BAHASA ADALAH JIWA BANGSA
Pepatah di atas ada juga dalam bahasa Korea yaitu 언어는 그 민죽의 혼이다 ( eoneo neun geu minjukei honida ) . Namun sulit sekali bagi saya untuk membuat tafsiran atas peribahasa di atas.
Saya merasa terperanjat, ketika membaca berita dari KBS world dengan judul berita “Sebuah suku minoritas di Indonesia memilih Hangeul sebagai sistem huruf resmi “. Sebuah suku di kota Bau-bau di pulau Buton Propinsi Sulawesi selatan telah menerapkan huruf bahasa Korea ( hangeul ) untuk menuliskan bahasa asli mereka yang disebut dengan ” bahasa cia-cia “. Ini juga merupakan hal yang pertama kali di mana abjad Korea digunakan oleh masyarakat di Luar negeri. Dalam berita tersebut di katakan bahwa di kota tersebut telah di adakan pelajaran sistem tulisan bahasa korea untuk murid Sekolah Dasar dengan waktu 4 jam per minggunya. Untuk program tersebut Profesor Universitas Nasional Seoul Lee Ho young, membantu untuk menciptakan buku pelajaran untuk suku minoritas di propinsi tersebut.
Sebagai penutur bahasa daerah juga, saya merasa sangat bersalah, di mana satu sisi harus bisa melestarikannya, namun di sisi lain mempelajarinya seakan tidak update atas tuntutan zaman. Saya senang dengan bahasa daerah, bukan berarti primordialis, namun karena saya merasa ada “unggah- ungguh” nya dalam bahasa tersebut. Saya cinta bahasa Indonesia, bukan berarti tidak “go international ” dan senang mempelajari bahasa asing bukan berarti tidak senang akan budaya bangsa sendiri.
Saya tidak ingin berpendapat, namun terus berfikir dan semoga bisa berbuat.
From : http://tazkiana.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar