Minggu, 12 Desember 2010

Miracle of Giving Fool Episode 1

















Profile

§                     Movie: Miracle of a Giving Fool / BA:BO
§                     Revised Romanization: Pabo
§                     Hangul: 바보
§                     Director: Jeong-kwon Kim
§                     Writer  : Pool Kang, Kim Young-Tak
§                     Producer: Young Kim, Hae-hyuk Yoo
§                     Cinematographer: Tae-kyung Kim
§                     Released: February 28, 2008
§                     Runtime : 108 min.
§                     Production Budget: US$ 3.5M
§                     Distributor: CJ Entertainment
§                     Country: South Korea
§                     Language: Korean

Awards :

2008 (45th) Daejong Film Awards - June 27th - Overseas Popularity Award (Cha Tae-Hyun)

Cast :

Cha Tae-hyeon (차태현)      as        Seung-ryong (승룡)
Ha Ji-won (하지원)              as        Ji-ho (지호)
Park Hee-soon (박희순)       as        Sang-soo (상수)
Park Grina (박그리나)          as        Heui-yeong (희영)
Lee Ki-young (이기영)          as        Pemilik Kafe “Bintang Kecil”  (작은별 사장)
Park Ha-seon (박하선)         as        Ji-in (지인)
Song Jae-ho (송재호)          as        Papa Ji-ho (지호 아빠)
Jeong Kyeong-soon(정경순)  as        Bibi Ji-ho (지호 고모)
Jo Deok-hyeon (조덕현)      as         Tuan Kim ( 사장)
Jeong Jae-jin (정재진)        as         Pemulung (관리인 할아버지)
Jeon Mi-seon (전미선)         as         Mama Seung-ryong (아역 승룡 엄마)

SINOPSIS


Narator : Seperti di kota-kota lain, di kota ini juga ada orang bodoh. Dia memang bodoh. Benar-benar bodoh. Dia tak punya kemampuan apapun. Membuat roti panggang adalah satu-satunya hal yang dia bisa. Si bodoh itu menunggu seseorang. Hari berganti hari, satu tahun menjadi dua tahun. Dia terus dan terus menunggu orang itu.

Ji-ho yang lama tinggal di Eropa, pulang ke desanya. “Di mana aku harus berhenti?” kata sopir taksi pada Ji-ho. “Disini juga tak apa-apa” jawab Ji-ho

Narator: Gadis yang ditunggu si bodoh itu akhirnya kembali

Si bodoh itu terkejut. Awalnya tak percaya dengan penglihatannya. Tapi kemudian ia menuruni bukit tempat ia menunggu kedatangan gadis itu selama ini. Ia senang sekali melihat  kedatangan Ji-ho. Ji-ho heran melihat laki-laki itu menuruni bukit dengan tergesa-gesa dan terjatuh karnanya. Si bodoh itu hanya tertawa dan tertawa. kemudian Si bodoh itu terus saja mengikuti Ji-ho hingga Ji-ho heran dibuatnya.

Ji-ho heran, karna si bodoh itu mengenalnya dan mengatakan senang berjumpa kembali dengan Ji-ho. Si bodoh itu meminta maaf pada Ji-ho kemudian mengatakan senang berjumpa dengan Ji-ho lalu kemudian pergi begitu saja. Tapi Ji-ho tak mengerti apa yang dimaksudnya.



Seorang pemulung keliling desa mengumpulkan barang-barang bekas. Ji-ho melihat pemulung itu mengambil sepatu si bodoh yang tadi berkelakuan aneh padanya. Entah kenapa, Ji-ho mengatakan pada pemulung itu bahwa itu sepatunya. Makanya pemulung itu-pun mengembalikan “sepatu Ji-ho", yang di ambil Ji-ho dengan pandangan jijik..



Ji-ho sampai di depan rumahnya. “Papa!” panggil Ji-ho. Sementara itu didalam rumah Ji-ho, papa Ji-ho sedang asyik nonton TV bersama adiknya (bibi Ji-ho). “Bukankah itu Ji-ho?” kata papa Ji-ho. “Tidak mungkin. Dia sudah di Eropa selama sepuluh tahun.” Jawab bibi Ji-ho. Bibi Ji-ho asyik mengupas buah dan papa Ji-ho membaca koran sambil nonton TV. 




Mereka baru tersadar saat Ji-ho kembali berteriak memanggil papanya. Papa dan bibinya sangat senang dengan kedatangan Ji-ho. Sebelum masuk, Ji-ho masih sempat menggoda Bibinya yang masih tinggal bersama Papa Ji-ho karna masih belum menikah juga.

Malam itu, Si bodoh, memandang Ji-ho yang sedang berdiri di balkon kamarnya sambil bersembunyi di balik tiang listrik dan tertawa senang bisa melihat Ji-ho lagi.



Pagi itu di rumah Ji-ho. Akhirnya kau bangun juga “ kata bibi Ji-ho. “Apa papa sudah berangkat ke rumah sakit?” Tanya Ji-ho. “Tentu saja. Lihat jam berapa sekarang”, jawab bibinya. "Dia benar-benar bahagia, karna kau pulang. Bilang saja padaku kalau kau butuh sesuatu. Oh ya, ada satu lagi, kenapa kau membawa pulang sepatu Seung-ryong?”  tanya bibinya kemudian. Mulanya Ji-ho bingung. Tapi kemudian ia ingat tentang sepatu yang dimintanya dari pemulung kemarin.

 “ Seung-ryong?”, Ji-ho mencoba mengingat-ingat siapa itu Seung-ryong. Bibinya bilang, Seung-ryong itu teman sekolah Ji-ho yang bodoh. Ji-ho sama sekali tak ingat. Seingatnya, ia tak punya teman yang bodoh.

“Apa kau akan pergi?” Tanya bibi Ji-ho. “Aku ingin minum kopi” jawab Ji-ho. “ Tak perlu keluar. Aku bisa membuatkannya untukmu. “Jangan khawatir, bibi. Aku hanya keluar sebentar. “ jawab Ji-ho sambil melangkah keluar rumah.

Di luar rumah...“Ada banyak kafe di sini. Little Star?” Ji-ho membaca papan nama kafe itu dan tertarik, kemudian, ia pun masuk ke dalam kafe.

Di dalam kafe, Ji-ho kesal karna pelayannya kasar, kopinya berminyak dan ternyata pelayannya sedang bermesraan dengan seorang pria. Lalu tiba-tiba ada seorang pemuda duduk di depannya. "Nona, kita tidak ada lowongan kerja” kata pemuda itu. “ Aku hanya datang untuk minum kopi” jawab Ji-ho. “Kopi? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya pemuda yang bernama Sang-su itu lagi. “Tidak “ jawab Ji-ho takut-takut. “ Sudahlah, kuharap kau cepat pergi dari sini. Tampaknya kau tak tahu tempat apa ini. Disini cuma tempat untuk orang kaya bodoh yang ingin minum-minum dan wanita yang tidak punya uang juga datang kesini untuk mencari uang.  Jika  kau mengerti maksudku, cepatlah keluar dari sini. Ada banyak kedai kopi yang lain di sekitar sini “ kata Sang-su kemudian.



Saat Ji-ho bersiap hendak pergi, tiba-tiba laki-laki yang tadi bersama pelayan kafe duduk di sebelah Ji-ho dan menggodanya. Sang-su memarahi laki-laki yang selalu bicara sok inggris itu. Laki-laki yang bernama Tn. Kim itu terus saja menggoda Ji-ho sampai akhinya takut juga di bentak oleh Sang-su. Saat Sang-su membentak Tn. Kim, Ji-ho pun berjalan keluar.

Saat sudah hampir sampai di rumahnya, ia melihat Seung-ryong sedang bersembunyi di balik tiang listrik sambil memandangi rumah Ji-ho. Ji-ho mendekatinya sambil tersenyum dan menyapanya. 




“Lee Seung-ryong? Apa kau Lee Seung-ryong? Hei! Ini aku, Kita sekelas kan? Seok Ji-ho, kau ingat?” kata Ji-ho.  “Aku tidak tahu kau masih tinggal di sini” tambah Ji-ho. “Seung-ryong tidak pergi ke mana-mana.” Jawab Seung-ryong dengan terbata-bata dan kemudian meminta maaf dan mengatakan kalau Ji-ho takkan melihat Seung-ryeong lagi. Seung-ryong terus saja meminta maaf pada Ji-ho yang tambah bingung apa  maksudnya, dan kemudian lari dengan terburu-buru sampai sepatunya ketinggalan lagi satu. Biarpun Ji-ho teriak, tapi Seung-ryong tetap tak mau berhenti. Kemudian, Ji-ho menghampiri sebelah sepatu Seung-ryong, “ Sekarang aku sudah punya sepasang” kata Ji-ho.

Narator : Si bodoh senang karna gadis itu sudah datang kembali.

Sambil tertawa, Seung-ryong berlari tanpa mempedulikan sekelilingnya. Sampai-sampai ia juga menabrak orang kemudian menyapa orang-orang yang bertemu dengannya.

Narator : Setelah sepuluh tahun, akhirnya si bodoh itu merasa gembira.  Karena sekarang ia bisa melihat Ji-ho setiap hari. Ia terus berlari dan tak peduli dengan orang-orang yang memanggilnya bodoh.

Masa kecil Ji-ho dan Seung-ryong :
Ji-ho sedang bermain piano dan merasa ada yang mengintipnya. Tapi saat ia menghampiri, tak seorangpun ada disitu. Anak laki-laki sedang bermain sepakbola saat tiba-tiba mereka melihat asap di lantai 3. Seorang anak berteriak memberitahu Sang-su kalau ada asap. Mereka pun segera berhenti bermain dan berlari menuju ke sana.

Ternyata piano yang dibelikan Ayah Ji-ho untuk sekolah mereka terbakar.  Ji-ho diam membisu memandangi piano-nya yang terbakar. Mereka menuduh Seung-ryong yang membakar piano-nya karna hampir setiap istirahat Seung-ryong selalu ke ruang Ji-ho bermain piano.

















Ibu Seung-ryong bertanya pada para guru, apakah mereka yakin Seung-ryong bertanggung jawab atas kebakaran itu. Ibu Seung-ryong tak mengerti kenapa mereka menuduh Seun-ryong. Apa karna Seung-ryong berbeda dengan anak-anak yang lain?. Para guru tak bisa menjawabnya. Tapi tetap saja mengeluarkan Seung-ryong dari sekolah atas permintaan orangtua murid yang lain. Ibu Seung-ryong menatap Seung-ryong dan tersenyum kemudian berkata, "Seung-ryong, aku percaya padamu. Aku tahu kau tidak akan berbohong".

Kembali ke masa sekarang :
"Tapi sekarang, Ibu sudah tak ada. Ibu sudah meninggal dan menjadi bintang" batin Seung-ryong yang sedang duduk di bukit favoritnya. Sang-su berjalan menghampirinya. "Kehilangan sepatu lagi?" tanya Sang-su. Seung-ryong hanya menjawabnya dengan tawanya.

Masa lalu :
Sang-su sedang berkumpul bersama tiga temannya di tempat Ji-ho bermain piano. "Wow, Sang-soo. kau bahkan bisa merokok?" kata salah seorang dari mereka. Tentu saja bisa. Ini seh hal kecil " jawab Sang-su. "Hei, itu si bodoh Seung-ryong" teriak salah satu dari mereka. Ketiga teman Sang-su kemudian keluar dan meledek Sang-su dan berteriak marah karna Seung-ryong sudah mengagetkan mereka. Mereka pikir tadi yang datang guru.

Sementara itu Seung-ryong sedang mengamati Sang-su yang sedang merokok. Sang-su terbatuk-batuk dan membuang rokok itu begitu saja. Sang-su tak sadar kalau rokoknya yang masih menyala itu masuk ke kolong piano Ji-ho 

Sang-su memperhatikan kepergian Seung-ryong bersama ibunya dari sekolah melalui jendela kelasnya. Sedangkan Seung-ryong terus memandangi ke kelasnya, tepatnya ke tempat Ji-ho duduk tanpa tahu tentang Sang-su yang terus memandangi kepergiannya dengan tatapan penyesalan.

Masa sekarang:
Seung-ryong dan Sang-su berbaring di bukit. . Seung-ryong menyanyikan lagu Twinkle-twinkle little stars. "Kau tak bosan menyanyikannya selama 10 tahun ini?" tanya Sang-su. Seung-ryong tak peduli dan terus bernyanyi. Tapi kemudian ia berhenti dan bertanya pada Sang-su apa Sang-su tak masuk kerja di kafe "Little stars" hari ini. Tapi Sang-su bilang ia ingin berbaring disini bersama Seung-ryong sebentar saja.  


Pagi hari di rumah Seung-ryong, Seung-ryong bangun dan memandang ke atap kamarnya. 
"Bangun, buatkan Ji-in sarapan dulu. Tenang. Jangan berisik. Hati-hati dengan nampannya agar Ji-in tidak terbangun. Tutupi agar tetap hangat" kata Seung-ryong. 

Seung-ryong membuatkan roti panggang untuk sarapan adik perempuannya Ji-in. dan juga menyiapkan sebotol susu, mengaturnya di nampan dan di taruh di depan kamar Ji-in. karna tak ingin rotinya dingin, Seung-ryong menutupi roti itu dengan mangkok yang lebih besar berlapis-lapis.Seung-ryong juga menggunakan panci untuk menutupi roti panggang itu. Bahkan juga menutupinya dengan tudung bayi!

Pagi itu seperti biasanya, Seung-ryong memulai aktifitasnya berjualan roti panggang di samping sekolah. " Sentuhan kasih sayang untuk orang yang sakit. Roti panggang untuk perut yang kosong. Dan seribu won harganya". Itu adalah kata yang selalu diucapkan Seung-ryong pada para pembeli roti panggangnya. (sebut saja kata mutiara khas Seung-ryong)

Pagi itu salah seorang teman Ji-in menawari Ji-in untuk membeli roti panggang si bodoh. Tapi Ji-in malah memarahi temannya dan bilang kalau hal yang paling dibencinya di dunia ini adalah roti panggang. Dengan susah payah, teman Ji-in berlari menghampiri Ji-in yang kesal.

Seung-ryong masih memperhatikan adiknya dari warung jualannya  sambil tersenyum tanpa menyadari kehadiran Ji-ho. Saat Ji-ho menyapanya, Seung-ryong kaget dan mencoba menyembunyikan wajahnya di balik spatulanya (spatula spongebob..hehehehehe...). Sementara Ji-ho memandanginya dengan senyum-senyum. 

Ji-ho meminta Seung-ryong membuatkannya roti panggang. Seung-ryong membuatnya dengan rasa ketakutan bercampur senang. Sampai ia menumpahkan gula ke roti panggang yang dibuatnya untuk Ji-ho. Biarpun agak manis, tapi Ji-ho memuji roti panggang buatan Seung-ryong yang memang enak itu. Sedangkan Seung-ryong tertawa senang mendengar pujian Ji-ho.

Saat Ji-ho menanyakan harga roti panggangnya, seperti biasa, Seung-ryong mengucapkan kata-kata mutiaranya. Dan saat Seung-ryong mengatakan harganya seribu won, Ji-ho membayarnya dengan sepasang sepatu Seung-ryong. "Masing-masing berharga 500 won, jadi cukup kan untuk membayar roti panggangnya" kata Ji-ho sambil mengeluarkan 2 buah sepatu milik Seung-ryong yang dipungutnya kemudian berlalu dari tempat Seung-ryong berjualan..


Sementara Seung-ryong memandangi kepergian Ji-ho dengan senyum dan tak mengindahkan Tuan Kim yang ingin membeli roti panggang yang di jualnya. Setelah itu, Seung-ryeong malah pergi meninggalkan warung roti panggangnya sambil berlari dan tertawa senang. Sementara Tuan Kim bingung dibuatnya karna ada pelajar yang ingin dibuatkan roti panggang.


Di rumah, Bibi Ji-ho menanti Ji-ho di kamar Ji-ho. Agak kesal karna Ji-ho lama sekali pulangnya. Tak lama kemudian Ji-ho pun pulang. Bibi Ji-ho yang sedang memandangi foto masa kecil Ji-ho bertanya pada Ji-ho apa ia ingat tentang foto itu. Itu foto adalah foto saat festival sekolah Ji-ho. Saat Ji-ho diundang ke atas panggung untuk memainkan piano, Ji-ho tak bisa melakukan apa-apa hingga membuat gurunya cemas memikirkannya.


Kemudian Bibi Ji-ho bercerita tentang Seung-ryong. Seung-ryong tidak bodoh sejak lahir. Seung-ryong jadi seperti itu karna keracunan gas. Waktu itu ada kebocoran gas di rumah Seung-ryong. Ayah Seung-ryong yang tercekik bau gas berusaha sebisanya untuk membuka pintu kamar dan setelah susah payah berhasil mengeluarkan Seung-ryong. Ayah Seung-ryong meninggal karnanya, sedangkan Seung-ryong selamat meskipun ia baru sadar beberapa hari setelah kejadian itu. Tapi ternyata, akibat banyaknya gas yang masuk ke otaknya membuat otak Seung-ryong rusak secara permanen dan membuat Seung-ryong jadi bodoh seperti sekarang.

Ji-ho mengingat cerita Bibinya tentang Seung-ryong sambil duduk di bukit favorit Seung-ryong.

Malam hari di depan rumah Ji-ho. Seperti biasa, Seung-ryong menyanyikan lagu Twinkle-twinkle little stars sambil tersenyum-senyum sambil memandangi beranda kamar Ji-ho. Seung-ryong tak menyadari kehadiran Ji-ho di belakangnya.

"Seung-ryong? Seung-ryong!" sapa Ji-ho. Dan seperti biasanya, dengan tergagap-gagap Seung-ryong meminta maaf pada Ji-ho dan pergi meninggalkan Ji-ho begitu saja. "LEE Seung-ryong, Berhenti di sana! Kenapa kau terus melarikan diri dariku? Katakan padaku". teriak Ji-ho. Seung-ryong berhenti berlari dan berbalik. "Ji-ho ... Yang tidak ingin bertemu denganku. Ji-ho menyuruhku pergi. Kau bilang pergi. pergi dan menghilang ...Jadi aku akan melakukannya untuk Ji-ho" jawab Seung-ryong dengan gaya bicaranya yang terbata-bata.

"Benarkah aku bilang begitu? Aku tak ingat apa yang sudah pernah kuucapkan padamu. Tapi sekarang kubilang tak apa-apa. Jadi jangan melarikan diri lagi dariku. Oke?" kata Ji-ho kemudian. "Benarkah?" tanya Seung-ryong. "Tentu saja" jawab Ji-ho. Aku tidak perlu pergi sekarang? Aku bisa tetap disini sekarang? Sungguh?" kata Seung-ryong tak percaya. "Apakah kau senang?" tanya ji-ho. "Ya, aku senang. Sangat senang" jawab Seung-ryong dengan tertawa-tawa.

Ji-ho memperhatikan sepatu yang dipakai Seung-ryong. Seung-ryong memakai sepatu yang keduanya harusnya dipakai untuk kaki kanan. "Hei, Seung-ryong! Ada apa dengan sepatumu?" tanya Ji-ho. "Sepatu dari Ji-ho ..." jawab Seung-ryong. "Apa kakimu tidak sakit?" tanya Ji-ho lagi. "Kakiku tidak sakit. Ini sepatu dari Ji-ho. Ji-ho yang memberikan sepatu ini" jawab Seung-ryong. 

Ji-ho berusaha melepaskan sepatu Seung-ryong, tapi Seung-ryong berusaha menghindar sampai akhirnya usaha Ji-ho melepas sepatu Seung-ryong berhasil. Ji-ho masuk ke dalam rumah dan meminta Seung-ryong menunggunya sebentar.

Ji-ho keluar dari rumah sambil membawa sepasang sepatu yang masih bagus untuk Seung-ryong. Ji-ho meminta Seung-ryong mencoba sepatu baru yang diberikannya dan mengatakan pada seung-ryong untuk memakainya dengan benar. Yang kanan harus dipakai di sebelah kanan. Yang kiri harus dipakai yang sebelah kiri. Saking senangnya seung-ryong sampai lupa mengucapkan terimakasih pada Ji-ho.

Seung-ryong berjalan sambil menghafalkan yang baru saja diajarkan oleh Ji-ho. Kaki kanan..kaki kiri....kanan...kiri...Begitu seterusnya hingga ia tiba di rumahnya. Seung-ryong mengingat masa lalunya.

Masa lalu : 
"Apa benar kau itu? Kau yang membuat pianoku terbakar? Katakan padaku! Apakah itu benar kau yang melakukannya? Kau yang membakarnya! Kenapa kau membakar pianoku, idiot?! Pergi! Aku takkan pernah mau melihatmu lagi! Pergi!" teriak Ji-ho pada Seung-ryong dengan tatapan tajam dan menangis sedih.


Narator : Si bodoh punya seorang adik perempuan

Seung-ryong masih memakai sepatu baru dari Ji-ho dan memakainya berputar-putar halaman rumah. Ji-in adik perempuannya menatapnya dengan tatapan benci, "Apa yang kamu lakukan?" tanya Ji-in dengan nada kesal. "Ji-ho memberikan sepatu ini padaku. Aku akan memakainya dengan baik karna Ji-ho menyuruhku begitu. Aku sedang mencoba berjalan dengan baik, tapi sulit" jelas Seung-ryong. Ji-in tak menghiraukan ocehan kakaknya. "Dasar idiot" ucap Ji-in sambil masuk ke dalam rumah dan membanting pintunya keras-keras. Seung-ryong memandangnya dengan tatapan sedih.

Tiba-tiba salju turun. Seung-ryong menadahkan tangannya. Dan tertawa senang.


Sementara itu, Ji-ho memperhatikan salju yang turun dari beranda kamarnya. Ji-ho senang, karna bisa melihat Seung-ryong lagi yang sedang berputar-putar di depan rumah Ji-ho. Ji-ho pun keluar menghampiri Seung-ryong.


"Apa yang kamu lakukan?" tanya Ji-ho. "Ji-ho bilang tak apa-apa. Ji-ho bilang aku bisa melihatnya. Ji-ho, kau lihat? Aku sedang menunjukkan padamu" kata Seung-ryong. "Tunjukkan apa? Apakah kau menari?" tanya Ji-ho. "Aku pandai kan? Aku...Aku berlatih dengan keras. Sepatu kanan disebelah kanan..sepatu kiri di sebelah kiri..." kata Seung-ryong. "Wow, kau begitu pintar! Kau berjalan dengan sangat baik! Itu cara jalan terbaik
yang pernah ku lihat. Kau datang jauh-jauh kesini hanya untuk menunjukkan padaku?" kata Ji-ho kemudian. "Dan piano Ji-ho... piano Ji-ho membuat salju turun. Saat aku mendengar Ji-ho bermain piano, bintang-bintang langsung muncul. Ji-ho bermain piano...sangat indah.." kata Seung-ryong.

"Kau...kau ingat aku bermain piano?" Ji-ho berkata dengan heran. Kemudian Ji-ho mengajak Seung-ryong untuk berkencan yang ditanggapi bingung oleh Seung-ryong. Yah...orang seperti Seung-ryong mana tahu artinya berkencan.


Sementara itu di Kafe "Little Stars, Sang-su sedang berbicara dengan wanita yang bekerja di Kafe Itu. Hwi-yeong. Hwi-yeong bilang ia tak ingin bekerja di Kafe lagi. Sang-su mendukung keputusan Hwi-yeong. Kemudian Hwi-yeong mengajak Sang-su berkencan karna melihat salju turun untuk pertama kalinya di musim dingin tahun ini. Sang-su setuju. Ia akan menunggu Hwi-yeong di pusat kota.


Hwi-yeong sedang bersiap-siap untuk berkencan dengan Sang-su saat hp-nya berdering. Seseorang menelpon dan meminta Hwi-yeong untuk datang ke tepat biasa. Saat Hwi-yeong menolak, orang itu mengancam akan menyebarkan foto Hwi-yeong yang ia punya.

Sementara itu, Ji-ho yang sedang bersama Seung-ryong sedang menikmati indahnya salju sambil makan roti. Ji-ho menasehati Seung-ryong untuk memakai kaus kaki agar kakinya hangat. Tapi Seung-ryong blang tidak apa-apa, ia tak merasa kedinginan. Kemudian Ji-ho bercerita tentang traumanya bermain piano. Sudah 20 tahun Ji-ho bermain piano. Tapi terakhir kali saat ia ada di panggung, ia merasa ketakutan sehingga sama sekali tak bisa bermain piano. Itulah yang membuat Ji-ho pulang ke kampung halamannya lagi. Ji-ho bertanya pada Seung-ryong apa yang harus dilakukannya untuk mengatasi rasa takutnya saat ada di panggung. Seung-ryong hanya tersenyum. "Tersenyum? Baiklah " kata ji-ho kemudian.


Pemulung berkeliling desa sambil bernyanyi. Untuk kesekian kalinya ia menemukan sepatu Seung-ryong dan melemparnya masuk ke dalam rumah Seung-ryong. Ji-in yang melihatnya mengambil sepatu itu dan memasukkannya ke dalam gudang tempat penyimpanan sepatu-sepatu Seung-ryong yang tercecer.

Sementara itu Sang-su ada di pusat kota. Menelpon Hwi-yeong yang tak kunjung datang memenuhi janjinya.

Ji-ho sudah sampai di depan rumahnya. Ia mengamati jejak kaki yang dibuat Seung-ryong tadi sebelum mereka pergi. Kemudian Ji-ho mengikuti jejak kaki itu sambil tertawa senang. Akhirnya Ji-ho berhenti saat melihat sepasang kaki orang yang berdiri di depannya yang ternyata Sang-su.

Sang-su tersenyum melihat tingkah Ji-ho. Kemudian mereka berbincang tentang Kafe. Ji-ho bilang ia belum menemukan Kafe yang pas. Jadi ia ingin suatu saat nanti kembali berkunjung ke Kafe Little Stars.

Ternyata Sang-su pergi ke rumah Seung-ryong dan mengajak Seung-ryong keluar. Sang-su mabuk di kedai di temani Seung-ryong. Sang-su minta Seung-ryong menemaninya minum. Tapi Seung-ryong tak mau. Seung-ryong memapah Sang-su pulang. Di jalan, Hwi-yeong yang pulang bersama dengan seorang pria yang ternyata pemilik Kafe Little Stars, memandangi Sang-su dengan tatapan sedih.

Pagi hari di rumah Seung-ryong, Ji-in keluar kamarnya dengan marah karna tersandung roti panggang yang dibuatkan Seung-ryong untuknya. Ji-in jengkel karna setiap hari roti itu ada disini.


Bersambung....

1 komentar:

  1. wah, terima kasih sinopsisnya.
    belum sempet pinjem dvd teman, jadi baca sinopsisnya dulu deh.
    :)

    BalasHapus