Seung-jo menemui presiden direktur di sebuah restaurant khas korea. Siapa sangka pertemuan antara president direktur dan Seung-jo, melibatkan He-ra. He-ra adalah cucu perempuan kesayangan dari president direktur. Seung-jo kaget saat mengetahui hal itu.
He-ra : Kau tidak harus merasa kaget seperti Seung-jo. Akupun sama kagetnya denganmu saat tahu bahwa kau adalah pengurus perusahaan yang baru.
President direktur : aku tidak tahu bahwa He-ra dan kau sudah saling kenal satu sama lain.
Seung-jo : Ya. Kami di satu perguruan tinggi yang sama dan di semester yang sama juga. Kami teman.
President direktur : aku tidak tahu bahwa He-ra dan kau sudah saling kenal satu sama lain.
Seung-jo : Ya. Kami di satu perguruan tinggi yang sama dan di semester yang sama juga. Kami teman.
President direktur : Aku merasa khawatir dengan He-ra, tapi sepertinya ini sebuah takdir antara kau dan He-ra.
President direktur menyuruh He-ra untuk memilih makanan yang lezat untuk dipesan. He-ra menyebutkan ketidaksukaan Seung-jo terhadap makanan yang berminyak, jadi He-ra menyarankan Seung-jo untuk memesan daging panggang. Melihat keakraban Seung-jo dan He-ra, president direktur memilih untuk meninggalkan mereka.
Di rumah, Ibu Seung-jo mencari Seung-jo.
Ha-ni : Seung-jo sudah pergi. Dia bilang ada sebuah janji. Ia menggunakan pakaian formal dan pergi. Ada apa?
Ibu Seung-jo tidak berkata apa-apa, ia hanya menatap Ha-ni dengan tatapan iba. Ibu Seung-jo sebenarnya ingin memberitahu Ha-ni tentang pertemuan antara Seung-jo dan He-ra.
Ha-ni : Seung-jo sudah pergi. Dia bilang ada sebuah janji. Ia menggunakan pakaian formal dan pergi. Ada apa?
Ibu Seung-jo tidak berkata apa-apa, ia hanya menatap Ha-ni dengan tatapan iba. Ibu Seung-jo sebenarnya ingin memberitahu Ha-ni tentang pertemuan antara Seung-jo dan He-ra.
Di sebuah taman.
He-ra : Kau merasa terkejut bukan?
Seung-jo : Iya. Sedikit terkejut.
He-ra : Kau terlihat sangat menyukai kakekku. Ini pertamakalinya aku dipertemukan dengan seorang laki-laki pilihan kakekku. Awalnya tentu saja aku tidak menyetujui pertemuan ini. Tapi saat aku tahu kalau laki-laki itu berasal dari perusahaan game di korea, aku yakin itu kau. Aku ingin tahu bagaimana reaksimu.
He-ra : Kau merasa terkejut bukan?
Seung-jo : Iya. Sedikit terkejut.
He-ra : Kau terlihat sangat menyukai kakekku. Ini pertamakalinya aku dipertemukan dengan seorang laki-laki pilihan kakekku. Awalnya tentu saja aku tidak menyetujui pertemuan ini. Tapi saat aku tahu kalau laki-laki itu berasal dari perusahaan game di korea, aku yakin itu kau. Aku ingin tahu bagaimana reaksimu.
Seung-jo : bagaimana reaksiku..
He-ra : kau.. kau.. mm.. (He-ra tidak dapat mendeskripsikannya)
Seung-jo : lalu bagaimana selanjutnya, apakah aku harus menikah denganmu? perusahaan sangat membutuhkan dana dari kakekmu.
He-ra : Itu mungkin saja terjadi. Tapi aku yakin, kau tidak menyukai hal ini.
Seung-jo : Akankah kau tidak menyukai hal ini?
Seung-jo tengah meminum air dari keran taman. He-ra datang, awalnya He-ra pun ingin melakukan hal yang sama, yaitu meminum langsung air dari keran itu. Tapi, He-ra malah mengarahkan air keran itu hingga membasahi Seung-jo.
Seung-jo tertawa : kenapa kau bertingkah seperti anak kecil?
Seung-jo berjalan mendekati He-ra dan dengan cepat ia membalas He-ra, Seung-jo mengarahkan air keran yang mengalir pada He-ra.
Seung-jo tertawa : kenapa kau bertingkah seperti anak kecil?
Seung-jo berjalan mendekati He-ra dan dengan cepat ia membalas He-ra, Seung-jo mengarahkan air keran yang mengalir pada He-ra.
Seung-jo : Kondisi seperti saat ini. Permainan tidak dapat dilanjutkan. Aku bersedia keluar bersama denganmu saat ini hanya karena urusan pekerjaan dan perusahaan. Karena saat ini aku berada di belakang orang-orang bekerja di perusahaan. Tapi, Karena kau adalah orang lain. Aku lega akan hal itu. Tapi, tidakkah kau tidak menyukai hal ini?
He-ra : Dengan menjadikan hal itu sebuah alasan? Aku tidak tahu bahwa kata-kata ini dapat keluar dari mulut Baek Seung-jo.
Seung-jo : benarkah? Hidup itu benar-benar ekstrim. Dan bukan sebuah permainan.
He-ra : tapi, aku keluar karena kau. Kau datang dan kau sangat senang bahwa itu adalah aku, tapi aku datang karena kau. Meskipun aku sudah mengetahui alasan kenapa kau datang. Hey, sejak aku tahu alasan yang sebenarnya, perasaanku jadi hancur. Jadi, aku melakukan hal yang benar dengan mengatakan tidak akan datang. Tapi, pagi ini, aku ingin keluar untuk mendapatkan kesenangan. Tidakkah kau terlihat seperti dirimu? Tapi, meskipun kenyataannya seperti itu, aku tidak akan melangkah sejauh itu. Ayo kita ambil kesempatan... di lain kesempatan.
Seung-jo : baiklah, itu terdengar bagus.
He-ra : benarkah? benarkah?
He-ra melompat-lompat senang, ia hampir terjatuh kalau Seung-jo tidak memegang tangannya.
He-ra : Dengan menjadikan hal itu sebuah alasan? Aku tidak tahu bahwa kata-kata ini dapat keluar dari mulut Baek Seung-jo.
Seung-jo : benarkah? Hidup itu benar-benar ekstrim. Dan bukan sebuah permainan.
He-ra : tapi, aku keluar karena kau. Kau datang dan kau sangat senang bahwa itu adalah aku, tapi aku datang karena kau. Meskipun aku sudah mengetahui alasan kenapa kau datang. Hey, sejak aku tahu alasan yang sebenarnya, perasaanku jadi hancur. Jadi, aku melakukan hal yang benar dengan mengatakan tidak akan datang. Tapi, pagi ini, aku ingin keluar untuk mendapatkan kesenangan. Tidakkah kau terlihat seperti dirimu? Tapi, meskipun kenyataannya seperti itu, aku tidak akan melangkah sejauh itu. Ayo kita ambil kesempatan... di lain kesempatan.
Seung-jo : baiklah, itu terdengar bagus.
He-ra : benarkah? benarkah?
He-ra melompat-lompat senang, ia hampir terjatuh kalau Seung-jo tidak memegang tangannya.
Ibu Seung-jo telah menceritakan pada Ha-ni tentang pertemuan antara Seung-jo dan He-ra. Ibu Seung-jo berkata pada Ha-ni : Itu benar. Sabarlah. Mungkin mereka akan merasa ketakutan. Dia tidak baik dengan perempuan dan dia juga tidak menyenangkan.
Ha-ni memaksakan diri untuk tersenyum, sebenarnya hatinya sakit mendengar hal itu.
Ha-ni memaksakan diri untuk tersenyum, sebenarnya hatinya sakit mendengar hal itu.
Seung-jo pulang.
Seung-jo : aku kembali.
Seung-jo : aku kembali.
Ibu Seung-jo dan Ha-ni menghampiri Seung-jo.
Ibu Seung-jo : Lekas, ceritakan sedikit mengenai pertemuanmu, Baek Seung-jo.
Seung-jo : bukankah kau akan mengunjungi ayah di rumah sakit. Cepat pergilah. Kita akan bicara nanti.
Ibu Seung-jo : Aduuuh, lihat sikapnya yang seperti itu. Siapa yang akan menyukai pria dingin seperti itu.
Ibu Seung-jo berbicara pada Ha-ni.
Ibu Seung-jo : Ha-ni. Mungkin hanyalah kau orangnya yang dapat mengimbangi dan mengarahkan sikap Seung-jo. Jadi, kau harus kuat.
Ibu Seung-jo : Lekas, ceritakan sedikit mengenai pertemuanmu, Baek Seung-jo.
Seung-jo : bukankah kau akan mengunjungi ayah di rumah sakit. Cepat pergilah. Kita akan bicara nanti.
Ibu Seung-jo : Aduuuh, lihat sikapnya yang seperti itu. Siapa yang akan menyukai pria dingin seperti itu.
Ibu Seung-jo berbicara pada Ha-ni.
Ibu Seung-jo : Ha-ni. Mungkin hanyalah kau orangnya yang dapat mengimbangi dan mengarahkan sikap Seung-jo. Jadi, kau harus kuat.
Ketika Ha-ni hendak ke kamarnya, ia bertemu dengan Seung-jo.
Ha-ni : Kau pulang cepat?
Seung-jo : Ya.
Ha-ni : Maaf. Apa kau telah menghadiri sebuah pertemuan yang membicarakan tentang pernikahan?
Seung-jo : Ya.
Ha-ni : Bagaimana?
Seung-jo : Apa kau sudah mendengar berita itu?
Ha-ni mengangguk.
Ha-ni : He-ra. Aku telah mendengarnya, He-ra adalah cucu dari pemilik Windy Media.
Seung-jo : Ya. Bukankah itu hal yang sangat bagus.
Ha-ni berkata dengan terbata-bata : Apakah, kau akan... menikah dengannya?
Seung-jo : menikah? Mungkin saja. Biasanya, seorang menikah setelah mengadakan pertemuan pernikahan bukan?
Ha-ni : Kau pulang cepat?
Seung-jo : Ya.
Ha-ni : Maaf. Apa kau telah menghadiri sebuah pertemuan yang membicarakan tentang pernikahan?
Seung-jo : Ya.
Ha-ni : Bagaimana?
Seung-jo : Apa kau sudah mendengar berita itu?
Ha-ni mengangguk.
Ha-ni : He-ra. Aku telah mendengarnya, He-ra adalah cucu dari pemilik Windy Media.
Seung-jo : Ya. Bukankah itu hal yang sangat bagus.
Ha-ni berkata dengan terbata-bata : Apakah, kau akan... menikah dengannya?
Seung-jo : menikah? Mungkin saja. Biasanya, seorang menikah setelah mengadakan pertemuan pernikahan bukan?
Setelah berkata seperti itu, Seung-jo langsung menuju kamarnya. Ia meninggalkan Ha-ni yang menangis dalam kesendiriannya. Ha-ni sangat menyukai Seung-jo, tapi Seung-jo terlihat tidak memperdulikan perasaannya. Ha-ni menangis. Tanpa sepengetahuan Ha-ni, Eun jo melihat Ha-ni menangis.
Seung-jo bukannya tak mempedulikan perasaan Ha-ni coz di kamar, Seung-jo termenung memikirkan Ha-ni.
Di kampus, Hani bertemu dengan kedua sahabatnya, Ha-ni mengatakan pada mereka bahwa Seung-jo akan menikah dengan He-ra. Satu sisi, kedua sahabat Ha-ni merasa sangat prihatin dengan apa yang dirasakan oleh Ha-ni, tapi mereka berpikir bahwa saat Seung-jo menikahi He-ra, maka lambat laun Ha-ni akan melupakan Seung-jo.
Seung-jo menandatangani sebuah berkas yang dibawa oleh Manager. Setelah menandatangi berkas itu, Manager menanyakan sesuatu.
Manager : Maaf, pak. Bagaimana pertemuan antara anda dengan cucu perempuan dari president direktur?
Seung-jo : baik.
Manager : Aku dengar bahwa kalian berdua sudah saling kenal satu sama lain.
Seung-jo : Ya, benar.
Manager : Maaf, pak. Bagaimana pertemuan antara anda dengan cucu perempuan dari president direktur?
Seung-jo : baik.
Manager : Aku dengar bahwa kalian berdua sudah saling kenal satu sama lain.
Seung-jo : Ya, benar.
Manager : Presiden Direktur ingin sekali kau menjadi menantunya.
Seung-jo tidak ingin membicarakan hal yang berkaitan antara hubungannya dengan He-ra. Jadi, Seung-jo mengalihkan pembicaraan mereka.
Seung-jo : Apakah tutorial dalam bentuk powerpoint sudah disiapkan dengan baik?
Manager : oh, ya. itu akan kami lakukan hari ini. Oh, baiklah. Aku akan meninggalkan ruangan ini.
Seung-jo mendapatkan pesan dari He-ra. Seung-jo mengabaikan pesan itu. Sepertinya Seung-jo teringat dengan Ha-ni. Seung-jo langsung mengirim sms pada Ha-ni.
Di perpustakaan. Ha-ni terlihat sangat pucat. Pesan yang dikirim oleh Seung-jo sampai ke Handphone Ha-ni. Tidak seperti biasanya, Hani merasa kesal membaca sms Seung-jo.
Ha-ni berada di restaurant ayahnya. Ia tengah bersama Jun-gu. Ha-ni sedang mencicipi masakan buatan Jun-gu.
Ha-ni : Hmm.. ini lezat. apakah semua makanan ini buatanmu sendiri?
Jun-gu : aku membuat ini dengan semua kekuatanku.
Ha-ni : bagaimana kau melakukan ini? Kau sangat mengagumkan Jun-gu.
Ha-ni : Hmm.. ini lezat. apakah semua makanan ini buatanmu sendiri?
Jun-gu : aku membuat ini dengan semua kekuatanku.
Ha-ni : bagaimana kau melakukan ini? Kau sangat mengagumkan Jun-gu.
Jun-gu : aku ingin kau yang pertama kali merasakan mie buatanku. Sebelum aku mulai memasak, terlebih dulu aku mencuci tanganku dengan amat bersih kemudian menyiapkan seluruh hatiku. Aku letakkan semua rasa di hatiku ke dalam masakanku itu.
Ha-ni terus memuji Jun-gu atas semua usahanya membuat masakan selezat ini. Jun-gu sangat senang mendengar pujian dari Ha-ni. Di sela-sela itu, Jun-gu dengan malu-malu mengajak Ha-ni untuk berkencan. Dan Ha-ni tentu saja menyetujui ajakan Jun-gu itu. Perasaan Ha-ni sedang tidak enak, mungkin berkencan dengan Jun-gu akan membuat perasaannya sedikit membaik. Jun-gu senang sekali, Ha-ni menyetujui hal itu.
Pagi harinya. Eun-jo tengah sarapan pagi dan Seung-jo datang.
Seung-jo : dimana Ha-ni?
Eun-jo : Dia pergi berkencan.
Seung-jo : kencan?
Seung-jo : dimana Ha-ni?
Eun-jo : Dia pergi berkencan.
Seung-jo : kencan?
Eun-jo : Dia benar-benar mempercantik dirinya sebelum ia pergi. Dengan jaket merah, sepatu merah. Dia pergi dengan segala yang ia pakai berwarna merah.
Seung-jo : benarkah? Kedengarannya seperti, dia pergi dengan laki-laki yang aneh.
Eun-jo memperhatikan Seung-jo. Eun-jo tahu kalau Seung-jo cemburu. Karena Seung-jo menghentak koran yang ia baca, saat ia tahu Ha-ni pergi berkencan dengan orang lain.
Jun-gu sudah datang lebih dulu dari Ha-ni. Jun-gu melihat kesekeliling, ia tengah mencari Ha-ni. Dan tidak berapa lama kemudian, Ha-ni datang.
Ha-ni : apakah kau sudah datang dari tadi?
Jun-gu : tidak juga, aku datang sekitar 3 jam yang lalu.
Ha-ni : benarkah? Apakah jam ku salah?
Ha-ni : apakah kau sudah datang dari tadi?
Jun-gu : tidak juga, aku datang sekitar 3 jam yang lalu.
Ha-ni : benarkah? Apakah jam ku salah?
Jun-gu: Bukan, bukan itu. Di rumah aku terus melihat jam tapi aku merasakan seperti waktu berjalan lambat. Jadi aku pergi lebih awal.
Ha-ni : benarkah?
Jun-gu : Kau telah benar-benar datang, Ha-ni. Aku rasa, aku akan benar-benar akan mati.
Jun-gu memuji Ha-ni yang terlihat sangat cantik. Jun-gu telah menyiapkan dua tiket bioskop.
Kemudian mereka berdua bersenang-senang. Mulai dari nonton film, Makan bersama. Pergi ke toko topi, toko kacamata, dan bermain baseball.
Lalu mereka berjalan di taman dan memetik bunga. Jun-gu sangat senang. Kemudian ia menyelipkan bunga itu di telinga Ha-ni. Kebetulan ada tukang foto lewat. Jun-gu memintanya memfoto mereka berdua.
Lalu mereka berjalan di taman dan memetik bunga. Jun-gu sangat senang. Kemudian ia menyelipkan bunga itu di telinga Ha-ni. Kebetulan ada tukang foto lewat. Jun-gu memintanya memfoto mereka berdua.
Di rumah sakit, Ayah Seung-jo, Ibu Seung-jo dan president direktur berbincang-bincang mengenai Seung-jo dan He-ra.
Ibu Seung-jo : menikah?
President direktur : Ya. Aku tahu bahwa keduanya berasal dari universitas yang sama dan mendapatkan peringkat pertama atau kedua selama mereka kuliah di sana. Selama sekolah dulu, aku dengar mereka bertemu sekali di pertandingan tennis.
Ayah Seung-jo: Ya,
Ibu Seung-jo : menikah?
President direktur : Ya. Aku tahu bahwa keduanya berasal dari universitas yang sama dan mendapatkan peringkat pertama atau kedua selama mereka kuliah di sana. Selama sekolah dulu, aku dengar mereka bertemu sekali di pertandingan tennis.
Ayah Seung-jo: Ya,
Ibu Seung-jo : Jika kau berpikir seperti itu, maka setiap pasangan di sebuah pertandingan merupakan sebuah takdir. Dan kalau begitu...
(Ayah Seung-jo memberikan isyarat pada Ibu Seung-jo untuk tidak melanjutkan perkataannya)
Ayah Seung-jo : Tapi, ini mengenai Seung jo dan He-ra. Mungkin pernikahan dapat ditunda setelah mereka menyelesaikan pendidikan mereka.
President direktur : bukankah mereka dapat melanjutkan pendidikan setelah mereka menikah? Akan lebih baik jika mereka melanjutkan pendidikan di luar negeri. Melakukan bisnis dan semuanya, aku belajar bahwa orang-orang seperti itu yang sangat dibutuhkan. Satu orang cerdas dapat memimpin 100 orang. Ketua Baek, janganlah kau memikirkan tentang uang
Seung-jo dan He-ra tengah menonton suatu pertunjukkan badut. Mereka terhibur oleh atraksi yang dimainkan. Tanpa sengaja Seung-jo melihat dua orang tengah bermain bulu tangkis, dan sayangnya... Seung-jo teringat Ha-ni. Seung-jo teringat kenangan saat Ha-ni memukul-mukulkan raketnya ke udara karena marah atas kedekatan antara Seung-jo dan He-ra. Seung-jo kangen Ha-ni kah? Pertunjukan badut selesai. Semua orang bertepuk tangan kecuali Seung-jo yang sedang melamun memikirkan Ha-ni.
Sementara itu, Ha-ni dan Jun-gu sedang makan malam.
Ha-ni: ah, aku sangat kenyang. Seharusnya aku yang membeli makan malam.
Jun-gu : apa yang kau katakan? Sudah lazim bila laki-laki yang mentraktir perempuan makan.
Ha-ni : Hari ini sungguh sangat menyenangkan. Filmnya juga sangat bagus.
Jun-gu : Ini adalah hari yang paling indah dalam hidupku.
Ha-ni: ah, aku sangat kenyang. Seharusnya aku yang membeli makan malam.
Jun-gu : apa yang kau katakan? Sudah lazim bila laki-laki yang mentraktir perempuan makan.
Ha-ni : Hari ini sungguh sangat menyenangkan. Filmnya juga sangat bagus.
Jun-gu : Ini adalah hari yang paling indah dalam hidupku.
Jun-gu : Ha-ni, senyummu adalah sesuatu hal yang sangat indah. Ketika aku ingin melihat senyummu setiap hari, aku mungkin tidak akan bisa memasak.
Ha-ni memperhatikan Jun-gu. Ha-ni tahu betapa tulusnya Jun-gu menyukai dirinya. Tapi, Ha-ni masih belum bisa melupakan Seung-jo.
Jun-gu : Kenapa? apakah ada yang aneh di wajahku. Apakah aku terlihat aneh.
Ha-ni : Terimakasih. Kau sungguh orang yang sangat baik. Akhirnya aku menyadari hal itu, aku sangat senang dengan kebaikanmu.
Ha-ni memperhatikan Jun-gu. Ha-ni tahu betapa tulusnya Jun-gu menyukai dirinya. Tapi, Ha-ni masih belum bisa melupakan Seung-jo.
Jun-gu : Kenapa? apakah ada yang aneh di wajahku. Apakah aku terlihat aneh.
Ha-ni : Terimakasih. Kau sungguh orang yang sangat baik. Akhirnya aku menyadari hal itu, aku sangat senang dengan kebaikanmu.
Jun-gu merasa tersanjung.
Joon Gu : Ha-ni, apakah kau pernah ke sungai Han?
Ha-ni : Belum, aku belum pernah ke sana.
Jun-gu : Aku juga belum pernah ke sana, semenjak aku datang dari Busan. Apakah kau ingin ke sana?
Ha-ni : ok. (Ha-ni mengangguk dan tersenyum)
Joon Gu : Ha-ni, apakah kau pernah ke sungai Han?
Ha-ni : Belum, aku belum pernah ke sana.
Jun-gu : Aku juga belum pernah ke sana, semenjak aku datang dari Busan. Apakah kau ingin ke sana?
Ha-ni : ok. (Ha-ni mengangguk dan tersenyum)
Seung-jo dan Hera pergi ke sebuah Kafe di tepi sungai Han.
He-ra : wah! Sungai Han sangaat indah!
Seung-jo : benarkah?
He-ra : Seung-jo kau sedang tidak fokus, benarkah perkiraanku? Apakah perkembangan game di perusahaan berjalan dengan baik? Kakekku bilang kalau idemu dalam pembuatan game itu sangat bagus.
He-ra : wah! Sungai Han sangaat indah!
Seung-jo : benarkah?
He-ra : Seung-jo kau sedang tidak fokus, benarkah perkiraanku? Apakah perkembangan game di perusahaan berjalan dengan baik? Kakekku bilang kalau idemu dalam pembuatan game itu sangat bagus.
Seung-jo : Setiap orang selalu mengatakan sesuatu hal yang berkaitan dengan 3 dimensi, 3D, Aku akan melakukan hal yang berbeda dari 3 dimensi. Lebih seperti sebuah animasi.
He-ra: wah! ide yang sangat bagus. Semua orang selalu berpikir tentang bagaimana membuat sebuah game yang terlihat seperti nyata. Itu sama seperti sebuah animasi. sebuah kebalikan.
Seung-jo : benar. Sebuah kebalikan. Mengambil kelemahan dari sebuah game dan menjadikannya sesuatu yang sangat kuat. Aku berpikir untuk membuatnya lebih seperti sebuah animasi.
He-ra : itu pasti alasan kenapa kakekku sangat menyukaimu. Kau sungguh jenius.
Ha-ni dan Jun-gu menaiki sebuah jembatan penghubung.
Jun-gu : Ha-ni, tempat apa ini?
Ha-ni : tampaknya seperti sebuah kafe.
Jun-gu : kafe. Ha-ni, bagaimana kalau kita masuk ke dalam sana.
Ha-ni : oke.
Jun-gu : Ha-ni, tempat apa ini?
Ha-ni : tampaknya seperti sebuah kafe.
Jun-gu : kafe. Ha-ni, bagaimana kalau kita masuk ke dalam sana.
Ha-ni : oke.
Jun-gu: ayo, cepat. Sebenarnya ini pertama kalinya dalam hidupku pergi ke tempat seperti ini. Jika aku tidak mengenalmu mungkin aku tidak akan pernah pergi ke tempat seperti ini. Tempat ini seperti yang ada di sebuah drama.
Ha-ni : apakah kau menyukainya?
Joon Gu : tentu saja. Aku sangat menyukai hari ini.
Ha-ni : apakah kau menyukainya?
Joon Gu : tentu saja. Aku sangat menyukai hari ini.
Jun-gu : Baek Seung-jo?
Seung-jo : apakah kalian sedang berkencan?
Jun-gu : Kau tidak lihat kami berdua seperti apa? Yaahh.. Lihat kalian berdua, sepertinya kalian juga sedang menghabiskan waktu untuk bersenang-senang bukan?
Seung-jo : Yah, tentu saja.
Seung-jo : apakah kalian sedang berkencan?
Jun-gu : Kau tidak lihat kami berdua seperti apa? Yaahh.. Lihat kalian berdua, sepertinya kalian juga sedang menghabiskan waktu untuk bersenang-senang bukan?
Seung-jo : Yah, tentu saja.
Seung-jo ingin Ha-ni cemburu padanya seperti dirinya yang tengah cemburu pada Ha-ni.
He-ra : bukankah, Seoul itu kecil. Bagaimana kita bisa berada di tempat yang sama seperti ini?
Ha-ni : yah, aku kira seperti itu.
He-ra : Ah, ya. Apakah kalian ingin pergi bersama kami. Kami akan pergi ke sebuah bar untuk mendengar musik Jazz.
Jun-gu : Sebuah bar?
Seung-jo : Tidakkah kau salah? Mereka akan menganggu kita. Kalian berdua seharusnya pergi ke tempat yang buruk. Bukankah hal itu lebih nyaman?
Jun-gu: apa yang kau katakan? Kami berdua juga punya telinga dan kami dapat mendengarkan musik yang bagus juga.
Ha-ni : baiklah. Kami akan segera pergi. Jun-gu, ayo kita pergi ke tempat lain.
He-ra : bukankah, Seoul itu kecil. Bagaimana kita bisa berada di tempat yang sama seperti ini?
Ha-ni : yah, aku kira seperti itu.
He-ra : Ah, ya. Apakah kalian ingin pergi bersama kami. Kami akan pergi ke sebuah bar untuk mendengar musik Jazz.
Jun-gu : Sebuah bar?
Seung-jo : Tidakkah kau salah? Mereka akan menganggu kita. Kalian berdua seharusnya pergi ke tempat yang buruk. Bukankah hal itu lebih nyaman?
Jun-gu: apa yang kau katakan? Kami berdua juga punya telinga dan kami dapat mendengarkan musik yang bagus juga.
Ha-ni : baiklah. Kami akan segera pergi. Jun-gu, ayo kita pergi ke tempat lain.
Seung jo : Oh Ha-ni. Kalian terlihat serasi.
Ha-ni diam tapi Jun-gu yang menjawab Seung-jo.
Jun-gu : benarkah? Ah kalian berdua juga serasi.
Ha-ni diam tapi Jun-gu yang menjawab Seung-jo.
Jun-gu : benarkah? Ah kalian berdua juga serasi.
Di Lain tempat, Hati Ha-ni hancur, bagaimana tidak, orang yang disukainya berkencan dengan orang lain, bahkan mereka akan menikah. Ha-ni berjalan seraya menunduk, Jun-gu ingin mengatakan sesuatu tapi kata-katanya tersendat. Jun-gu sulit untuk mengatakan apa yang seharusnya ia katakan. Ia takut luka Ha-ni bertambah parah.
Jun-gu memanggil Ha-ni. Ha-ni mencoba untuk menutupi rasa sakit di hatinya, Ha-ni memaksakan diri untuk tersenyum, ia berkata pada Jun-gu "Jun-gu, terimkasih sudah mengajakku ke tempat ini." Jun-gu tersenyum. Dan akhirnya, Jun-gu mengucapkan apa yang sedari tadi ingin ia ucapkan.
Jun-gu memanggil Ha-ni. Ha-ni mencoba untuk menutupi rasa sakit di hatinya, Ha-ni memaksakan diri untuk tersenyum, ia berkata pada Jun-gu "Jun-gu, terimkasih sudah mengajakku ke tempat ini." Jun-gu tersenyum. Dan akhirnya, Jun-gu mengucapkan apa yang sedari tadi ingin ia ucapkan.
Jun-gu : maukah kau menikah denganku? Aku melihatmu dan kau melihat Seung-jo. Itu sudah berlangsung lebih dari 4 tahun. Aku akan menunggumu, berapapun lamanya itu. Dia sudah menemukan pasangan hidupnya sekarang. Ha-ni kau jangan melihat masa lalu, kau harus membalik semuanya. Saat kau berbalik, aku ada di sini untukmu. Menikahlah denganku.
Ha-ni tentu saja terkejut mendengar pernyataan Jun-gu. Ini kencan pertama mereka, tapi Jun-gu sudah langsung mengutarakan isi hatinya. Ha-ni diam dan tidak menjawab.
Ha-ni tentu saja terkejut mendengar pernyataan Jun-gu. Ini kencan pertama mereka, tapi Jun-gu sudah langsung mengutarakan isi hatinya. Ha-ni diam dan tidak menjawab.
Seung-jo dan He-ra pergi dari Kafe. Seung-jo membukakan pintu mobil untuk mempersilakan He-ra masuk ke dalam.
He-ra : "Kau punya tangan." Kau akan berbicara seperti itu pada Ha-ni, bukan?
Seung-jo : Mungkin.
He-ra : Kenapa kau begitu kasar pada Ha-ni?
Seung-jo : Karena....
Seung-jo tak bisa menjawab pertanyaan He-ra.
He-ra : "Kau punya tangan." Kau akan berbicara seperti itu pada Ha-ni, bukan?
Seung-jo : Mungkin.
He-ra : Kenapa kau begitu kasar pada Ha-ni?
Seung-jo : Karena....
Seung-jo tak bisa menjawab pertanyaan He-ra.
Di kamar, pikiran Ha-ni masih memikirkan ungkapan lamaran Jun-gu. Tapi, yang ada di otak Ha-ni hanya Seung-jo.
Ha-ni berbicara pada dirinya sendiri: Dia telat pulang, Apa yang dia lakukan sekarang? Bar itu pasti sangat menyenangkan. Ah! Kenapa aku memikirkan Baek Seung-jo lagi.
Ha-ni berbicara pada dirinya sendiri: Dia telat pulang, Apa yang dia lakukan sekarang? Bar itu pasti sangat menyenangkan. Ah! Kenapa aku memikirkan Baek Seung-jo lagi.
Seung-jo baru saja datang. Ibu Seung-jo sengaja menunggu Seung-jo dari tadi..
Ibu Seung-jo : jam berapa sekarang?!
Seung-jo : jam sebelas.
Ibu Seung-jo : Apa saja yang telah kau lakukan sampai selarut ini? Kau sudah melakukan pertemuan pernikahan tanpa memberitahu kami. Aku dengar kau pergi kencan juga hari ini. Apa yang sedang kau rencanakan? Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan saat ini!
Ibu Seung-jo : jam berapa sekarang?!
Seung-jo : jam sebelas.
Ibu Seung-jo : Apa saja yang telah kau lakukan sampai selarut ini? Kau sudah melakukan pertemuan pernikahan tanpa memberitahu kami. Aku dengar kau pergi kencan juga hari ini. Apa yang sedang kau rencanakan? Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan saat ini!
Ibu Seung-jo : Dia mengatakan bahwa dia baik, jadi apa yang salah denganmu.
Seung-jo : aku tidak melakukan hal ini untuk ayah.
Ibu Seung-jo : pembohong.
Seung-jo : Aku tidak berbohong.
Ibu Seung-jo : kau melakukan hal ini untuk perusahaan ayahmu bukan?
Seung-jo : tidak. Kau sungguh tidak mengenal anakmu.
Ibu Seung-jo : jadi, apa maksudnya menemui cucu President direktur?
Seung-jo : kau benar-benar ingin tahu?
Seung-jo tahu kalau di atas Ha-ni tengah mencuri dengar pembicaraan mereka, jadi Seung-jo sengaja mengeraskan suaranya.
Seung-jo : Karena aku menyukai He-ra.
Seung-jo : aku tidak melakukan hal ini untuk ayah.
Ibu Seung-jo : pembohong.
Seung-jo : Aku tidak berbohong.
Ibu Seung-jo : kau melakukan hal ini untuk perusahaan ayahmu bukan?
Seung-jo : tidak. Kau sungguh tidak mengenal anakmu.
Ibu Seung-jo : jadi, apa maksudnya menemui cucu President direktur?
Seung-jo : kau benar-benar ingin tahu?
Seung-jo tahu kalau di atas Ha-ni tengah mencuri dengar pembicaraan mereka, jadi Seung-jo sengaja mengeraskan suaranya.
Seung-jo : Karena aku menyukai He-ra.
Setelah berkata seperti itu, Seung-jo langsung menuju kamarnya. Ha-ni berniat untuk bersembunyi, karena Seung-jo datang. Tapi, kaki Ha-ni malah tersandung sofa. Ha-ni menyeringai kesakitan. Ha-ni mencoba bersikap wajar di depan Seung-jo. Ha-ni menyapa Seung-jo. Ha-ni berkata "kau pulang larut." Seung jo menatapnya dingin.
Ha-ni :Dia sangat baik, dia tidak seperti orang yang selalu menyakitiku.
Seung-jo : Semoga berhasil.
Seung-jo membanting pintu kamarnya.
Ha-ni :Dia sangat baik, dia tidak seperti orang yang selalu menyakitiku.
Seung-jo : Semoga berhasil.
Seung-jo membanting pintu kamarnya.
Eun-jo bangun mendengar Seung-jo membanting pintu. Eun-jo tahu segalanya, dia tahu seperti apa perasaan Seung-jo. Otak Eun-jo mencoba mencerna semua yang terjadi di hadapannya.
Di sebuah restaurant, Ha-ni makan bersama kedua sahabatnya. Ha-ni bercerita tentang Jun-gu yang melamarnya semalam.
Kedua sahabat Ha-ni : apa?! melamar? (Mereka berkata bersamaan dengan suara yang keras hingga mengundang perhatian orang-orang disekitarnya.)
Ju-ri : Joon Gu sangat mengagumkan.
Min-ah : Menikah?
Ju-ri : Jadi, apa yang kau katakan?
Ha-ni : Aku tidak berkata apa-apa.
Ju-ri : Apa-apaan kau ini?!
Ha-ni : Aku tau, Jun-gu adalah orang yang sangat baik. Tapi, aku sungguh tidak memiliki perasaan apapun padanya. Meskipun, ia sudah mengatakan lamarannya.
Ju-ri : Dimana kau akan mendapatkan orang sebaik Jun-gu. Jun-gu hanya memikirkanmu, Ha-ni.
Kedua sahabat Ha-ni : apa?! melamar? (Mereka berkata bersamaan dengan suara yang keras hingga mengundang perhatian orang-orang disekitarnya.)
Ju-ri : Joon Gu sangat mengagumkan.
Min-ah : Menikah?
Ju-ri : Jadi, apa yang kau katakan?
Ha-ni : Aku tidak berkata apa-apa.
Ju-ri : Apa-apaan kau ini?!
Ha-ni : Aku tau, Jun-gu adalah orang yang sangat baik. Tapi, aku sungguh tidak memiliki perasaan apapun padanya. Meskipun, ia sudah mengatakan lamarannya.
Ju-ri : Dimana kau akan mendapatkan orang sebaik Jun-gu. Jun-gu hanya memikirkanmu, Ha-ni.
Ha-ni mengingat kembali kejadian malam kemarin, Seung jo dan He-ra yang pergi berkencan bersama.
Ju-ri : Baek Seung-jo akan menikah dengan He-ra,
Min-ah : Ya, Ha-ni.
Ju-ri : Sekarang saatnya kau memikirkan dirimu dan Jun-gu. Jun-gu sudah menantimu lebih dari 4 tahun. Tidak ada orang yang lebih baik dari pada Jun-gu.
Ju-ri : Baek Seung-jo akan menikah dengan He-ra,
Min-ah : Ya, Ha-ni.
Ju-ri : Sekarang saatnya kau memikirkan dirimu dan Jun-gu. Jun-gu sudah menantimu lebih dari 4 tahun. Tidak ada orang yang lebih baik dari pada Jun-gu.
He-ra dan Seung-jo sedang berada di sebuah mall. Mereka tengah memilih baju. He-ra sangat menyukai jaket pilihan Seung-jo. Dan He-ra meminta pendapat Seung-jo mengenai pakaian yang ia pilih.
He-ra : ah, Seung-jo. Mana yang lebih bagus?
Seung-jo ; Yang putih.
He-ra : Ah, aku juga berpikir seperti itu.
He-ra : ah, Seung-jo. Mana yang lebih bagus?
Seung-jo ; Yang putih.
He-ra : Ah, aku juga berpikir seperti itu.
Di kasir pembayaran pakaian.
Cashier : Sudah siap untuk dibungkus.
He-ra : ia tolong bungkus secara terpisah.
He-ra hendak mengambil dompetnya, tapi Seung jo berkata "Biar, aku saja yang bayar."
He-ra : benarkah? terimakasih. Ayo kita pergi makan malam, aku tahu beberapa tempat yang bagus.
Cashier : Sudah siap untuk dibungkus.
He-ra : ia tolong bungkus secara terpisah.
He-ra hendak mengambil dompetnya, tapi Seung jo berkata "Biar, aku saja yang bayar."
He-ra : benarkah? terimakasih. Ayo kita pergi makan malam, aku tahu beberapa tempat yang bagus.
Di tepi jalan Ha-ni terus memikirkan apa yang dikatakan kedua sahabatnya,
Ha-ni berbicara pada dirinya sendiri : Orang yang baik untukku adalah Jun-gu bukan Baek Seung-jo. Dan itu pasti Jun-gu. Meskipun hatiku hanya untuk Seung-jo, tapi aku merasa nyaman berada di dekat Jun-gu. Karena aku merasa, dia adalah bagian dari keluargaku.
Ha-ni berbicara pada dirinya sendiri : Orang yang baik untukku adalah Jun-gu bukan Baek Seung-jo. Dan itu pasti Jun-gu. Meskipun hatiku hanya untuk Seung-jo, tapi aku merasa nyaman berada di dekat Jun-gu. Karena aku merasa, dia adalah bagian dari keluargaku.
Karena, terlalu memikirkan tentang perasaan, Ha-ni tanpa sengaja bertabrakan dengan seorang pejalan kaki. Ha-ni dan pejalan kaki itu saling membungkuk, meminta maaf. Tas Ha-ni jatuh, saat Ha-ni hendak mengambil tasnya yang terjatuh tapi sudah tas itu sudah terlebih dahulu diambil oleh seseorang. He-ra. He-ra mengambil tas Ha-ni dan membersihkan bagian yang kotor dari tas itu.
Ternyata Ha-ni dan He-ra bertemu di tikungan jalan. Tentu saja bertemu Seung-jo juga.
He-ra : Kita bertemu lagi. Kau sedang berbelanja. Kami akan makan malam bersama.
Seung-jo : Kau mau ikut? (tawar Seung jo dengan nada dingin seperti biasa)
Ternyata Ha-ni dan He-ra bertemu di tikungan jalan. Tentu saja bertemu Seung-jo juga.
He-ra : Kita bertemu lagi. Kau sedang berbelanja. Kami akan makan malam bersama.
Seung-jo : Kau mau ikut? (tawar Seung jo dengan nada dingin seperti biasa)
Ha-ni hanya bisa menatap Seung-jo. Tahukah Seung-jo, betapa hancurnya Ha-ni? Ha-ni sudah dua kali di waktu yang hampir bersamaan memergoki He-ra yang selalu bersama Seung-jo.
He-ra : Ya, pergilah bersama kami.
Seung-jo : terserah kau saja, aku tidak akan memaksamu. (ungkap Seung-jo pada Ha-ni)
He-ra merangkul lengan Seung-jo dan berkata : Ya. Ayo kita pergi.
Tidak ada yang bisa Ha-ni katakan. Ia hanya berusaha untuk tidak menangis.
Di restaurant Ayah Ha-ni. Jun-gu tengah asyik melihat fotonya berdua bersama Ha-ni saat mereka berkencan. Jun-gu tersenyum dan tertawa sendiri. Ayah Ha-ni yang melihat hal itu mencoba menegurnya.
Ayah Ha-ni : apakah kau akan terus melihat foto itu sepanjang hari?
Jun-gu tersadar : Maaf, chef.
Ayah Ha-ni : cepat, bersihkan meja dan piring-piring itu.
Dengan cekatan Jun-gu langsung melakukan apa yang disuruh oleh Ayah Ha-ni.
Ayah Ha-ni : apakah kau akan terus melihat foto itu sepanjang hari?
Jun-gu tersadar : Maaf, chef.
Ayah Ha-ni : cepat, bersihkan meja dan piring-piring itu.
Dengan cekatan Jun-gu langsung melakukan apa yang disuruh oleh Ayah Ha-ni.
Saat Jun-gu tengah membersihkan meja. Ha-ni, Seung-jo dan He-ra datang.
Jun-gu tanpa tahu siapa yang datang mengucapkan salam "selamat datang."
Ayah Ha-ni menghampiri mereka
Ha-ni : Ayah.
Ayah Ha-ni : Oh Ha-ni.
Seung-jo mengucapkan salam dengan sopan pada Ayah Ha-ni : Apa kabar?
Ayah Ha-ni dan Jun-gu sama kagetnya melihat siapa yang datang bersama Ha-ni. Ayah Ha-ni melayani mereka dengan ramah.
He-ra baru mengetahui bahwa ini ternyata adalah restaurant milik Ha-ni.
He-ra : Apakah ini restaurant milikmu, Ha-ni ?
Ha-ni : iya.
Jun-gu tanpa tahu siapa yang datang mengucapkan salam "selamat datang."
Ayah Ha-ni menghampiri mereka
Ha-ni : Ayah.
Ayah Ha-ni : Oh Ha-ni.
Seung-jo mengucapkan salam dengan sopan pada Ayah Ha-ni : Apa kabar?
Ayah Ha-ni dan Jun-gu sama kagetnya melihat siapa yang datang bersama Ha-ni. Ayah Ha-ni melayani mereka dengan ramah.
He-ra baru mengetahui bahwa ini ternyata adalah restaurant milik Ha-ni.
He-ra : Apakah ini restaurant milikmu, Ha-ni ?
Ha-ni : iya.
Ayah Ha-ni berkata pada Seung-jo dan He-ra : Kalian berdua berteman?
Jun-gu langsung mengatakan dengan gembira : Teman? Mereka berdua akan menikah.
Ayah Ha-ni kaget mendengar hal itu. Ia menatap Ha-ni yang tengah tertunduk.
Ayah Ha-ni : benarkah? Oh, ayo silakan duduk.
Jun-gu langsung mengatakan dengan gembira : Teman? Mereka berdua akan menikah.
Ayah Ha-ni kaget mendengar hal itu. Ia menatap Ha-ni yang tengah tertunduk.
Ayah Ha-ni : benarkah? Oh, ayo silakan duduk.
Seung-jo, Ha-ni dan He-ra duduk di tempat yang telah disiapkan oleh Jun-gu.
He-ra : Aku mengetahui restaurant ini dari internet. Dan aku sangat tertarik, jadi aku memutuskan untuk datang ke sini. Dan benar. restaurant ini sangat cantik.
He-ra mengomentari Jun-gu yang sangat cekatan : Dia sangat berbeda.
He-ra : Aku mengetahui restaurant ini dari internet. Dan aku sangat tertarik, jadi aku memutuskan untuk datang ke sini. Dan benar. restaurant ini sangat cantik.
He-ra mengomentari Jun-gu yang sangat cekatan : Dia sangat berbeda.
Jun-gu menyediakan makanan special dari restaurant Ayah Ha-ni. He-ra sangat menyukai masakan itu. Saat He-ra hendak memakan hidangan itu, He-ra memakannya dengan cara yang salah. Jun-gu mengajari He-ra bagaimana cara memakan masakan itu dengan benar.
Saat Jun-gu pergi Seung-jo berkata,
Seung-jo : Kau harus bahagia, memiliki pacar yang mengetahui segalanya.
He-ra mencoba untuk mengalihkan suasana, He-ra menyuapi Seung-jo.
Di ruang rapat, Seung jo tengah mempresentasikan mengenai ide animasi gamenya.
Seung-jo : Imaginasimu akan menjadi sebuah hal nyata. Hal itu akan direalisasikan melalui sebuah animasi. Ini akan menjadi satu gaya permainan dengan banyak sistem di dalamnya. Pengguna dapat menikmati banyak level, terutama karena konsep dasar dari setiap level imaginasi ini berbeda-beda.
Seung-jo : Imaginasimu akan menjadi sebuah hal nyata. Hal itu akan direalisasikan melalui sebuah animasi. Ini akan menjadi satu gaya permainan dengan banyak sistem di dalamnya. Pengguna dapat menikmati banyak level, terutama karena konsep dasar dari setiap level imaginasi ini berbeda-beda.
Para investor sangat puas dengan presentasi Seung-jo yang sangat meyakinkan dan sangat mengagumkan.
President direktur berkata dengan lantang : Seperti yang sudah kukatakan, ia sudah seperti animator film. Kau berhasil menyelesaikan proyek ini dalam waktu yang singkat.
Seung-jo : para pekerja bekerja keras sampai larut malam dalam pembuatan proyek ini.
Para investor keluar dari ruang rapat, Seung-jo berterimakasih kepada mereka.
Seung-jo : para pekerja bekerja keras sampai larut malam dalam pembuatan proyek ini.
Para investor keluar dari ruang rapat, Seung-jo berterimakasih kepada mereka.
Presiden direktur datang menghampiri Seung-jo, ia berkata : Kau sudah bekerja keras. Haruskah aku menyuruh He-ra untuk datang kemari dan membiarkan kalian berdua makan malam bersama?
Seung-jo : tidak perlu. Ayahku sudah pulang dari rumah sakit. Jadi, aku harus makan malam di rumah bersama mereka.
Presiden direktur : baiklah, aku akan menyuruh He-ra untuk datang ke rumahmu. Lagi pula, He-ra butuh perkenalan dengan keluargamu, bukan?
Seung-jo tidak dapat berbuat apa-apa, raut wajahnya terlihat ingin menolak saran dari Presiden direktur.
Ibu Seung-jo datang ke ruang keluarga, untuk menemui He-ra sudah datang.
He-ra mengucapkan salam kepada Ibu Seung-jo : Halo..
Ibu Seung-jo : Ya, (ucapnya terdengar tidak ramah)
Ibu Seung-jo menghampiri Ha-ni yang berdiri dekat tangga.
Ibu Seung-jo berkata pada Ha-ni : Kenapa kau hanya berdiri di sana. Ayo kita duduk bersama.
Ibu Seung-jo menuntun Ha-ni untuk duduk di sampingnya.
Ibu Seung-jo: Aku pernah bertemu denganmu sebelumnya.
He-ra : benar. Aku Yun He-ra.
Ibu Seung-jo : aku memang sudah bertemu denganmu tapi tampaknya kesanmu pertamamu saat itu buruk.
He-ra hanya tersenyum mendengar hal itu.
He-ra mengucapkan salam kepada Ibu Seung-jo : Halo..
Ibu Seung-jo : Ya, (ucapnya terdengar tidak ramah)
Ibu Seung-jo menghampiri Ha-ni yang berdiri dekat tangga.
Ibu Seung-jo berkata pada Ha-ni : Kenapa kau hanya berdiri di sana. Ayo kita duduk bersama.
Ibu Seung-jo menuntun Ha-ni untuk duduk di sampingnya.
Ibu Seung-jo: Aku pernah bertemu denganmu sebelumnya.
He-ra : benar. Aku Yun He-ra.
Ibu Seung-jo : aku memang sudah bertemu denganmu tapi tampaknya kesanmu pertamamu saat itu buruk.
He-ra hanya tersenyum mendengar hal itu.
Ibu Seung-jo : Ah, Ha-ni. Kau tau bahwa Ha-ni dan Seung-jo sudah tinggal bersama?
He-ra : oh, tentu saja aku mengetahui hal itu.
Ibu Seung-jo melihat kue di atas meja. Ibu Seung-jo pikir itu pemberian dari He-ra. Ibu Seung-jo berkata : Oh, kau membawa kue. Ayah Seung-jo dilarang memakan makanan yang mengandung banyak gula. Dan Seung-jo juga tidak menyukai makanan yang manis-manis.
He-ra : oh, tentu saja aku mengetahui hal itu.
Ibu Seung-jo melihat kue di atas meja. Ibu Seung-jo pikir itu pemberian dari He-ra. Ibu Seung-jo berkata : Oh, kau membawa kue. Ayah Seung-jo dilarang memakan makanan yang mengandung banyak gula. Dan Seung-jo juga tidak menyukai makanan yang manis-manis.
Hani berkata : Aku yang membeli itu, itu untukmu ibu.
Ibu Seung-jo : Oh, benarkah (ibu Seung-jo tersenyum salting.)
He-ra membuka makanan yang dibuat dari bahan dasar nasi. He-ra berkata : aku bawakan ini. Mohon dinikmati.
Eun-jo : berbeda sekali dengan Ha-ni.
Ibu Seung-jo membela Ha-ni : Nasi tetap saja nasi.
Ibu Seung-jo mengambil kue yang dibeli oleh Ha-ni kemudian memakannya.
Ibu Seung-jo : Oh, benarkah (ibu Seung-jo tersenyum salting.)
He-ra membuka makanan yang dibuat dari bahan dasar nasi. He-ra berkata : aku bawakan ini. Mohon dinikmati.
Eun-jo : berbeda sekali dengan Ha-ni.
Ibu Seung-jo membela Ha-ni : Nasi tetap saja nasi.
Ibu Seung-jo mengambil kue yang dibeli oleh Ha-ni kemudian memakannya.
Ayah Seung-jo : mengobrollah. Aku harus ke dalam dan kembali istirahat.
Eun-jo : aku juga.
Ayah Seung-jo dan Eun-jo meninggalkan ruang keluarga. He-ra memberikan salam kepada mereka.
Eun-jo : aku juga.
Ayah Seung-jo dan Eun-jo meninggalkan ruang keluarga. He-ra memberikan salam kepada mereka.
Ibu Seung-jo mulai berbicara mengenai Seung-jo yang sebenarnya.
Ibu Seung-jo : Seung-jo adalah anakku, tapi entah kenapa ia sangat temperamen. Dia juga egois dan sangat angkuh.
He-ra menjawab dengan tersenyum : tidak. dia tidak seperti itu. Dia sangat baik.
Ibu Seung-jo : benarkah? Dia adalah tipe orang yang tidak banyak bicara, ia hanya berbicara sesuai dengan apa yang ada di buku. Apakah kau menyukai orang yang seperti itu?
He-ra : ya, tentu saja. Kami berdua adalah orang yang rasional dan berpikir dengan logika. Meskipun orang-orang berbicara seperti itu, tapi aku sangat senang dengannya.
Ibu Seung-jo : Dia tipe orang yang tidak ramah terhadap orang lain. Ia adalah tipe orang yang tega mengembalikan surat yang dibuat khusus untuknya.
He-ra : benarkah? benarkah kau melakukan itu?
Ibu Seung-jo : Seung-jo adalah anakku, tapi entah kenapa ia sangat temperamen. Dia juga egois dan sangat angkuh.
He-ra menjawab dengan tersenyum : tidak. dia tidak seperti itu. Dia sangat baik.
Ibu Seung-jo : benarkah? Dia adalah tipe orang yang tidak banyak bicara, ia hanya berbicara sesuai dengan apa yang ada di buku. Apakah kau menyukai orang yang seperti itu?
He-ra : ya, tentu saja. Kami berdua adalah orang yang rasional dan berpikir dengan logika. Meskipun orang-orang berbicara seperti itu, tapi aku sangat senang dengannya.
Ibu Seung-jo : Dia tipe orang yang tidak ramah terhadap orang lain. Ia adalah tipe orang yang tega mengembalikan surat yang dibuat khusus untuknya.
He-ra : benarkah? benarkah kau melakukan itu?
Ibu Seung-jo : Kalian berdua masih muda. Bukankah Baek Seung-jo terlihat sangat pintar. Tapi, sebenarnya dia sangat bodoh. Dia tidak mengerti dan tidak tahu apa yang tengah ia rasakan. Bila Seung-jo menyukai seseorang, maka ia akan bersikap dingin dengan orang yang disukainya. Dan cenderung memusuhi orang yang di sukainya itu. Begitulah yang aku tahu. Itu artinya dia sangat kejam.
Ibu Seung-jo dan Seung-jo saling berbicara satu sama lain. Ha-ni datang menyediakan minuman untuk keduanya.
Seung-jo : Kau kekanak-kanakakn.
Ibu Seung-jo : apa?
Seung-jo : Aku tidak mengatakan kalau aku menyukai Ha-ni. Tapi, kenapa kau memaksaku untuk menyukainya?
Ibu Seung-jo : Kau anakku. Aku tahu apa yang kau rasakan dan kau pikirkan.
Seung-jo : walaupun begitu, biarkan aku memilih jalan hidup dan cintaku sendiri. Tolong jangan campuri urusanku lagi.
Ibu Seung-jo : ikut campur? Bukankah aku selalu menghormati semua keputusanmu.
Seung jo : begitu kah? Tapi, apa ini?
Ibu Seung jo : Kau sudah mengetahui dengan benar bagaimana perasaan Ha-ni yang sebenarnya. Dan kau masih membawa He-ra kerumah kita? Masalah utamanya adalah tentang perasaan dan sopan santun. Apa kau anak kecil yang belum mengetahui tata krama dan sopan santun?
Seung-jo : Kau kekanak-kanakakn.
Ibu Seung-jo : apa?
Seung-jo : Aku tidak mengatakan kalau aku menyukai Ha-ni. Tapi, kenapa kau memaksaku untuk menyukainya?
Ibu Seung-jo : Kau anakku. Aku tahu apa yang kau rasakan dan kau pikirkan.
Seung-jo : walaupun begitu, biarkan aku memilih jalan hidup dan cintaku sendiri. Tolong jangan campuri urusanku lagi.
Ibu Seung-jo : ikut campur? Bukankah aku selalu menghormati semua keputusanmu.
Seung jo : begitu kah? Tapi, apa ini?
Ibu Seung jo : Kau sudah mengetahui dengan benar bagaimana perasaan Ha-ni yang sebenarnya. Dan kau masih membawa He-ra kerumah kita? Masalah utamanya adalah tentang perasaan dan sopan santun. Apa kau anak kecil yang belum mengetahui tata krama dan sopan santun?
Ha-ni merasa bersalah, karena ia pokok masalah terjadinya pertengkaran Seung-jo dan ibunya.
Ha-ni berkata : Ibu, aku baik-baik saja.
Ha-ni berkata : Ibu, aku baik-baik saja.
Seung-jo : Tolong, hentikan ini, ibu!
Ayah Seung-jo datang, ia tidak rela bila Seung jo berbicara keras pada ibunya.
Ayah Seung-jo : Baek Seung-jo, kau.
Seung-jo : Baiklah. Kau tak menghormati keputusanku, lakukanlah yang terbaik sesuai kemauanmu sendiri.
Ayah Seung-jo datang, ia tidak rela bila Seung jo berbicara keras pada ibunya.
Ayah Seung-jo : Baek Seung-jo, kau.
Seung-jo : Baiklah. Kau tak menghormati keputusanku, lakukanlah yang terbaik sesuai kemauanmu sendiri.
Ibu Seung-jo dan Ayah Seung-jo berbicara mengenai sikap Seung-jo. Mereka berbicara di depan kamar Eun-jo. Eun-jo yang tengah belajar, mau tidak mau pun ikut mendengarkan pembicaraan mereka.
Ibu Seung-jo : Aku berpikir bahwa Seung-jo akan menyukai Ha-ni. Dia anakku. Jadi aku yakin itu. Aku percaya bahwa dia akan menyukai Ha-ni. Bukankah mereka cocok satu sama lain? Mereka saling mengisi kekurangan mereka masing-masing dan saling berbagi kelebihan yang mereka miliki. Bukankah seperti itu?
Ayah Seung-jo : Seperti itu juga yang aku pikirkan. Tapi, Seung-jo tidak melakukan hal itu. apa yang harus kita lakukan tentang hal ini?
Ibu Seung-jo : apa yang harus kita lakukan? Aku rasa, aku telah membuat kesalahan yang membuat renggang hubungan Seung-jo dan Ha-ni.
Ibu Seung-jo menahan tangisnya.
Ayah Seung-jo : Seperti itu juga yang aku pikirkan. Tapi, Seung-jo tidak melakukan hal itu. apa yang harus kita lakukan tentang hal ini?
Ibu Seung-jo : apa yang harus kita lakukan? Aku rasa, aku telah membuat kesalahan yang membuat renggang hubungan Seung-jo dan Ha-ni.
Ibu Seung-jo menahan tangisnya.
Eun-jo yang tidak tega melihat ibunya menangis, ia menghampiri Ibunya dan berkata
Eun-jo : Dia menyukainya.
Ibu Seung-jo : apa?
Eun-jo : Hyeong menyukai Ha-ni. Jadi, jangan menangis, ibu.
Ibu Seung-jo : Eun-jo. apa yang barusan kau katakan?
Belum sempat Ibu Seung-jo mendapat penjelasan dari Eun-jo. Eun-jo langsung berlari menjauhi ibunya, Eun-jo tidak ingin ibunya menanyakan lebih jauh mengenai apa yang ia tahu tentang Seung jo dan Ha-ni. Ibu Seung-jo mengejar Eun-jo. Tapi, Eun-jo bersembunyi di kamar Seung-jo.
Eun-jo langsung bertanya pada Seung-jo.
Eun-jo : Apakah kau benar-benar akan menikah dengan He-ra?
Seung-jo mengalihkan pandangannya dari buku yang tengah ia baca : bukankah ia cantik? Kau juga menyukai nuna cantik kan.
Eun-jo : apakah kau benar-benar menyukai Nuna itu?
Eun-jo : Apakah kau benar-benar akan menikah dengan He-ra?
Seung-jo mengalihkan pandangannya dari buku yang tengah ia baca : bukankah ia cantik? Kau juga menyukai nuna cantik kan.
Eun-jo : apakah kau benar-benar menyukai Nuna itu?
Seung-jo : Bukankah nantinya seperti itu, jika kami terus bersama?
Eun-jo : tapi,, bukankah.. bukankah.. orang yang sukai itu adalah...
Seung-jo memutuskan kata-kata Eun-jo.
Seung-jo : Nuna itu adalah gadis yang pantas untukku. Dia sangat cantik dan dia juga pandai bermain tennis.
Eun-jo : Hyeong..
Seung-jo : jika kau bertemu dengannya sebagai dua orang yang saling berpasangan di masa yang akan datang, kau pasti akan menyukainya.
Eun-jo berbicara pelan ; pembohong.
Eun-jo mengingat peristiwa beberapa minggu yang lalu. Eun-jo tengah mencari serangga. Ia melihat ke sekelilin, kemudian mendapati Ha-ni tengah tertidur di kursi taman.
Eun-jo : Bisa-bisanya dia tidur ditempat terbuka seperti ini, Dia sungguh ceroboh. Benar. Menaruh serangga di atas tangannya. Oh Ha-ni kau pasti akan sangat terkejut. (ckckck...ne anak....).
Tapi belum sempat Eun-jo melakukan niat jahilnya, Seung-jo datang menghampiri Ha-ni. Seung-jo melihat Ha-ni tengah tertidur nyenyak, lalu... Eun-jo melihat Seung-jo mencium Ha-ni yang tengah tertidur.. Tentu saja, Eun-jo kaget melihat hal itu. Tanpa sengaja, Seung-jo melihat Eun-jo dari kejauhan. Seung-jo memberikan isyarat pada Eun-jo, agar ia tidak memberitahukan siapapun. Eun-jo mengangguk mengerti.
Eun-jo : Bisa-bisanya dia tidur ditempat terbuka seperti ini, Dia sungguh ceroboh. Benar. Menaruh serangga di atas tangannya. Oh Ha-ni kau pasti akan sangat terkejut. (ckckck...ne anak....).
Tapi belum sempat Eun-jo melakukan niat jahilnya, Seung-jo datang menghampiri Ha-ni. Seung-jo melihat Ha-ni tengah tertidur nyenyak, lalu... Eun-jo melihat Seung-jo mencium Ha-ni yang tengah tertidur.. Tentu saja, Eun-jo kaget melihat hal itu. Tanpa sengaja, Seung-jo melihat Eun-jo dari kejauhan. Seung-jo memberikan isyarat pada Eun-jo, agar ia tidak memberitahukan siapapun. Eun-jo mengangguk mengerti.
Eun-jo tengah berusaha untuk mengingat-ingat kembali kejadian itu.
Eun-jo : Kemudian, Hyeong kembali ke penginapan. Hyeong, mencium Oh Ha-ni. setelah melakukan itu,. aku melihat semua. tapi aku tidak mengatakannya pada ibu.. hyeong mengatakan hal yang tidak benar. Keadaan yang sebenarnya adalah Hyeong menyukai Oh Ha-ani!
Eun-jo : Kemudian, Hyeong kembali ke penginapan. Hyeong, mencium Oh Ha-ni. setelah melakukan itu,. aku melihat semua. tapi aku tidak mengatakannya pada ibu.. hyeong mengatakan hal yang tidak benar. Keadaan yang sebenarnya adalah Hyeong menyukai Oh Ha-ani!
He-ra berada di ruang kerja kakeknya. He-ra terlihat tengah memikirkan sesuatu.
President direktur : Apakah ada sesuatu yang salah?
He-ra : tidak. Semua tidak berjalan salah dan tidak juga berjalan benar. Aku hanya tengah menjalaninya.
President direktur : Ada apa dengan si Jenius He-ra? Haruskah kakek ikut campur tangan dan mempercepat semuanya.
He-ra : mempercepat?
President direktur : Ya. Kita adalah pemegang kendalinya. Kita di pihak yang memegang pisau, dan mereka adalah pihak yang tengah terancam.
President direktur : Apakah ada sesuatu yang salah?
He-ra : tidak. Semua tidak berjalan salah dan tidak juga berjalan benar. Aku hanya tengah menjalaninya.
President direktur : Ada apa dengan si Jenius He-ra? Haruskah kakek ikut campur tangan dan mempercepat semuanya.
He-ra : mempercepat?
President direktur : Ya. Kita adalah pemegang kendalinya. Kita di pihak yang memegang pisau, dan mereka adalah pihak yang tengah terancam.
He-ra : Aku tidak ingin hal yang seperti itu, kakek. Menakuti seseorang dan memaksanya untuk melakukan hal yang kita inginkan, hanya membuat perasaanku sakit.
President direktur : jadi, kakek hanya harus tinggal diam di sini, tanpa berbuat apapun?
He-ra : ya. Tapi, jika aku berpikir aku tidak bisa melakukan apapun, aku akan menyuruh kakek untuk menghunus pisau.
President direktur : Ya. Kau jangan memegang pisau.
He-ra : Aku tidak akan memegangnya.
Ibu Seung-jo sudah menyiapkan pudding untuk Eun-jo. Ini adalah salah satu usaha Ibu Seung-jo untuk mengetahui hal yang diketahui oleh Seung-jo.
Ibu Seung-jo : Baek Eun-jo. aku telah menyiapkan puding kesukaanmu. Ayo buka mulut.. enak kan, Eun-jo.. Eun-jo ceritakan padaku apa yang kau ketahui mengenai Seung-jo yang menyukai Ha-ni.
Eun-jo : Aku tidak akan makan lagi.
Eun-jo berlari menjauhi Ibu-nya.
Ibu Seung-jo : Kau sedang menyembunyikan sesuatu, benarkah? kesini!
Jadilah, mereka saling kejar mengejar..
Ibu Seung-jo : Baek Eun-jo. aku telah menyiapkan puding kesukaanmu. Ayo buka mulut.. enak kan, Eun-jo.. Eun-jo ceritakan padaku apa yang kau ketahui mengenai Seung-jo yang menyukai Ha-ni.
Eun-jo : Aku tidak akan makan lagi.
Eun-jo berlari menjauhi Ibu-nya.
Ibu Seung-jo : Kau sedang menyembunyikan sesuatu, benarkah? kesini!
Jadilah, mereka saling kejar mengejar..
Ayah Ha-ni dan Ha-ni sedang ngobrol di beranda.
Ayah Ha-ni : Mungkin karena cuaca sedang cerah sekarang, ada banyak bintang dilangit.
Ha-ni : Ayah. apa pendapatmu tentang aku yang berkencan dengan Jun-gu.
Ayah Ha-ni : Jun-gu? Ada apa? apakah ada sesuatu yang terjadi?
Ha-ni : Tidak. aku hanya berkata 'jika itu terjadi'. bagaimana pendapatmu?
Ayah Ha-ni : Mungkin karena cuaca sedang cerah sekarang, ada banyak bintang dilangit.
Ha-ni : Ayah. apa pendapatmu tentang aku yang berkencan dengan Jun-gu.
Ayah Ha-ni : Jun-gu? Ada apa? apakah ada sesuatu yang terjadi?
Ha-ni : Tidak. aku hanya berkata 'jika itu terjadi'. bagaimana pendapatmu?
Ayah Ha-ni : siapa yang tahu akan hal itu. Aku tidak terlalu menyukai Jun-gu, ia sedikit kasar dan bila dilihat secara keseluruhan dia itu seperti.. seorang laki-laki sejati. Dan saat ia sedang memasak dia sangat fokus. Hal yang paling penting adalah dia sangat menyukaimu, Ha-ni.
Kemudian pembicaraan mereka beralih tentang rencana pindahnya Ha-ni dari rumah Seung-jo. Mereka merencanakan untuk segera pindah dari rumah Seung-jo, karena sebentar lagi, Seung-jo akan menikah.
Jun-gu menelpon Ha-ni untuk datang ke restorannya, karena ia baru saja membuat menu khusus. Jun-gu ingin Ha-ni yang pertama kali mencobanya. Ha-ni mengiyakan, ia akan datang ke restaurant setelah pulang dari kampus.
Seung-jo datang ke lapangan tennis, ia bertemu dengan Kyung-su. Seung-jo datang untuk mengambil barang-barangnnya yang ada di loker.
Kedua sahabat Ha-ni datang ke lapangan tenis untuk melihat-lihat. Tapi, tanpa sengaja mereka bertemu dengan Seung-jo.
Kedua sahabat Ha-ni mencoba untuk memanas-manasi Seung-jo dengan mengatakan bahwa Ha-ni dan Jun-gu akan segera menikah. Seung-jo hanya diam, tapi raut cemburu tergurat di wajahnya.
Ha-ni menikmati masakan Jun-gu. Jun-gu sudah sangat mahir membuat masakan yang lezat.
Ditengah pembicaraan mereka, suasana yang tadinya hangat menjadi dingin. Karena Jun-gu kembali mengungkit tentang lamarannya waktu itu. Tapi, Ha-ni hanya menyukai Seung-jo. Bagaimanapun juga, Ha-ni sangat menyukai Seung-jo. Jun-gu memaksa Ha-ni untuk menikah dengannya. Jun-gu mencoba mencium Ha-ni, tapi Ha-ni menolak dan ia pergi dari restoran.
Ha-ni berteduh karna hujan. Kemudian Ha-ni berjalan tanpa mempedulikan hujan yang masih juga turun dan kemudian bertemu dengan Seung-jo. Ha-ni bertanya pada Seung-jo kenapa Seung-jo ada disini. Seung-jo tak menjawabnya. Ia hanya membuka payung yang ia bawa dan berjalan. Ha-ni menyusulnya dan akhirnya mereka berjalan bersama-sama.
Seung-jo bertanya, "Apa kau sudah bertemu dengan laki-laki itu? Lalu apa jawaban yang kau berikan kepadanya? Kudengar dia melamarmu". Ha-ni balik bertanya, " Apa aku tak boleh melakukannya?". Seung-jo kembali berkata, "Itu sebabnya aku bertanya padamu, apa jawaban yang kau berikan padanya?". "Jawaban yang kuberikan padanya itu bukan urusanmu" jawab Ha-ni. "Ya, kau benar" kata Seung-jo.
Ha-ni mengatakan kalau sebentar lagi ia dan ayahnya akan meninggalkan rumah Seung-jo. Ha-ni juga bilang akan pergi dari hidup Seung-jo. Jadi Seung-jo bisa hidup dengan tenang. Tanpa berkata apa-apa, Seung-jo berjalan meninggalkan Ha-ni. Ha-ni menyusul Seung-jo, saat ada disamping Seung-jo dia berkata " Jun-gu seorang pekerja keras dan ayahku juga menyukainya. Sekarang saatnya aku membantu ayah dan juga Jun-gu di restoran.
Seung-jo tiba-tiba berhenti dan bertanya, " Apa kau menyukai Bong Jun-gu?". "Aku pikir begitu. Sudah empat tahun dia mencintaiku. Dia sangat baik padaku", jawab Ha-ni. Seung-jo kembali bertanya, " Jika ada seseorang yang bilang dia suka padamu, apa kau juga akan menerimanya?". Ha-ni menjawab, "Kenapa? Apa aku tak boleh menerimanya? Aku lelah menyukai seseorang yang sama sekali tak menganggapku. Aku ingin mencintai seseorang yang juga mencintaiku. Aku suka Bong Jun-gu".
Seung-jo berkata, "Kau menyukaiku. Kau takkan bisa menyukai orang lain". Ha-ni sedikit emosi, "Apa maksudmu? Kau terlalu percaya diri!". Seung-jo mendesak Ha-ni, " Apa aku salah?". Ha-ni semakin emosi, "Ya, kau memang benar. Aku hanya menyukaimu. Lalu kenapa? Kau bahkan tak pernah menganggap aku ada. Bagimu, orang seperti aku......"
Seung-jo menjatuhkan payungnya, lalu memegang wajah Ha-ni, kemudian menciumnya. Tentu saja Ha-ni sangat kaget.
Seung-jo : "Jangan bilang kalau kau menyukai laki-laki lain".
Ha-ni : " Ini kedua kalinya..."
Seung-jo : " Kedua kalinya apa?"
Ha-ni : " Kau menciumku..."
Dengan tersenyum Seung-jo mengatakan pada Ha-ni, "Ini yang ketiga". kemudian Seung-jo menambahkan lagi, "Sudahlah, tak perlu menghitungnya".
Bersambung.....
Ha-ni mengatakan kalau sebentar lagi ia dan ayahnya akan meninggalkan rumah Seung-jo. Ha-ni juga bilang akan pergi dari hidup Seung-jo. Jadi Seung-jo bisa hidup dengan tenang. Tanpa berkata apa-apa, Seung-jo berjalan meninggalkan Ha-ni. Ha-ni menyusul Seung-jo, saat ada disamping Seung-jo dia berkata " Jun-gu seorang pekerja keras dan ayahku juga menyukainya. Sekarang saatnya aku membantu ayah dan juga Jun-gu di restoran.
Seung-jo tiba-tiba berhenti dan bertanya, " Apa kau menyukai Bong Jun-gu?". "Aku pikir begitu. Sudah empat tahun dia mencintaiku. Dia sangat baik padaku", jawab Ha-ni. Seung-jo kembali bertanya, " Jika ada seseorang yang bilang dia suka padamu, apa kau juga akan menerimanya?". Ha-ni menjawab, "Kenapa? Apa aku tak boleh menerimanya? Aku lelah menyukai seseorang yang sama sekali tak menganggapku. Aku ingin mencintai seseorang yang juga mencintaiku. Aku suka Bong Jun-gu".
Seung-jo berkata, "Kau menyukaiku. Kau takkan bisa menyukai orang lain". Ha-ni sedikit emosi, "Apa maksudmu? Kau terlalu percaya diri!". Seung-jo mendesak Ha-ni, " Apa aku salah?". Ha-ni semakin emosi, "Ya, kau memang benar. Aku hanya menyukaimu. Lalu kenapa? Kau bahkan tak pernah menganggap aku ada. Bagimu, orang seperti aku......"
Seung-jo menjatuhkan payungnya, lalu memegang wajah Ha-ni, kemudian menciumnya. Tentu saja Ha-ni sangat kaget.
Seung-jo : "Jangan bilang kalau kau menyukai laki-laki lain".
Ha-ni : " Ini kedua kalinya..."
Seung-jo : " Kedua kalinya apa?"
Ha-ni : " Kau menciumku..."
Dengan tersenyum Seung-jo mengatakan pada Ha-ni, "Ini yang ketiga". kemudian Seung-jo menambahkan lagi, "Sudahlah, tak perlu menghitungnya".
Bersambung.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar