulmu" jawab Hyeong-sik sambil menunjuk Jun-ha yang pingsan. "Cepat susul aku ya?" lanjut Hee-mi. "Ya. Boleh aku tanya sesuatu. Apa kau benar-benar bertunangan dengannya?" tanya Hyeong-sik sambil menunjuk pada Jun-ha. "Apa? Kami baru saja saling kenal" jawab Hee-mi sejujurnya. "Si brengsek itu!" maki Hyeong-sik kesal. "Ayo cepat naik. Tarik ke atas!" perintah Hyeong-sik pada temannya yang ada di atas. Tim SAR menarik tubuh Hee-mi ke atas.
Yu-jin berusaha berpijak pada hak sepatunya. Air sudah setinggi lehernya. Tiba-tiba HP nya berbunyi. Doktor Kim menelpon. "Hallo? Dimana kau?" tanya Doktor Kim. "Aku baik-baik saja. Bagaimana dengan Ji-min?" Yu-jin berbohong. "Aku bersamanya di atap. Kau ada dimana?" Yu-jin hanya terdiam. "Katakan padaku kau ada dimana!" teriak Doktor Kim. "Di dalam elevator" jawab Yu-jin beberapa saat kemudian. "Apa?" teriakan Doktor Kim jadi tambah keras karna kaget. "Aku tenggelam di dalam elevator hotel" jelas Yu-jin. "Di lantai berapa?" teriak Doktor Kim semakin panik. "Lantai 10. Sayang. Sayang, aku akan segera pergi" kata Yu-jin sambil terisak. "Tunggu! Aku akan segera kesana" teriak Doktor Kim. "Tidak, jangan datang! Sudah terlambat. Airnya sudah sampai ke leherku" pinta Yu-jin. "Yu-jin! Tetaplah bertahan! Tetaplah bertahan! Ji-min disini! Ini mama. Tunggu sebentar" teriak Doktor Kim sambil menyerahkan teleponnya pada Ji-min.
Ji-min bicara pada mamanya, sementara Doktor Kim mencoba menerobos pasukan keamanan yang melarang orang-orang yang ada di atas atap untuk turun ke bawah karna situasinya sangat berbahaya. "Mama! Mama!" teriak Ji-min. "Ji-min, apa kau baik-baik saja? Apa kau terluka?" tanya Yu-jin pada putrinya. "Tidak, aku baik-baik saja. Aku bersama paman!" jawab Ji-min. "Ji-min, dengarkan baik-baik apa yang akan mama katakan padamu. Ada satu hal yang harus aku katakan padamu. Pria yang sedang bersamamu sekarang adalah papamu. Aku akan mengatakannya di masa mendatang..." ungkap Ji-min sambil terisak.
"Mama, kenapa kau menangis? Cepat datanglah kemari. Aku merindukanmu" rengek Ji-min. "Aku juga merindukanmu. Aku sangat merindukanmu. Aku mencintaimu" balas Yu-jin. "Aku juga mencintaimu" kata Ji-min lagi. "Aku sangat mencintaimu" kata Yu-jin untuk terakhir kalinya. Ia sudah tak bisa berkata apa-apa lagi karna tenggelam. Ji-min terusa saja berteriak memanggil-manggil mamanya. Doktor Kim yang tak berhasil turun pun menghampiri Ji-min dan mencoba memanggil Yu-jin tapi hasilnya nihil.
Saat tenggelam, Yu-jin masih berusaha menggedor-gedor pintu lift. Untung saja saat itu, tukang ledeng yang pernah memperbaiki saluran air di kamarnya sedang lewat. Tukang ledeng itu berhasil mengeluarkan Yu-jin dari dalam lift kemudian meminta Yu-jin untuk segera keluar dari tempat itu.
Di jembatan Kwang-an, Dong-chun yang kedinginan mencoba menyalakan rokok. Tapi ia kaget karna api yang keluar dari lighter nya begitu besar. Dong-chun pun melempar lighternya. Lighter itu terjatuh di dekat cairan merah yang mengalir dari atas kapal tanker.
Cairan itu cairan minyak mentah. Yang reaksinya kalau ketemu api tentu saja....Yap...Lighter Dong-chun jatuh ke genangan minyak mentah dan menyebabkan kebakaran. Kebakaran itu merembet kemana-mana. Dong-chun langsung mengambil langkah seribu untuk menyelamatkan dirinya. Api kemudian merembet dan meledakkan kendaraan yang ada di sekitar situ.
Dong-chun lari di kejar ledakan. Api juga mendekati kapal tanker. Tak berapa lama kemudian, kapal tanker pun ikut terbakar dan meledak. Kontainer di dalamnya ada yang jatuh ke air, ada juga yang terbang melesat menghantam gedung-gedung di sekitar tempat itu. Ledakan kapal tanker membuat jembatan Kwang-an hancur. (Dong-chun baru saja menghancurkan sebuah jembatan!).
Man-sik berusaha naik ke tempat yang lebih tinggi. Ia sedang berusaha membantu Yeon-hee untuk ikut naik ke tempat yang lebih tinggi. Tapi sayang, tiba-tiba ada jendela yang jatuh dan membentur tubuh Man-sik hingga membuat Man-sik jatuh ke air. Yeon-hee secepatnya berusaha memegang Man-sik yang hampir saja terbawa arus. Yeon-hee berjuang sekuatnya untuk terus memegangi Man-sik. Mayat-mayat hanyut di sekitar mereka.
"Pegang tanganku! Pegang erat! Kakak, pegang tanganku dengan erat. Jika kau lepaskan,akan kubunuh kau!" seru Yeon-hee. "Yeon-hee! Aku ingin mengatakan padamu satu hal!" ungkap Man-sik. "Bicaralah" kata Yeon-hee kemudian. "Harusnya kukatakan ini sejak awal, tapi aku tak bisa melakukannya" kata Man-sik. "Tutup mulutmu dan tetaplah berpegangan" hardik Yeon-hee. "Tidak, tidak. Jika aku mati seperti ini, roh ku takkan tenang" tambah Man-sik.
"Apa yang sedang kau bicarakan? Apa kau tak ingin menikahiku? Atau kau hanya mempermainkan aku?" teriak Yeon-hee. "Tidak, aku tak bercanda. Aku serius. Aku benar-benar mencintaimu!" Man-sik ikut berteriak. "Kalau begitu bertahanlah! Jika kau hidup, kita bisa melakukan apapun yang kau inginkan!" tambah Yeon-hee.
"Terima kasih. Terima kasih banyak" ungkap Man-sik. "Hentikan! Jika kau mati hari ini, aku akan benar-benar membunuhmu! Peganglah dengan erat" ancam Yeon-hee. Pegangan Man-sik sengaja di lepaskan. Karna kalau tidak, Yeon-hee bisa ikut jatuh dan hanyut terbawa arus. "Yeon-hee! Tetaplah hidup. Tetaplah hidup...Yeon-hee, dan berbahagialah" kata Man-sik sebelum timbul tenggelam karna arus yang begitu deras. Yeon-hee hanya bisa berteriak memanggil Man.-sik sambil menangis.
Tiba-tiba ada seseorang yang tangannya terluka mencoba meraih Man-sik dan berusaha untuk mengangkat Man-sik. Ternyata orang itu adalah Eok-jo. Eok-jo berusaha sekuat tenaga untuk mengangkat Man-sik yang hampir pingsan. Setelah beberapa saat kemudian, Man-sik berhasil ditarik ke atas tiang tempatnya berpijak. Yeon-hee berteriak meminta Man-sik untuk berpegangan dengan erat. Eok-jo senang Man-sik baik-baik saja.
Tiba-tiba Yeon-hee berteriak. Tepat saat Eok-jo menoleh, sebuah papan reklame yang hanyut terbawa air menghantam tubuhnya. Yeon-hee berteriak sambil menangisi tragisnya nasib Eok-jo.
Man-sik juga ikut berteriak memanggil-manggil pamannya. Ini pertama dan terakhir kalinya Man-sik memanggil Eok-jo dengan sebutan paman.
Helikopter Tim SAR sedang mencoba mengangkat tubuh Hyeong-sik dan Jun-ha. Tiba-tiba talinya tersendat. "Apa yang terjadi?" tanya Hee-mi. "Kupikir bebannya terlalu berat!" jawab teman Hyeong-sik. "Apa yang kau lakukan? Cepat tarik!" kata Hyeong-sik. "Tunggu sebentar! Atapnya akan runtuh!" jelas teman Hyeong-sik. Teman Hyeong-sik dan Hee-mi mencoba menarik talinya. Tapi sayang usaha mereka sia-sia belaka. "Bagaimana jika satu orang?" kata Hyeong-sik tiba-tiba. "Ya, mungkin bisa jika hanya menahan satu orang!" jawab temannya. "Tidak, Hyeong-sik, tidak boleh! Jangan!" teriak Hee-mi panik dan ketakutan.
Hyeong-sik bingung apa yang harus dilakukannya. Tapi ia juga harus cepat mengambil keputusan. Karna kalau tidak, helikopter itu juga bisa ikut jatuh karna tak kuat menahan beban. Hyeong-sik menangis, kemudian ia menarik nafas panjang dan melepas jam tangannya. "Hei! Berikan jam ini pada Hee-mi yang ada di atas sana" kata Hyeong-sik pada Jun-ha. Hee-mi masih saja berteriak sambil terisak dari atas sana. "Jangan Hyeong-sik, Jangan lakukan itu". "Cepat lakukan sesuatu!" teriak Hee-mi. Ia mencoba menarik tali dengan tangannya tapi sia-sia. "Tenang saja. Sekarang belum jam 3" seru Hyeong-sik.
Hyeong-sik melihat laut yang bergelora dibawahnya. Kemudian ia mengambil pisau yang ada di bahunya. Hee-mi masih tetap berteriak, "Jangan Hyeong-sik! Jika kau potong talinya kau akan mati! Hyeong-sik! Jangan!". "Cepat segera tinggalkan tempat ini!" pesan Hyeong-sik untuk terakhir kalinya. (hik...hik...huaaaaaa......).
Hyeong-sik memotong tali yang menopang tubuhnya. Ia-pun jatuh ke laut. Hee-mi berteriak memanggil-manggil namanya. Sesaat Hyeong-sik muncul di permukaan, ia melambaikan tangannya. Selang beberapa saat kemudian, setelah itu, tubuh Hyeong-sik menghilang ditelan gelombang. Hee-mi menangis dan berteriak-teriak seperti orang gila.
"Wanita dan anak-anak dulu!" begitu kata pasukan yang mengevakuasi orang-orang yang ada di atas atap hotel dengan memakai helikopter. Doktor Kim langsung maju sambil menggendong Ji-min. Berusaha untuk menyelamatkan Ji-min. Tapi tiba-tiba Ji-min berteriak memanggil mamanya. Doktor Kim pun menurunkan Ji-min.
Ji-min berlari menghampiri mamanya. Doktor Kim menyusul di belakangnya. Ji-min memeluk mamanya. Doktor Kim memeluk mereka berdua. Tiba-tiba, ia kaget melihat gelombang pasang datang lagi. Kali ini tingginya melebihi atap tempat mereka berada. Orang-orang pun melihatnya. Mereka segera berebut untuk menyelamatkan diri.
Doktor Kim menggendong Ji-min dan ikut berdesak-desakan sambil berteriak agar mereka mau menyelamatkan Ji-min. Seorang nenek meraih tangan Ji-min dan menariknya masuk ke keranjang yang dikaitkan pada helikopter untuk mengangkut orang-orang yang masih selamat. Nenek itu berkata agar Doktor Kim jangan khawatir. Ia akan menjaga Ji-min. Doktor Kim sangat berterimakasih pada nenek itu.
Orang-orang berebutan naik karna takt pada gelombang pasang yang semakin lama semakin mendekat. Tapi mereka berjatuhan saat bergelantungan.
Ji-min berteriak memanggil mamanya sambil menangis. Doktor Kim berteriak pada Ji-min, "Ji-min, aku adalah papamu". Ji-min berhenti menangis. Kemudian, "Papa! Papa!" Ji-min berteriak memanggil papanya, untuk yang pertama dan terakhir kalinya. (hik..hik...).
Sepeninggal Ji-min, Doktor Kim dan Yu-jin memandang gelombang pasang di depan mereka yang semakin mendekat. Doktor Kim merangkul Yu-jin.
Yu-jin merapikan dasi Doktor Kim. "Kau sebut dirimu itu laki-laki?" kata Yu-jin sambil terisak. "Maaf. Aku minta maaf. Aku benar-benar minta maaf, Yu-jin" ungkap Doktor Kim. "Aku juga. Aku juga minta maaf" balas Yu-jin. Mereka berdua berpelukan sambil menangis. Gelombang pasang itu sudah hampir sampai.
Akhirnya gelombang pasang itu pun menghantam tempat dimana Doktor Kim dan Yu-jin berada.
Helikopter berkeliling mencari orang-orang yang masih selamat.
Di bawah jembatan Kwang-an (Aku menyebutnya di bawah jembatan coz jembatannya dah dihancurin ma Dong-chun. hehehe...). Dong-chun dibantu Hae-chan naik ke atas kontainer yang mengambang. Ibu Man-sik sudah ada di atasnya. Tiba-tiba terdengar teriakan Seung-hyeon meminta tolong.
Seung-hyeon ada dibawah. Ia meminta tolong karna tak bisa berenang dan takut tenggelam.
"Seung-hyeon!Seung-hyeon, Ayo kemari!" teriak Ibu Man-sik. Kemudian Ibu Man-sik meminta bantuan Hae-chan. Tapi Hae-chan bilang ia tak bisa berenang. Kemudian ia meminta bantuan Dong-chun. Tapi Dong-chun bilang ia bukan perenang yang baik. Ia hanya bisa gaya anjing. Karna kesal, Ibu Man-sik mendorong Dong-chun ke air dengan kakinya.
Helikopter terus berkeliling mencari korban yang selamat yang berhasil naik ke atap gedung yang tinggi. Di bawah gedung, sebuah sepatu hanyut terbawa arus air. Sepatu yang dibelikan Ibu Dong-chun untuk Dong-chun!.
Di kantor tim SAR di tepi laut. Atasan Doktor Kim menyampaikan pidatonya. "Kita takkan pernah melupakanpengorbanan dari pekerja SAR yang mempertaruhkan nyawanya dalam menghadapi bahaya, menghadapi kesulitan yang ada. Mereka bekerja tanpa rasa takut untuk menyelamatkan orang lain. Kita harus mengungkapkan rasa hormat yang terdalam dan memberikan penghargaan pada mereka. Kita menanggung rasa bersalah karna membuat mereka mempertaruhkan nyawa untuk kita saat kita melihat wajah-wajah keluarga mereka. Kita bersama berkumpul disini hari ini untuk mengenang jiwa kepahlawanan mereka dan berharap semoga mereka beristirahat dengan tenang di tempat peristirahatan terakhir mereka".
Ibu Man-sik menangisi kepergian Hyeong-sik dan Eok-jo. Yeon-hee dan Man-sik juga bersedih karna mereka. Hee-mi duduk dengan sesekali terisak. Saat ia melihat foto Hyeong-sik, tiba-tiba jam tangan Hyeong-sik yang ada di tas nya berbunyi. Pukul 3. Tentu saja Hee-mi jadi tambah sedih karnanya.
Mereka memasang foto orang-orang yang mereka cintai di papan yang tlah disediakan. Yeon-hee memandangi foto Eok-jo dengan sedih. Seorang nenek meletakkan foto Doktor Kim dan Yu-jin bersama Ji-min kecil. Nenek itu menangis.
Di tepi pantai, Ji-min duduk berdua dengan Seung-hyun yang sibuk melukis. Sementara disekitar mereka banyak orang-orang yang sedang bekerja membereskan sisa-sisa amukan tsunami.
"Siapa yang menyelamatkanmu?" tanya Seung-hyun. "Aku? Paman..."jawab Ji-min. "Paman?" Seung-hyeon bertanya lagi. "Maksudku, Papaku" jawab Ji-min kemudian. "Ji-min! Ini saatnya pergi" panggil nenek Ji-min. "Ya nenek, Aku datang! Sampai jumpa" seru Ji-min sambil berpamitan pada Seung-hyeon. "Jaga dirimu" kata Seung-hyeon. Ji-min yang melangkah pergi tiba-tiba berhenti dan memandangi Seung-hyun sambil bertanya, "Hei! Apa kita pernah bertemu?". Seung-hyeon hanya menggeleng.
Note : Ne catatan tambahan dariku. Tadinya bingung waktu nonton bagian yang ne dan selalu bertanya-tanya pe diulang-ulang nontonnya. Coz aku bingung. Ga da sedikitpun adegan yang menunjukkan Seung-hyeon pernah bertemu Ji-min sebelumnya. setelah diselidiki, akhirnya aku menemukan bagian ini yang ternyata disensor .
Waktu itu Dong-chun mendandani Seung-hyeon. Tangan dan kaki Seung-hyeon dibalut perban. Matanya ditutup satu. Dong-chun melukis bintik-bintik hitam di wajah Seung-hyeon. Sedangkan Dong-chun memakai kacamata hitam dan tongkat sambil membawa baki. Seung-hyeon menuntun Dong-chun yang pura-pura buta di jalanan sebuah taman. Ji-min dan mamanya baru saja keluar dari kantor tempat Yu-jin bertemu dengan Doktor Kim.
Ji-min meminta uang pada mamanya untuk diberikan pada Seung-hyeon. Yu-jin mengeluarkan 10 ribu won dan Ji-min memberikannya kemudian meneruskan perjalanannya. Dong-chun membuka kacamata hitamnya dan memandangi uang 10ribu won yang tadi Ji-min letakkan di baki mereka dengan takjub. Sementara Seung-hyeon terus menatap kepergian Ji-min dan mamanya.
Ji-min meneruskan langkah bersama mamanya. Ia tersenyum senang karna baru saja berbagi dengan sesama.
Nah sekarang sudah jelas kenapa Ji-min bertanya apa Seung-hyeon pernah bertemu dengannya atau tidak.
Lanjut ke cerita film-nya...
Teman-teman Man-sik sedang membantu membersihkan pantai dari sisa puing-puing setelah tsunami. Tapi mereka berhenti sejenak untuk mengobrol. Mereka membicarakan tentang orang-orang disekitar mereka yang jadi korban keganasan tsunami. Mereka berkata, seandainya saja waktu itu Eok-jo tidak pergi untuk membatalkan proyeknya, ia pasti masih hidup karna kantornya terletak di gedung yang tinggi.
Tapi tak hanya Eok-jo saja yang kurang beruntung. Ibu Dong-chun harusnya juga masih hidup seandainya saja ia tak turun dari bis nya untuk membelikan sepatu buat Dong-chun. Kemudian mereka juga membicarakan Dong-chun yang mendapat penghargaan "Penghargaan Penduduk Paling Berdedikasi". Dong-chun menyelamatkan 13 nyawa di Jembatan Kwang-an. Si Pengecut itu juga menyelamatkan Seung-hyeon and Ibu Man-sik.
Sementara itu Dong-chun menyendiri di suatu tempat. Piagam penghargaan ada disampingnya. Sementara ia memeluk foto ibunya sambil menangis...
Yeon-hee memandangi rumahnya yang hancur diterjang gelombang. Tapi ia lega karna peristiwa tragis itu sudah berakhir. Yeon-hee mengumpulkan barang-barangnya yang masih bisa dipakai. Tiba-tiba ia tersenyum memandangi sehelai kain merah. Itu kain yang dulu akan dipakainya untuk memberi tanda pada Man-sik kalau ia menerima cinta Man-sik. Tapi karna kecewa pada Man-sik, kain itu pun di hanyutkannya ke laut. Siapa yang sangka kalau kain itu ada di situ.
"Apa ini?" tanya Man-sik sambil merebut kain itu dari tangan Yeon-hee. Yeon-hee mengejar Man-sik karnanya. Mereka berkejar-kejaran di sela-sela sisa amukan tsunami. Kain itu tiba-tiba terlepas dan diterbangkan angin karna Man-sik tak memegangnya dengan erat. Yeon-hee marah dan meminta Man-sik mengejar kain itu sampai dapat.
Lautan sudah mulai tenang. Dipucuk cakrawala, tampak pelangi terbentang dengan sinar indahnya.
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar