Ayah Ha-ni bilang, dia akan meninggalkan rumah karena tidak enak pada Seung-jo yang akan segera menikah. Ibu Seung-jo tentu saja melarangnya dan bilang bahwa Seung-jo ini masih muda jadi tidak mungkin menikah cepat. Ayah Seung-jo juga berkata, “Ya karena ada perjodohan, bukan berarti Seung-jo akan segera menikah.” Ayah Ha-ni berkata, “Tapi akulah yang merasa tidak nyaman. Terima kasih atas semua yang sudah kalian berikan pada kami. Aku pasti akan membayarnya suatu saat nanti.”
Seung-jo pulang ke rumah dan Eun-jo langsung menyambutnya. Ibu Seung-jo melihat Seung-jo dan Ha-ni yang basah kuyup sehingga dia berkata, “Kenapa kalian? Cepatlah berganti baju, kalian bisa sakit.” Seung-jo dan Ha-ni mengerti lalu menaiki tangga. Eun-jo tiba-tiba berkata, “Kak, Oh Ha-ni akan segera pindah.”
Seung-jo terdiam lalu menggenggam tangan Ha-ni, menghampiri Ayah Ha-ni dan berkata, “Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu.” Ayah Ha-ni bertanya, “Hmm padaku? Ganti bajulah terlebih dahulu lalu berbicara padaku.” Seung-jo langsung to the point berkata, “Aku… ingin menikahi Ha Ni.”
Seung-jo terdiam lalu menggenggam tangan Ha-ni, menghampiri Ayah Ha-ni dan berkata, “Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu.” Ayah Ha-ni bertanya, “Hmm padaku? Ganti bajulah terlebih dahulu lalu berbicara padaku.” Seung-jo langsung to the point berkata, “Aku… ingin menikahi Ha Ni.”
Tentu saja semua yang mendengar hal itu kaget. Dan Ibu Seung-jo sangat senang mendengarnya. Seung-jo berkata, “Tentu saja kami tidak akan menikah sekarang, tapi setelah kami lulus dan perusahaan berjalan dengan baik. Itupun jika kau menyetujuinya Ayah.” Ayah Ha-ni kebingungan dan bertanya, “Apakah kau serius?” Seung-jo menjawab dengan yakin, “Ya.” Ayah Ha-ni berkata, “Hmm tapi kau tahu kan bahwa Ha-ni tidak begitu pandai dalam banyak hal…” Seung-jo menjawab, “Ya aku tahu.” Ayah Ha-ni kembali berkata, “Dan dia tidak pintar…” Seung-jo lagi-lagi menjawab, “Ya aku tahu.” Ayah Ha-ni berkata, “Dan dia juga tidak dapat memasak.” Seung-jo tersenyum dan menjawab, “Ya aku tahu.”
Ayah Ha-ni kembali berkata, “Dia juga ceroboh dan sering mengalami masalah. Tapi dia ceria dan melakukan hal yang baik. Dan lagi dia sangat lucu,” Seung-jo menjawab, “Aku sangat tahu hal itu.” Papah akhirnya berkata, “Baiklah. Ha-ni sangat menyukaimu.”
Ibu Seung-jo sangat senang mendengar hal ini dan langsung memeluk Ha-ni, “Ha-ni! Ini benar-benar terjadi! Ini sungguh hebat! Hey Baek Seung-jo! Kau begitu keren!” Ibu Seung-jo terus memeluk Ha-ni dengan gembira. Ayah Ha-ni dan Ayah Seung-jo juga senang mendengar hal ini. Dan Eun-jo berkomentar, “Aku tahu kalau akhirnya akan seperti ini.” Seung-jo pun ikut tersenyum melihat semuanya senang.
Ha-ni sedang berdiri di balkon dan Seung-jo menghampirinya, “Kau belum tidur?” Ha-ni menjawab, “Ya belum.” Seung-jo berkata, “Hmm hujannya sudah berhenti.” Ha-ni menatap langit dan berkata, “Ya. Langitnya terlihat sangat cerah.” Seung-jo bertanya, “Apa kau tidak merasa kedinginan?” Ha-ni hanya menganggukan kepalanya dan Seung-jo berkata, “Hmm kalau begitu aku tidur duluan.”
Saat Seung-jo hendak pergi, Ha-ni menahannya dan bertanya, “Jika kau tidur, apakah besok pagi kau akan berubah menjadi Baek Seung-jo yang dingin? Itu saja yang aku pikirkan.” Seung-jo tersenyum dan bertanya, “Apa kita harus tidur bersama?” Ha-ni gugup dan menjawab, “Bukan. Bukan seperti itu…” Seung-jo tersenyum dan berkata, “Baiklah kalau begitu aku akan disini sebentar.” Seung-jo memeluk Ha-ni dari belakang dan Ha-ni tersenyum lalu berkata, “Aku bahkan tidak pernah membayangkan bahwa kau menyukaiku juga.” Seung-jo berkomentar, “Aku juga.”
Ha-ni memeluk Seung-jo dan berkata, “Aku menyukaimu. Sangat sangat menyukaimu.” Seung-jo tersenyum mendengar hal itu.
Diam-diam Ibu Seung-jo memotret Ha-ni dan Seung-jo yang sedang berpelukan. Eun-jo yang melihat itu berkata, “Ibu hentikan.” Ibu Seung-jo hanya berkomentar, “Sut! Diamlah!”
Jun-gu masih ada di Restoran dan dia sangat menyesal karena tadi memaksa ingin mencium Ha-ni. Dia marah pada dirinya sendiri dan berkata, “Kenapa aku melakukan hal itu? jika aku tiba-tiba seperti itu maka perasaannya padaku akan berubah.Bong Jun-gu apa yang terjadi padamu ini?”
Ha-ni sedang duduk di samping jendela kamar tidurnya dan dia terseyum malu jika memikirkan hal yang terjadi hari ini. Seung-jo juga sedang duduk di samping jendela kamar tidurnya dan mndengar ada suara dari kamar Ha-ni sehingga dia bertanya, “Ha-ni kau belum tidur?” Ha-ni kaget mendnegar itu dan langsung pergi tidur. Seung-jo hanya bisa tersenyum.
Jun-gu membuat bekal makanan dan berkata, “Makanlah ini dan maafkan aku Ha-ni.”
Ayah Ha-ni datang ke Restoran dan melihat Jun-gu sehingga dia bertanya, “Kau kenapa sudah datang pagi-pagi sekali?” Jun-gu justru balik bertanya, “Chef bukankah kau seharusnya pergi ke pasar?” Ayah Ha-ni menjawab, “Ya aku sudah dari pasar. Ah apa ini? Kau membuat bekal makan sepagi ini?” Jun-gu berkata, “Ya aku menyiapkan ini untuk Ha-ni. Bahkan aku memberikan nama. Lihat kotak bekal ini sangat manis jadi aku memberi nama Oh Ha-ni, sedangkan kotak yang satu ini ada sayap ayam sehingga aku memberi nama Bong Jun-gu. Ah Chef bagaimana jika kita membuat kotak bekal makan siang untuk restaurant?” Ayah Ha-ni hanya berkata, “Ah aku akan memikirkannya.”
Jun-gu tersenyum senang melihat bekal makan siang yang disiapkannya untuk Ha-ni dan terus bernyanyi riang. Sementara Ayah Ha-ni merasa tidak enak hati pada Jun-gu karena Ha-ni sudah dengan Seung-jo namun Ayah Ha-ni tak sanggup mengatakan hal itu pada Jun-gu karena Jun-gu terlalu bersemangat.
Ha-ni menceritakan kejadian kemarin pada Ju-ri dan Min-ah. Tentu saja mereka tidak mepercayai bahwa Seung-jo ingin menikah dengan Ha-ni makanya mereka bertanya, “Mengapa dia mau menikah denganmu?” Ha-ni menjawab, “Entahlah. Mungkin dia sudah menyadari perasaanku.” Ju-ri ikut senang dan bertanya, “Jadi kau akan menikah dengannya?” Ha-ni menjawab, “Tidak sekarang. Kami belum lulus.” Ju-ri berkata, “Wow ini hebat. Oh Ha-ni kau seharusnya menjadi penasehat masalah cintaku.” Ha-ni tertawa malu-malu.
Min-ah berkata, “Ngomong-ngomong selamat ya karena cintamu selama 4 tahun ini akhirnya terbalaskan.” Ju-ri juga berkata, “Ya selamat akhirnya kau berhasil Oh Ha-ni.” Ha-ni berteriak kencang saking senangnya.
Lalu Ju-ri bertanya, “Lalu… Bagaimana dengan Bong Jun-gu?” Min-ah juga bertanya, “Ya lalu bagaimana dengan Yoon He-ra?” Ha Ni menjawab, “Hmm Seung-jo bilang bahwa dia akan mengatakan hal ini pada He-ra. dan aku akan mengatakan hal ini pada Jun-gu.”
Jun-gu datang ke kampus Ha-ni sambil membawa bekal makan siang untuk Ha-ni. Jun-gu melihat ada keramaian di dekat sebuah papan informasi sehingga dia menghampirinya dan melihat ada sebuah poster yang bertuliskan, “Oh Ha-ni dan Baek Seung-jo setelah 4 tahun melewati cinta akhirnya akan bertunangan.” Semua mahasiswa mulai berbisik-bisik dan bertanya-tanya, “Siapa yang mengungkapkan cinta lebih dulu? Pasti Oh Ha-ni.” Jun-gu menatap bekal makan siang yang dia bawa dan dia merasa kecewa.
Seung-jo menjelaskan semuanya pada He-ra dan He-ra berkomentar, “Ini lebih cepat dari yang aku pikirkan. Aku tau kalau suatu saat nanti kau akan menyadari perasaanmu padanya, tapi aku tidak menyangka bahwa kau menyadarinya lebih cepat.” Seung-jo berkata, “Aku juga tidak menyangka akan terjadi hal ini. Apakah kau sudah tahu?” He-ra balik bertanya, “Bukankah Ibumu sudah mengetahuinya?”
Seung-jo berkata, “Hmm Oh Ha-ni ini sungguh sulit. Seperti mencari jawaban dari sebuah pertanyaan yang tidak ada jawabannya. Karena itu ini sangat sulit.” He-ra berkata, “Karena itu kau tidak ingin mengakuinya kan? Kau tidak mengakui bahwa Baek Seung-jo berusaha keras menyelesaikan satu masalah dan dia tidak berhasil menemukan jawabannya.” Seung-jo tersenyum dan bertanya, “Bagaimana kau bisa tahu hal itu?” He-ra balas tersenyum dan berkata, “Tapi sekarang sudah tidak sulit lagi bukan?” Seung-jo menjawab, “Ya. Dulu aku merasa kesulitan karena tidak bisa mengontrol perasaan ini tapi akhirnya aku mengakui bahwa aku menyerah karena bocah itu. Setelah menyerah, aku merasa ini tidak sulit lagi. Sekarang ini terasa sungguh menyenangkan.”
He-ra terlihat cemburu dan berkata, “Huh kau ini mendatangiku untuk meminta maaf tapi kenapa kau justru berbicara terlalu banyak hah?” Seung-jo berkata, “Benarkah? Baiklah aku benar-benar meminta maaf. Tapi aku tidak bercanda saat aku berkata bahwa kita ini cocok. Saat aku bersamamu, aku merasa nyaman.” He-ra berkomentar, “Huh kau mencoba menghiburku kan?” Seung-jo tersenyum dan berkata sekali lagi, “Aku minta maaf.” He-ra berkata, “Huh tapi bagaimana? Aku tidak mungkin mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Tapi baiklah aku menerima permintaan maafmu dan selamat atas pernikahanmu.”
Seung-jo berkata, “Itu masih lama.” He-ra berkata, “Tidak apa-apa. Aku memberikan selamat lebih awal saja.” Seung-jo menjabat tangan He-ra dan tersenyum. He-ra lalu berkata, “Aku mencoba untuk melupakan perasaanku padamu tapi kenapa tanganmu begitu hangat?” Seung-jo berkomentar, “Kau adalah gadis yang sangat baik.” He-ra berkata, “Ya aku tahu itu.”
Jun-gu masih bekerja di kantin Kampus dan di saat istirahat, dia terus memandangi foto Ha-ni di HP-nya. Koki di kantin mengajak Jun-gu untuk makan bersama namun Jun-gu menolaknya. Seeorang koki ada yang melihat bekal makan siang ang di bawa Jun-gu dan bertanya, “Apa dia tidak makan karena sudah memakan bekal makan siangnya?”
Jun-gu mengambil bekal makan siangnya dan memberikannya pada koki yang sedang makan bersama. Koki itu membuka bekal itu dan langsung mengomentari bahwa makanan buatan Jun-gu sangat enak bahkan bisa di jual. Jun-gu tidak mempedulikan ucapan itu dan dan berfikir, “Ha-ni… Apakah kau sudah makan? Huh aku tidak tahu…”
Ha-ni mencoba menelpon Jun-gu tapi Jun-gu tidak menjawab telpon Ha-ni. Ha-ni pun berkata, “Hmm baiklah aku harus mengatakan hal ini secara langsung. Aku pergi begitu saja setelah kejadian kemarin malam. Hmm apakah Seung-jo sudah memberi tahu hal ini pada He-ra? He-ra sangat menyukai Seung-jo. Mungkin itu alasan kenapa He-ra selalu seperti itu padaku. Huh kenapa pacaran saja sangat sulit?”
Mahasiswa di kampus melihat poster pengumuman Ha-ni dan Seung-jo sudah bertunangan dan tentu saja mereka langsung mengomentari Ha-ni dan Ha-ni mendengar semua komentar itu. Ada yang berkata, “Wow Oh Ha-ni ini hebat ya bisa menaklukan Seung-jo.” tapi ada juga yang berkomentar, “Dia itu kan jelek!”
He-ra benar-benar sedih dan dia melampiaskannya kekesalannya ini dengan bermain tennis. He-ra mengingat kembali semua kejadian yang sudah dia lewati bersama Seung-jo dan itu membuat dia semakin sedih. He-ra terus melampiaskan kekesalannya itu dan diam-diam Kyung-su melihat hal itu.
Kyung-su berlari menuju ke supermarket terdekat dan dia sibuk memilihkan air minum untuk He-ra, “Dia pasti sangat haus… Aku harus tahu apa yang dia sukai agar bisa membelikan minuman untuknya. Air mineral? AH tidak tidak ini tidak dingin. Baiklah ini air dingin tapi aku tidak tau apakah dia menyukai ini atau tidak. Apa minuman ini ya? Ah tapi hanya karena dia sedang olahraga maka bukan berarti dia ingin minuman isotonik. Ah ya coke, ya Diet Coke. Tapi dia tidak perlu mengurangi berat badannya lagi… Aduh apa yang harus aku beli untuknya?”
Kyung-su benar-benar kebingungan hingga akhirnya dia bertanya pada penjaga supermarket, “Permisi jika anda sedang sangat haus maka anda akan minum apa ya?”
Hingga malam He-ra masih terus melampiaskan kekesalannya itu dengan bermain tennis dan Kyung-su terus berdiri di samping He-ra sambil memegang minuman.He-ra sudah tidak sanggup memukul bola sehingga dia terjatuh. Kyung-su menghampirinya dan bertanya, “Kau baik-baik saja?” He-ra melihat Kyung-su dan dia melihat minuman yang di beli oleh Kyung-su ternyata bir tapi He-ra meminum itu karena dia sangat haus.
He-ra duduk di bangku lapangan tennis dan berusaha membuka botol bir namun tidak berhasil membukanya. Kyung-su menawarkan bantuan namun He-ra menolaknya. He-ra mulai menangis dan Kyung-su berkata, “Tidak apa-apa jika kau menangis terisak seperti itu. Jangan ditahan.” He-ra langsung menangis dan bersandar di bahu Kyung-su. Kyung-su pun jadi ikut sedih.
Jun-gu bermain petasan sendirian di pinggir sungai Han dan dia berkata, “Ha-ni aku sangat ingin melakukan ini bersamamu.” Jun-gu lalu menyanyikan lagu dan dia sangat sedih.
Jun-gu duduk di pinggir sungai Han dan minum bir. Ada telpon dari Ayah Ha-ni dan dia segera mengangkatnya, “Ya chef? ya aku sekarang sedang mencari udara segar. Baiklah aku akan segera kembali.”
Ha-ni berjalan menuju Restoran Ayahnya dan dia langsung bersembunyi saat para karyawan yang lainnya berjalan pulang dan tinggal Jun-gu yang ada di Restaurant. Ha-ni mempersiapkan dirinya lalu masuk kedalam Restoran. Jun-gu kaget melihat Ha-ni dan dia berusaha bersikap biasa, “Ah kau datang. Baguslah ini ada dompet Chef yang tertinggal.” Ha-ni melihat Jun-gu yang sedang membuat mie dan mencoba berbasa basi, “Warnanya bagus. Apa itu?” Jun-gu menjawab, “Ini? Chlorella.”
Ha-ni lalu mulai berkata, “Jun-gu, aku… ada sesuatu yang mau aku katakan.” Jun-gu memotong pembicaraan Ha-ni dan berkata, “Maafkan aku tapi kau sebaiknya cepat pulang karena aku sedang sangat sibuk.”
Tiba-tiba pintu Restoran terbuka dan Seung-jo datang. Seung-jo menghampiri Jun-gu dan berkata, “Bong Jun-gu, kita harus bicara.” Jun-gu berkomentar, “Apa kau bercanda? Apa yang harus kita bicarakan? Pergi saja kau.”
Tiba-tiba pintu Restoran terbuka dan Seung-jo datang. Seung-jo menghampiri Jun-gu dan berkata, “Bong Jun-gu, kita harus bicara.” Jun-gu berkomentar, “Apa kau bercanda? Apa yang harus kita bicarakan? Pergi saja kau.”
Seung-jo berkata, “Baiklah kalau begitu aku akan mengatakannya disini. Aku… Menyukai Oh Ha-ni. Kami tidak seharusnya meminta ijin padamu untuk berhubungan tapi ini sangat penting bagi Ha-ni. Akan sangat baik jika kau merelakan Ha-ni pergi. Jika kau merelakannya maka semuanya akan berjalan lancar.”
Jun-gu berkata, “Hey ini hal bodoh untuk di ucapkan! Merelakan apa? Hey Baek Seung-jo selama ini kau selalu kejam pada Ha-ni dan sekarang apa yang kau katakan?! Sepertinya kau tidak mengetahui ini tapi aku menyukainya selama 4 tahun!” Ha-ni tiba-tiba berkata, “Jun-gu… maafkan aku.” Jun-gu berkata, “Kenapa kau meminta maaf?” Ha-ni menjawab, “Tentu saja aku harus meminta maaf dan berterima kasih. Tapi aku benar-benar….”
Jun-gu memotong pembicaraan dan berkata, “Tidak apa-apa. Jangan katakan itu. Aku sudah tahu dan melihatnya. Oh Ha-ni kau sungguh sungguh tidak punya selera dalam memilih laki-laki. Nanti muskipun kau menyesalinya, aku tidak akan menyerah. Apa kau akan baik-baik saja jika begini? Lihat kau bahkan tidak bisa menjawab pertanyaanku dengan cepat. Hey Baek Seung-jo, apa yang akan kau lakukan? Ha-ni bahkan tidak bisa menjawab pertanyaanku dengan cepat.” Seung-jo mejawab, “Ya. Aku mulai gugup.” Jun-gu berkata, “Seung-jo, Kau harus tahu bahwa aku akan selalu mengawasimu. Jika kau membuat Ha-ni menangis maka aku akan membuatmu nangis darah.” Seung-jo berkomentar, “Ya aku akan mengingatnya.”
Ayah Ha-ni mencari dompetnya dan dia berjalan ke arah Restoran. Saat Ayah Ha-ni hendak masuk, dia melihat Seung-jo, Ha-ni dan Jun-gu ada di dalam sehingga dia pun bersembunyi. Ha-ni dan Seung-jo keluar dari restoran dan Ayah Ha-ni langsung mengintip Jun-gu yang ada di dalam restoran.
Seung-jo dan Ha-ni berjalan menuju mobil dan Ha-ni bertanya, “Mobil siapa ini?” Seung-jo menjawab, “Ini mobil perusahaan dan mulai saat ini aku akan memakainya.” Ha-ni tersenyum senang dan bertanya, “Ini bagus. jadi apa kita bisa jalan-jalan?” Seung-jo menjawab, “Tidak. Ini hanya di gunakan untuk keperluan perusahaan.” Ha-ni kesal dan langsung cemberut.
Ayah Ha-ni mencoba menghibur Jun-gu yang sedang sedih. Jun-gu berkata, “Chef, kau tau? Aku ingin sekali memanggilmu Ayah mertua.” Jun-gu mulai menangis dan Ayah Ha-ni menenangkannya.
Ayah Seung-jo bertemu dengan Tuan Yun, kakek He-ra dan dia meminta maaf karena Seung-jo tidak bisa menikahi He-ra. Ayah Seung-jo berkata, “Ini semua salahku. Mengenai kemunduran perusahaan dan semuanya. Seung-jo mungkin bisa di andalkan tapi dia masih terlalu muda dan lagi dia…” Tuan Yun memotong pembicaraan dan berkata, “Jangan berbasa-basi. Aku akan memutuskan investasiku.” Ayah Seung-jo berkata, “Tapi project permainan ini sudah hampir selesai dan bukankah kau menyukainya?” Tuan Yun berkomentar, “Aku bukan orang sehebat itu. Aku tidak bisa membedakan apa yang aku rasakan dan apa yang akan aku lakukan. Aku tidak tahu apa pendapat pasar mengenai permainan buatanmu ini.”
Seung-jo datang ke perusahaan Tuan Yun dan Ayah Seung-jo sangat kaget melihatnya. Tuan Yun bertanya, “Untuk apa kau datang kemari? Untuk melihat hukuman yang akan kau terima?!” Seung-jo menjawab, “Aku sudah menyelesaikan semuanya dengan cucumu, He-ra. Hari ini aku datang untuk membicarakan mengenai bisnis. Meminta maaf atas semua yang terjadi mungkin He-ra tidak menyukainya. Untuk alasan apapun karena telah menempatkan dia dalam posisi yang tidak mengenakan ini dan aku pikir dia tidak akan suka jika di tempatkan pada posisi yang harus meminta maaf. Aku memiliki kepribadian yang sama dengan dia jadi aku tahu yang dia rasakan.”
Tuan Yun bertanya, “Jadi kau tidak ingin meminta maaf pada He-ra dan kau ingin aku tetap berinvestasi pada perusahaanmu?” Seung-jo menjawab, “Ya. Tolong berinvestasilah tapi aku rasa anda tidak perlu menginvestasikannya pada perusahaan kami. Aku bisa menawarkan permainan ini pada perusahaan lain atau pun pada perusahaanmu. Apapun kemungkinannya, aku hanya meminta agar anda tetap memperbolehkan kami memiliki layanan permainan. Dua bulan terakhir ini karyawan kami selalu bekerja keras dan hasilnya pun sudah sangat bagus. Tidak apa-apa jika kau tidak menginginkan perusahaan kamu tapi aku harap kau tetap ingin melihat permainan ini. Dan kumohon selamatkan pera pengembang permainan ini. Jika ini semua berakhir hanya karena anda membenciku, bukankah ini kekanak-kanakan?”
Tuan Yun marah, “Kau mencoba mengajariku hah?” Seung-jo menjelaskan, “Bukan begitu…” Tuan Yun berkata, “Baek Seung-jo aku sungguh tidak menyukaimu! Kau seharusnya memohon padaku dan mengaku salah. Jika kau memohon maka aku akan bersimpati dan menandatangani kontrak. Dasar bodoh! Sekertaris tolong bawakan stempel untuk tanda tangan kontrak.” Seung-jo dan Ayahnya langsung tersenyum senang.
Tuan Yun berkata, “Kau harus mengembalikan uangku ini berlipat ganda!” Seung-jo menjawab dengan senang, “Tentu saja! Aku akan melakukannya.” Ayah Seung-jo sangat senang dan mengucapkan terima kasih.
Keluarga Baek dan Keluarga Oh semuanya berkumpul bersama membicarakan kesuksesan Seung-jo yang minggu depan akan mengadakan peluncuran permainan. Ayah Seung-jo berkata, “Seung-jo aku berhutang banyak padamu. Ini membuatku berfikir, Apakah kau sungguh anakku? Kau sangat keren. Tapi kau pikir aku hanya melewati ini sekali atau dua kali? Ya dan aku pikir kau bisa berhenti sekarang. Kau sudah cukup baik melakukannya dan kau bisa berhenti. Ini saatnya kau memilih jurusanmu untuk tahun depan. Bukankah kau ingin masuk kedokteran? Kau harus masuk!” Semuanya senang.
Seung-jo tiba-tiba berkata, “Tapi belum ada jaminan jika permainan ini akan sukses. Jika kita berhutang maka kesehatanmu…” Ayah Seung-jo memotong pembicaraan dan berkata, “Sudah jangan banyak bicara! Aku ini terkenal dalam industri game jadi jangan meremehkanku. Kau jangan berani-berani mencuri kursi direkturku! Aku akan tetap menjadi direktur untuk 20 tahun kedepan!”. Ayah Ha-ni bertanya, “Lalu setelah itu?” Eun-jo menjawab, “Aku ada disini! Aku lebih baik dalam bidang game dari pada Kakakku. Dia tidak menyukai game dan tidak pandai dalam hal itu. Jika aku bekerja keras dari sekarang maka aku akan menjadi pewaris perusahaan yang hebat. Jadi Kak Seung-jo sebaiknya menjadi dokter saja yang bisa menyembuhkan pasien seperti No-ri.” Seung-jo berkomentar, “Sepertinya aku langsung di tendang keluar setelah aku menyelamatkan perusahaan yang hampir runtuh ini.” Semuanya tertawa dan Ibu Seung-jo berkata, “Ayo kita dukung Seung-jo masuk ke jurusan kedokteran!”
Tangan Ju-ri terluka karena memotong rambut sehingga Ha-ni mengobatinya. Ju-ri berkata, “Sebentar lagi aku akan lulus sekolah memotong rambut dan kalian harus membelikan aku satu set gunting khusus untuk memotong rambut.” Min-ah berkomentar, “Itu sangat mahal.” Ju-ri merengek, “Tapi itu barang yang orang-orang dapatkan setelah lulus. Jadi kalian berdua harus mulai menabung untuk membelikan aku satu set gunting khusus.”
Ha-ni berkata, “Baiklah aku akan mulai mencari kerja sambilan.” Min-ah berkomentar, “Kalau begitu belikan aku papan untuk menggambar di komputer.” Ha-ni lalu berkata, “Min-ah aku sudah melihat web desaign-mu. Benar-benar lucu dan itu menceritakan tentang kita.” Ju-ri marah, “Huh tapi Min-ah menggambarku dengan sangat besar. Apa aku sebesar itu hah?” Ha-ni berkata, “Tapi karaktermu paling terkenal Ju-ri.” Ju-ri tersenyum senang dan berkata, “Wah Min-ah apa kau akan menjadi komikus terkenal? Aku harus meminta tanda tanganmu dari sekarang sepertinya.”
Seung-jo mulai meluncurkan produk permainan terbaru dan itu benar-benar terkenal hingga dia di wawancarai di TV karena hal ini. He-ra dan Tuan Yun sedang menonton tayangan itu. He-ra berkata, “Kakek, bukankah dia hebat?” Tuan Yun berkomentar, “Ya. Dia sungguh idaman semua wanita.” He-ra berkata, “Tentu saja. Apa mungkin aku menyukai laki-laki biasa?” Tuan Yun berkata, “Tapi itu masa lalu. Apakah kau sudah menghapus dia dari perasaanmu? Kau terlihat marah padanya.” He-ra berkomentar, “Jika aku melihatnya maka aku akan terlihat serakah. Ah sungguh melelahkan.”
Jun-gu sedang mencuci piring sambil melihat Seung-jo yang sedang di wawancarai di TV. Jun-gu tersenyum dan berkata, “Baek Seung-jo kau adalah yang memotivasiku untuk menjadi orang sukses. Tunggu dan lihat saja, aku akan menjadi sukses.”
Bapa Seung Jo, Ibu Seung Jo, Eun Jo dan Ha Ni sedang sarapan bersama. Bapa Seung Jo bilang bahwa Seung Jo sangat mengangumkan. Ibu Seung Jo lalu bilang bahwa permainan yang di luncurkan oleh Seung Jo ini sangat baik perkembangannya di Internet dan web design yang di buat oleh Min Ah juga sangat lucu. Ha Ni bilang bahwa Web design buatan Min Ah memang sangat terkenal dan mungkin Min Ah bisa menjadi seorang komikus terkenal.
Ayah Seung-jo bilang bahwa saat ini sulit sekali menjadi pekerjaan jadi beruntung sekali teman-teman Ha-ni jika sudah mempunyai pekerjaan karena masih ada saja orang yang tidak peduli akan pekerjaan. Eun-jo berkomentar, “Sepertinya di rumah ini juga ada orang yang tidak peduli akan hal itu.” Ibu Seung-jo jelas langsung memarahi Eun-jo. Ibu Seung-jo lalu berkata, “Ah ya Ha-ni ada surat yang dikirim oleh Universitasmu. Ini.”
Ha-ni menerima surat itu dan membukanya. Ibu Seung-jo bertanya, “Apa itu?” Ha-ni sedih melihat surat itu dan berkata, “Ini rapot…” Eun-jo berkomentar, “Ini terlihat jelas bagaimana hasilnya.”
Ha-ni membawa rapot itu ke kamarnya dan dia benar-benar kesal. Seung-jo masuk ke kamar Ha-ni dan Ha-ni langsung mengeluh, “Bagaimana ini? Aku sudah menghitung nilaiku dan aku pikir nilaiku bagus. Tapi kenapa hasilnya seperti ini?”
Seung-jo berkomentar, “Mungkin ada kesalahan hitung. Tapi jika memang hasilnya seperti itu maka kau harus lebih bekerja keras. Percuma kau datang padaku dan menangis. Kau yang menyebabkan hal ini jadi hanya kau yang bisa bertanggung jawab.”
Saat Seung-jo mau keluar kamar Ha-ni, Ha-ni mencegahnya dan berkata, “Hmm aku pikir aku tidak pandai belajar… Haruskah aku menyerah kuliah saja? Aku sudah berusaha tapi nilaiku sepertinya tidak membaik.” Seung-jo berkomentar, “Lalu jika kau berhenti maka kau akan memiliki waktu lebih banyak untuk mengikutiku hah? Bagaimana mungkin kau bisa berfikiran seperti itu sementara orang di sekitarmu berusaha dengan keras untuk mendapatkan pekerjaan. Apa yang akan kau lakukan nanti hah? Apa kau sudah memikirkan masalah karirmu untuk masa depan? Kau tidak pernah memikirkan hal itu sehingga perhitunganmu pun salah dan nilaimu tidak pernah bertambah. Apa yang aku katakan ini salah?”
Seung-jo berkomentar, “Mungkin ada kesalahan hitung. Tapi jika memang hasilnya seperti itu maka kau harus lebih bekerja keras. Percuma kau datang padaku dan menangis. Kau yang menyebabkan hal ini jadi hanya kau yang bisa bertanggung jawab.”
Saat Seung-jo mau keluar kamar Ha-ni, Ha-ni mencegahnya dan berkata, “Hmm aku pikir aku tidak pandai belajar… Haruskah aku menyerah kuliah saja? Aku sudah berusaha tapi nilaiku sepertinya tidak membaik.” Seung-jo berkomentar, “Lalu jika kau berhenti maka kau akan memiliki waktu lebih banyak untuk mengikutiku hah? Bagaimana mungkin kau bisa berfikiran seperti itu sementara orang di sekitarmu berusaha dengan keras untuk mendapatkan pekerjaan. Apa yang akan kau lakukan nanti hah? Apa kau sudah memikirkan masalah karirmu untuk masa depan? Kau tidak pernah memikirkan hal itu sehingga perhitunganmu pun salah dan nilaimu tidak pernah bertambah. Apa yang aku katakan ini salah?”
Ha-ni kesal dan menjawab, “Baek Seung-jo kau tidak mengerti aku. Kau hebat dalam segala hal walaupun kau tidak berusaha keras. Bahkan kau populer di kalangan wanita. Kau tidak mengerti perjuangan seseorang. Orang sepertimu tidak pernah mengerti perasaanku!” Seung-jo berkata, “Jika kau tidak memiliki ketekunan maka apa yang akan kau lakukan hah? Maka kau tidak akan memiliki kelebihan apapun.” Ha-ni berkata, “Kau… Kau orang yang sangat dingin Baek Seung-jo!”
Ha-ni mengambil mantelnya dan langsung memakainya. Seung-jo bertanya, “Kau mau pergi kemana?” Ha-ni menjawab, “Kemanapun.” Seung-jo bertanya kembali ,”Apa ada tempat untukmu selarut ini?” Ha-ni menjawab, “Ada. Aku bisa pergi ke laki-laki lain.” Seung-jo tersenyum dan berkata, “Benarkah? Jadi kau memiliki kebarnian seperti itu? Bong Jun-gu atau Kyung-su?” Ha-ni berkata, “Meskipun kau akan menyesal, aku tidak akan peduli.” Seung-jo keluar kamar Ha-ni dan berkata, “Lakukan apa yang kau inginkan.”
Ha-ni keluar rumah dan membawa kopernya. Ha-ni berkata, “Kau keterlaluan Baek Seung-jo! Aku sudah sedih karena nilaiku dan kau menambah kesedihanku! Sebahagia apapun aku, aku tetap merasa sedih. Aku ingin kau membuatku senang walaupun sedikit! Baek Seung-jo si darah dingin!!”
Ibu Seung-jo memarahi Seung-jo dan dia berkata, “Apa yang kau lakukan padanya? Bukankah kau tau bahwa dia itu tipe wanita yang tidak pantang menyerah walaupun kau mengatakan hal kejam. Apa yang kau katakan padanya hah? Apa yang kau katakan hingga dia pergi?” Seung-jo menjawab, “Dia mungkin pergi ke temannya, lagi pula aku tidak mengatakan apapun. Aku hanya memberinya motivasi karena dia mendapatkan peringatan dari kampus.” Ibu Seung-jo berkomentar, “Kau ini keterlaluan. Aku pikir kau sudah lebih baik. Kenapa kau seperti ini lagi?” Seung-jo menjawab, “Ini kesempatan yang bagus. Dia harus berpisah denganku sementara waktu agar dia bisa memikirkan dirinya sendiri.”
Ha-ni datang ke tempat kerja Ju-ri dan Ju-ri sangat kaget melihat Ha-ni, dan dia semakin kaget saat Ha-ni bilang bahwa dia pergi dari rumah.
Akhirnya Ju-ri, Min-ah dan Ha-ni pergi ke bar dan berbicara. Min-ah bertanya, “Jadi kau gagal dalam satu kelas dan kalian bertengkar?” Ju-ri bertanya juga, “Jadi ini pertengkaran pasangan hah?” Ha-ni kesal dan menjawab, “Huh aku sedang tidak ingin bercanda.” Min-ah berkomentar, “Sepertinya hanya kau yang berfikiran keluar rumah hanya karena hal seperti ini.” Ju-ri berkata, “Mungkin dia nanti akan menjemputmu Ha-ni.” Ha-ni tersenyum dan bertanya, “Hmm benarkah?” Min-ah menjawab, “Entahlah. Sudah minum saja. Kau bisa menginap di tempatku untuk hari ini.”
Sepulang dari bar itu, Ha-ni, Ju-ri, Min-ah naik taxi untuk pulang. Ha-ni berfikir, “Apakah Seung-jo sudah tidur? Tidak mungkin. Karena aku pergi seperti ini pasti dia khawatir dan tidak bisa tidur. Apakah dia akan mencariku? Apakah aku harus mengirim dia sms agar dia tahu keberadaanku? Tidak peduli bagaimanapun seperti aku keterlaluan karena bilang padanya bahwa aku akan pergi kepada laki-laki lain. Apakah dia akan menjemputku besok? Apakah dia khawatir? Baek Seung-jo… Aku kesepian tanpamu. Ini mungkin menyedihkan tapi… aku meindukanmu Seung-jo!”
Ha-ni, Min-ah dan Ju-ri pergi ke kampus bersama. Min-ah berkata, “Ha-ni sepertinya kau tidak tidur dengan nyenyak semalam. Jika kau merindukan Seung-jo maka pulanglah.” Ha-ni berkata, “Huh aku tidak boleh menyerah sekarang karena sudah sejauh ini. Ini kesempatan untukku membuat dia menyadari arti penting kehadiranku. Aku tidak bisa menjadi orang yang selalu berkata suka padanya.” Ju-ri berkomentar, “Ya ampun Oh Ha-ni sepertinya ini pertama kali kau berfikir menggunakan akal sehatmu.”
Ju-ri lalu pamit untuk pergi kerja dan Min-ah berkata, “Kau mengambil keputusan yang benar dan kau harus tetap berjuang.” Ha-ni bertanya, “Hmm tapi bagaimana dengan Seung-jo? Haruskah aku diam-diam melihatnya dari jauh?” Min-ah berkata, “Oh Ha-ni….” Ha-ni berkomentar, “Kenapa? Ini menyenangkan untuk melihat wajahnya yang merindukanku. Ayo lah.”
Min-ah dan Ha-ni pergi ke fakultas kedokteran dan mereka diam-diam mengintip Seung-jo.
Ha-ni melihat Seung-jo yang sedang mengobrol dengan teman-temannya dan Min-ah berkata, “Huh dia terlihat bersenang-senang. Dia tidak terlihat menderita karena kau tinggalkan.” Ha-ni benar-benar kesal dan bekata, “Aku tidak akan kembali ke rumah! Tidak akan!”
Ha-ni melihat Seung-jo yang sedang mengobrol dengan teman-temannya dan Min-ah berkata, “Huh dia terlihat bersenang-senang. Dia tidak terlihat menderita karena kau tinggalkan.” Ha-ni benar-benar kesal dan bekata, “Aku tidak akan kembali ke rumah! Tidak akan!”
Ibu Seung-jo sedih karena Ha-ni sama sekali tidak menghubungi rumah sejak kemarin. Seung-jo pulang dan Ibu Seung-jo bertanya, “Bagaimana dengan Ha-ni? Apakah kau melihatnya?” Seung-jo menjawab, “Tidak.” Ibu Seung-jo berkata, “Bagaimana ini? Pergilah menyelesaikan masalah dan pulang dengan membawa Ha-ni. Huh kenapa Ha-ni menjadi keras kepala begini? Ha-ni pasti ingin kembali tapi dia tidak mempunyai kesempatan. Dia pasti kesulitan saat ini. Kau bahkan tidak tahu hal ini?” Seung-jo tidak berkomentar apapun dan langsung pergi ke kamarnya.
Ibu Seung-jo kesal dan berkata, “Huh bagaimana mungkin ada orang sedingin dia? Kasihan sekali Ha-ni.” Ayah Ha-ni berkomentar, “Sudah biarkan saja. Ini masalah mereka jadi biarkan mereka yang menyelesaikan masalahnya. Mungkin sesuatu yang baik akan terjadi pada Ha-ni setelah mereka berpisah untuk sementara waktu.” Ibu Seung-jo berkata, “Jika kau berkata seperti itu amka apa yang bsia kita lakukan lagi? Ha-ni baru satu hari meninggalkan rumah ini tapi aku sudah sangat merindukannya.”
Min-ah meminta maaf pada Ha-ni karena Ha-ni tidak bisa tinggal di rumahnya lagi karena keluarga Min-ah datang . Min-ah berkata, “Kau akan pulang ke rumah kan? Jangan seperti itu… Pulanglah. Dia mungkin sedikit kejam tapi aku rasa ini untuk kebaikanmu. Pulanglah. Maafkan aku ya Ha-ni. Cerialah….” Ha-ni menjawab, “Ya aku mengerti. Masuklah kau kedalam rumah dan aku akan segera pergi.”
Setelah Min-ah pergi menuju rumahnya. Ha-ni berkata, “Huh kemana aku harus pergi sekarang? Si Jelek Baek Seung-jo bahkan tidak mengkhawatirkanku! Bagaimana mungkin dia bahkan tak menelponku?”
Seung-jo sedang di kamarnya dan dia berniat menelpon Ha-ni. Namun dia masih gengsi sehingga dia tidak jadi menelpon Ha-ni.
Ha-ni memutuskan untuk tidka pulang ke rumah dan dia terus berkeliling kota sendirian. Dia ketakutan karena banyak sekali orang yang mengganggunya.
Seung-jo melihat Ibunya yang mau pergi dan dia bertanya, “Ibu mau kemana malam begini?” Ibu Seung-jo menjawab, “Karena kau tidak mencarinya terus maka aku yang akan mencarinya!!!” Seung-jo berkomentar, “Aku juga mengkhawatirkannya tapi ini adalah masalah dia jadi ibu harus membiarkan dia menyelesaikan masalahnya sendiri. Ini adalah hal yang terbaik untuk Ha-ni.” Ibu Seung-jo menjawab, “Huh ya aku mengerti. Tapi apa kau tau sesuatu hah? Perasaan seseorang itu tidak seperti matematika yang mempunyai jawaban. Apa jawaban yang benar… Aku juga tidak tahu.”
Ha-ni berjalan sendirian dan berkata, “Huh Seung-jo benar. Aku selalu bergantung pada orang lain dan tidak pernah memikirkan diriku sendiri. Atau memikirkan masa depanku. Tapi tetap aku tidak akan pulang. Jika aku pulang maka ini tidak akan mengubah semuanya. Lihat saja, sebelum aku menikah, aku akan menjadi wanita yang pantas untuk Baek Seung-jo!”
Ha-ni melihat sebuah Restoran yang kebetulan sedang mencari pekerja sehingga dia pun melamar pekerjaan di restaurant itu sebagai pelayan. Bibi Restoran itu sangat baik dan bertanya, “Apa gadis muda sepertimu bisa melakukan pekerjaan ini? Ini cukup berat dan jika Restoran sedang ramai maka kau juga harus memasak. Apa ini tidak apa-apa?” Ha-ni menjawab, “Tenang saja. Ayahku adalah koki Restoran juga jadi aku pasti bisa melakukannya. Aku akan melakukan yang terbaik.”
Min-ah dan Ju-ri sedang berbicara di taman kampus. Min-ah berkata, “Aku pikir dia akan pulang ke rumahnya tapi ternyata dia bekerja paruh waktu di Restoran.” Ju-ri berkomentar, “Uh Oh Ha-ni mencari masalah kembali.” Min-ah berkata, “Ha-ni bilang kita harus merahasiakan ini dari Seung-jo.” Ju-ri berkata, “Oh jadi dia ingin membuat sesuatu yang berarti hingga dia bertemu Seung-jo?’ Min-ah menjawab, “Entahlah. restoran-nya terlihat kumuh. Bahkan celemek kotor itu sangat tiak cocok di pakai Ha-ni.”
Ju-ri lalu bertanya, “Lalu bagaimana dengan kuliahnya? Dia bilang dia ingin keluar. Apakah dia akan terus bekerja di Restoran itu?” Min-ah tiba-tiba kaget karena ternyata Seung-jo mendengar semua pembicaraan mereka tadi.
Ha-ni benar-benar bekerja keras di Restoran. Dia mengantarkan makanan, mencuci piring, mengelap sendok, bahkan dia juga ikut membantu memasak.
Saat sedang mengantarkan makanan, Ha-ni bertemu dengan He-ra yang baru keluar dari toko buku. Ha-ni mencoba menghindar namun He-ra mengenali Ha-ni. He-ra berkata, “Jadi sekarang kau bekerja?” Ha-ni mengalihkan pembicaraan, “Hmm aku dengar kau akan masuk jurusan hukum. Selamat. Tapi aku dengar ujian lisensinya sangat sulit.” He-ra menjawab, “Jika kau tidak sejenius Seung-jo maka itu akan sulit jika hanya mencobanya sekali. Bahkan ada yang mencoba tes itu hingga 12 tahun.” Ha-ni berkomentar, “Kalian beruntung karena segalanya terlihat mudah untuk kalian.” He-ra berkata, “Banyak yang mengatakan seperti itu tapi tidak penting seberapa pintar engkau jika kau tidak bisa mengikutinya. Aku tidak yakin tapi aku rasa Seung-jo juga bekerja keras untuk ujiannya.”
He-ra berkata, “Tidak ada yang gratis dalam hidup ini. Karena kau merasa kesulitan dalam belajar… Apa kau mencoba mencari hal lain? Hmm apa itu? Ah apakah menjadi ibu rumah tangga? Itu sempurna. Kau dan nampan itu sangat cocok sekali. Bekerja keraslah, aku akan mendoakanmu. Sampai Jumpa Ha-ni…”
Ha-ni kembali ke Restoran dan Bibi Rostoran bilang bahwa ada pelanggan yang memesan sup. Ha-ni menyiapkan supnya dan mengantarkannya ke pelanggan yang memesan. pelanggan itu mencicipi sup dan berkomentar, “Rasanya hambar.” Ha-ni kaget dan berkata, “Benarkah? Aku akan memasaknya kembali.” Ha-ni melihat pelanggan itu dan sangat kaget saat melihat kalo pelanggan itu adalah Seung-jo. Seung-jo berkata, “Percuma kau memasaknya beberapa kali juga. Temanmu bilang ini Restoran yang enak, apa temanmu itu memiliki selera yang aneh.”
Ha-ni dan Seung-jo pergi ke luar restaurant untuk berbicara. Seung-jo bertanya, “Apa yang akan kau lakukan di masa depan?” Ha-ni menjawab, “Berpisah denganmu untuk sementara… Aku sadar bahwa ini melelahkan dan aku begitu kekanak-kanakan. Aku terlalu memikirkan kesenanganku saja.” Seung-jo kembali bertanya, “Jadi kau sudah membuat keputusan? Apa itu”
Ha-ni mengangguk dan berkata, “Ya aku memikirkannya. Seung-jo mungkin kau akan merasa ini konyol dan menertawakannya. Tidak peduli seberapa banyak aku memikirkannya, ini adalah hal yang kuinginkan. Yaitu membantu Baek Seung-jo bekerja. Aku akan menjadi perawat karena ini berhubungan dengan kehidupan, mungkin kau berfikir ini tidak cocok denganku. Tapi aku sungguh serius memikirkan ini. Aku ingin menjadi istri yang cocok untukmu.”
Ha-ni mengangguk dan berkata, “Ya aku memikirkannya. Seung-jo mungkin kau akan merasa ini konyol dan menertawakannya. Tidak peduli seberapa banyak aku memikirkannya, ini adalah hal yang kuinginkan. Yaitu membantu Baek Seung-jo bekerja. Aku akan menjadi perawat karena ini berhubungan dengan kehidupan, mungkin kau berfikir ini tidak cocok denganku. Tapi aku sungguh serius memikirkan ini. Aku ingin menjadi istri yang cocok untukmu.”
Seung-jo tersenyum dan berkata, “Jadi kau telah memikirkannya? Berusahalah yang terbaik untuk menjadi perawat.”
Seung-jo lalu memeluk Ha-ni dan berkata, “Berhentilah seperti ini dan kembali ke rumah.” Ha-ni bertanya, “Bolehkah? Sebenarnya aku sangat merindukanmu dan aku pikir aku akan mati hanya karena hal ini.” Seung-jo berkata, “Aku tahu. Aku tahu semuanya.”
Semua sudah kembali seperti awal dan mereka berkumpul di ruang makan untuk makan bersama. Ayah Ha-ni berkata, “Seung-jo kau sepertinya sangat sibuk karena aku jarang sekali melihatmu.” Seung-jo berkata, “Ya aku sepertinya akan sangat sibuk hingga tahun depan ini.” Ha-ni mau berbicara namun Ayah Seung-jo mendahuluinya, “Ah ya Seung-jo pasti akan sangat sibuk karena game buatannya akan di pamerkan dalam acara Amerika Game Show pada tahun depan.” Semuanya pun senang mendengar hal itu.
Ibu Seung-jo lalu berkata, “Semuanya tolong dengarkan. Tolong kosongkan jadwal kalian semua pada hari rabu depan!” Ayah Seung-jo berkomentar, “Hmmm Rabu? Aku ada janji bermain golf dengan Tuan Yun.” Ayah Ha-ni berkomentar, “Hmm aku juga tidak bisa karena ada janji dengan karyawan Restoranku untuk pergi berlibur bersama.” Eun-jo juga berkata, “Aku tidak bisa karena aku di undang ke ulang tahun temanku.” Seung-jo berkomentar, “Aku juga tidak bisa.” Ibu Seung-jo berkata, “Baiklah pokoknya kalian harus membatalkannya!” Seung-jo bertanya, “Memangnya ada apa rabu depan?” Ibu Seung-jo tersenyum dan menjawab, “Pernikahanmu.” Semuanya jelas kaget mendengar hal itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar