Jumat, 24 Desember 2010

Speedy Scandal Episode 2

Kemudian Jeong-nam menulis cerita. Tapi selalu saja di salahkan oleh Hyeon-su. Hingga akhirnya Hyeon-su menulisnya sendiri sesuka hatinya dan yang pasti tak sesuai dengan apa yang terjadi yang tentu saja membuat Jeong-nam kesal. Dan ternyata Chang-hun yang ikut mendengarkan siaran Hyeon-su pun ikut kesal.


Setelah itu , Hyeon-su menulis cerita lagi yang lagi-lagi tak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Ia bilang ia sangat menyayangi Ki-dong dan terus memanjakannya. Membiarkan Ki-dong menonton acara tv sesukanya. Padahal aslinya malah ia yang selalu sok menang sendiri saat nonton tv dan Ki-dong malah disuruhnya mengambil air minum untuknya.

Hyeon-su menulis sekali agi. Ia bilang suka mengajak Jeong-nam dan Ki-dong ke taman hiburan. Jangankan mengajak, menawarkan saja tak pernah. Hyeon-su juga bilang sering mengajak mereka berdua pergi ke mall dan membelikan mereka baju yang bermerek. Tentu saja Jeong-nam kesal karnanya. Lalu akhirnya, Hyeon-su beneran ngajak mereka berdua ke mall. Hanya saja, mereka cuma membeli barang satu tas kecil, sedangkan Hyeon-su seperti ini....


Saatnya audisi penyanyi baru di radio Hyeon-su. Sebelum acara mulai, Hyeon-su menelpon Jeong-nam dan menanyakan Jeong-nam ingin makan apa malam ini. Jeong-nam bilang ia ingin makan daging. Lalu Hyeon-su bilang ia akan membelikan mereka chobab. Tentu saja Jeong-nam menolaknya karna chobab itu nasi dengan lauk ikan yang dimasak cuka. Hyeon-su kaget saat melihat Jeong-nam datang ke studio dan mengatakan padanya kalo ia ingin makan daging.

Hyeon-su terus saja menatap Jeong-nam yang ternyata datang untuk ikut audisi. Dan Ki-dong juga ikut di ajak dan ada di kantor bermain bersama salah satu staf radio. Hyeon-su bingung. Takut ketahuan, hingga membuat kerjaannya jadi berantakan. Hingga kejedot meja juga saking groginya karna mikirin Jeong-nam dan Ki-dong yang ada di stasiun radio. 

Kemudian, mulailah acara audisi hari itu. Empat peserta sudah menunjukkan kebolehan mereka. Tapi kemudian Hyeon-su bilang, "Ok, kita sudah mendengar penampilan dari semua peserta". Tentu saja ia di protes oleh dua orang rekannya karna sebenarnya masih ada 1 peserta lagi yaitu Jeong-nam yang memakai nama Je-in. 

Kedua rekan Hyeon-su memuji nama Je-in yang indah. Je-in bilang, ibunya memberi nama itu agar suatu saat ia bisa dikenal banyak orang. Berbeda dengan Hyeon-su yang terus saja mencelanya. "Ya...ya... kami berharap kau akan menjadi terkenal. Sekarang lekaslah kau segera naik ke panggung.Semua orang sedang menyaksikan program ini, "Bo-yeong In radio"Seluruh negeri sedang mendengarkan jadi jangan gugup.Lagunya adalah "Perhaps that" yang dipopulerkan oleh Choi Yeong-jun.Oh baik..wow, kau suka musik lama ya. Konsep lama...Ok, siap, mulai!" begitu kata Hyeon-su.

Musik pengiring sudah mulai dimainkan. Tapi Je-in (sekarang aku tulis Jeong-nam jadi Je-in ya...) diam saja. Kemudian di ulang sekali lagi, tapi Je-in masih juga diam sambil memandangi gitar yang ada di belakangnya. Hyeon-su tertawa penuh kemenangan melihatnya. Kemudian Hyeon-su bilang, "Baiklah, karena dia sangat gugup jadi..., selanjutnya...". 

Terdengar petikan suara gitar. Je-in mengambil gitar yang tadi ada di belakangnya dan mulai bernyanyi. Membuat Hyeon-su dan semua orang yang ada di radio terpana mendengar suara Je-in yang bagus dan permainan gitarnya yang indah.


Di apartemen, Hyeon-su marah-marah karna ternyata Je-in pandai menyanyi. "Jangan ikut kompetisinya!" kata Hyeon-su dengan nada tinggi. "Aku ikut" kata Je-in tak  mau kalah. "Aku sudah salah mengira. Jadi jangan ikut!Anggap saja ini kesalahanku.Kenapa?! Kenapa harus di dalam acaraku?!" teriak Hyeon-su marah-marah. "Kau bilang aku boleh mengikutinya" Je-in juga tak mau kalah. "Baik. Aku akui itu. Hari ini, kau mendapat keberuntungan. Jika kau mempertahankan keberuntunganmu, ratingmu juga akan naik.Kita bilang saja kau sedang sakit! Usus buntu! Kita bilang saja kau terkena usus buntu!" kata Hyeon-su agak tenang. "Tapi usus buntuku sudah dioperasi 2 tahun lalu" jawab Je-in dengan enteng. Hyeon-su jadi putus asa karnanya.

"Kau...Kau pasti sudah mempersiapkan apa yang akan kau katakan kan!?Kau bahkan membuatku kehabisan kata2!Orang sepertimu seharusnya mencurahkan seluruh perhatian pada anakmu.Kau akan menyanyi setiap hari,Bagaimana bisa kau membesarkannya jika kau tidak punya etika?!Apa?! Kenapa?!" kata Hyeon-su lagi. "Ini mungkin dikarenakan aku dibesarkan tanpa seorang Ayah.Masih banyak mimpi yang ingin kugapai" kata Je-in. Hyeon-su diam, ia sedikit merasa bersalah.

Sarapan mereka bertiga berlangsung bisu. Ki-dong memandang ibunya, kemudian ke kakeknya. Hyeon-su memandang Je-in tapi bingung mo bilang apa. Je-in hanya berani sekilas memandang ayahnya. 

Lalu kemudian, "Anakmu...Saat kau pergi ke stasiun radio.Apa yang akan kau lakukan dengan anakmu?" tanya Hyeon-su. "Oh, kita bisa membawanya juga" jawab Je-in senang ayahnya mau ngajak ngomong lagi. "Tidak bisa! Kau tau berapa banyak orang yang aku kenal di stasiun radio itu?!Apa kau mau membongkar hubungan kita?" protes Hyeon-su. "Kita bisa memasukkannya di taman kanak-kanak! Nak, kau mau masuk ke TK?" kata Je-in kemudian menatap Ki-dong dan Ki-dong senang masuk TK. "Hey, kau. Siapa aku?" tanya Hyeon-su pada Ki-dong. "Kakek!" jawab Ki-dong tenang sambil tersenyum. Tapi senyumnya hilang karna Hyeon-su melotot. hehehe....

Kemudian Hyeon-su merancang ide untuk menyembunyikan identitas mereka. Hyeon-su bilang kalau Ki-dong harus mengatakan pada semua orang kalau Ki-dong adalah anak dari kakak perempuan Hyeon-su. Jadi Hyeon-su adalah paman Ki-dong dan Je-in itu kakak Ki-dong. Je-in protes tapi Hyeon-su marah mendengarnya. Jadi keduanya hanya diam mendengarkan ide konyol Hyeon-su.

Pagi itu, Hyeon-su mengantarkan Ki-dong ke sebuah taman kanak-kanak. "Siapa aku?" tanya Hyeon-su. "Paman!" jawab Ki-dong. "Bagaimana bisa aku menjadi pamanmu?" tanya Hyeon-su lagi. "Kakek dari Ayahku mempunyai cucu dari anaknya yang kedua. Pamanku!" jawab Ki-dong dengan lancar. "Dimana orang tuamu?" tanya Hyeon-su. Karna tak pernah diberitahu harus bilang apa tentang orangtua, maka Ki-dong hanya diam. "Bagus" jawab Hyeon-su senang kemudian mengajak Ki-dong masuk ke TK itu.

Anak-anak kecil berlarian begitu berisiknya di depan Hyeon-su yang sedang duduk di sebuah bangku. "Kepala sekolahnya akan segera kemari" kata salah seorang guru sambil memberikan sebotol yakult pada Hyeon-su. "Oh ya...Ini keponakanku. Dari keluarga Ibuku. Hwang Ki-dong" cerita Hyeon-su. Kemudian ada seorang anak laki-laki yang menghampirinya dan mengganggu Hyeon-su. Hyeon-su pun segera mengusir anak nakal itu. Kemudian Hyeon-su memandangi Ki-dong yang hanya diam saja di tengah-tengah sebuah pintu. "Hey! Kemari dan duduk diam di sini.Apa yang sedang kau lihat?" panggil Hyeon-su.


Ternyata Ki-dong sedang memperhatikan seorang anak perempuan yang sedang menyirami bunga. Hyeon-su pun menghampiri Ki-dong, kemudian saat ia melihat ke dalam, ia pun melihat pemandangan menarik, seorang wanita cantik. Wanita cantik itu-pun kemudian menghampiri Ki-dong dan Hyeon-su.


"Ini bukan anakku" kata Hyeon-su sambil terus memandangi wanita cantik itu yang ternyata adalah kepala sekolah TK itu.


Di rumah, Je-in bertanya pada anaknya "Kau suka dengan sekolahnya?Ada anak perempuan yang kau suka? Siapa namanya?". Ki-dong tersipu-sipu malu. "Cepat cerita!" desak Je-in. Ki-dong membisikkan sesuatu ke telinga ibunya. " Sungguh?!Apa yang kepala sekolah katakan?" tanya Je-in lagi. Hyeon-su menghampiri mereka dan mencoba mencari tahu apa yang mereka bicarakan. "Kenapa kau tidak pergi dan main? Aku sedang menonton disini..." kata Hyeon-su saat ketahuan mau nguping. Hehehe... 

"Apa kau ingin tau? ehhhh, kau ingin tau kan?" goda Je-in. "Berisik" sangkal Hyeon-su. "Makanya dia membisikkannya di telingaku.Lihat itu!" kata Je-in pada Ki-dong. Tapi kemudian Hyeon-su mengganti channel TV nya. Tentu saja Je-in tak suka. "Siapa yang mau menonton itu?" protes Je-in. "Aku menikmatinya" jawan Hyeon-su dengan cuek. 

Saat menonton acara yang tak menarik itu tiba-tiba....Tuuuuuuuuuuut...terdengar bunyi kentutnya Ki-dong. Tentu saja Je-in tertawa ngakak karnanya. "Kau tertawa! Kau tertawa kan?" kata Je-in pada ayahnya. "Tidak" sangkal Hyeon-su. Tapi kemudian akhirnya Hyeon-su tak tahan juga. Ia pun tertawa lalu memberikan remot TV pada Je-in dan memukul kepala Ki-dong karna gemas.


Saat terbangun di malam hari, Hyeon-su tak kaget lagi melihat Ki-dong yang berjalan dalam tidurnya. Saat Je-in keluar kamar di pagi hari, Hyeon-su yang sedang senam di sofa, bangun dan meminta Je-in menyiapkan sarapan. Sekarang tak ada yang rebutan kamar mandi, semua ruangan juga di bereskan bertiga. Kemudian mereka pun sarapan bersama. Saat Ki-dong hendak bersin di meja makan, Hyeon-su menutup mulut Ki-dong agar nasinya tak nyemprot lagi ke muka Hyeon-su. (siiiiip....siiip....^_^ ). Sebelum berangkat bahkan Ki-dong dan Hyeon-su dandan bersama.

Di stasiun radio, "Sejak aku menikah 3 tahun lalu, kemarin malam adalah pertama kalinya aku ke klab malam.Kenapa aku harus menikah ya?Saat gadis2 menari, dan dadanya ...woooww..." cerita PD Lee.  "Oh Tuhan" seru salah seorang staff wanita. "Apa yang kau maksud dengan "Oh Tuhan"... Lagipula aku tidak suka yang besar" kata PD Lee  lagi. "Laporkan dia ke istrinya, aku akan jadi saksinya" kata Hyeon-su. "Ya, aku juga akan jadi saksinya!!!" seru staff cewek.

"Gadis ini, Hwang Je-in. Dia memiliki ukuran yang bagus!" lanjut PD Lee. "Dia memang pandai menyanyi, tapi dia terlihat kampungan?" kata staff laki-laki. "Mungkin karena dia dari desa...dandanannya terlihat kuno" kata PD Lee lagi. "Aku tidak tau tentang kampungan, tapi dia sudah punya anak kan?" kata staff laki-laki. "Benar. Orang dari desa selalu mendapat masalah?Ya, dadanya sangat bagus dan sangat mempesona..."Ahh"saat di ranjang, gadis macam ini akan... "Ahh"..." seru PD Lee. 

"Heeeei, kau memang brengsek! Kau masih menyebut dirimu seorang profesional setelah kau menggambarkan dia seperti itu? Bukankah kau punya putri! Jika suatu saat seseorang menggambarkan putrimu seperti yang kau lakukan...Laporkan dia?!Orang macam ini pantas mendapatkan 10.000 pukulan- Oh Tuhanku, apa yang terjadi...argh..Apa yang aku katakan?!" teriak Hyeon-su marah-marah dan kemudian salah tingkah karna semua staff memandang heran ke arahnya yang begitu membela Jae-in. Hyeon-su pun langsung keluar dari ruangan itu.

Hyeon-su mengunjungi TK Ki-dong. Ia bertemu dengan kepala sekolah Ki-dong. "Aku hanya ingin bilang, aku yakin kau pasti repot menghadapi keponakanku...Tapi apa ada makanan sangat ingin kau makan?" tanya Hyeon-su pada ibu kepala sekolah. 


Keluar dari tempatnya bertemu kepala sekolah, Hyeon-su menuju kelas Ki-dong sambil mengingat kata-kata kepala sekolah. "Kau seharusnya lebih memperhatikan keponakanmu. Ada anak perempuan yang disukai Ki-dong. Tapi ia bilang Ki-dong kampungan. Jadi ia tidak mau main dengannya. Dari apa yang aku lihat, sebenarnya Ki-dong anak yang manis". Hyeon-su melihat ke dalam kelas Ki-dong dimana Ki-dong sedang duduk lesu dan menyendiri sementara teman-temannya sedang asyik bermain..Kasian Ki-dong.

Kemudian, Hyeon-su pun membawa Je-in dan Ki-dong ke mall. Di mall pun, Ki-song harus bilang kalau Hyeon-su itu pamannya. ckckck...

"Apa kau punya sesuatu yang terlihat seperti bangsawan dan tidak murahan?" tanya Hyeon-su pada sales girl. Je-in mencoba sebuah baju, tapi dia bingung. "Kenapa? Kau tidak suka?" tanya Hyeon-su. Je-in menunjukkan label harganya yang terlalu mahal pada Hyeon-su. Hyeon-su meremas-remas baju itu hingga membuat Je-in dan sales girl takut. "Ini, sekarang kau harus membelinya. Ok?Bungkus ini dan tunjukkan yang lain" kata Hyeon-su dengan enteng. 

Di bagian baju anak-anak, "Apa ada yang mahal?" tanya Hyeon-su pada sales girlnya. Ia melihat sekelilingnya dan perhatiannya tertuju pada manekin anak-anak berambut keriting, seperti Ki-dong. Kemudian, ia memborong semua baju anak-anak yang di pajang di manekin...


Keesokan harinya di TK, kepala sekolah Ki-dong menatap kagum pada Ki-dong yang berpenampilan beda dengan baju yang tak biasanya. 


Di sebuah studio foto, "Wowww, kalian terlihat bagus dan sempurna!kalian hanya perlu sekali lagi...Kamera!!!" kata sang fotografer. "Sang Min ambilkan minum untuk kami!" perintah kameramen. Seorang pemuda bangun hendak mengambilkan minuman, tapi sayang, karna sedikit mengantuk coz habis bangun tidur, kaki Sang-min nyangkut di kabel dan membuat semuanya kamera,dll yang terhubung satu sama lain jadi ambruk hingga menimpa pasangan pengantinnya.

Sang-min pura-pura melihat ke komputer dan ia terpana melihat sosok Je-in yang ikut audisi penyanyi di radio.

Sementara itu di stasiun radio, "Apa Nona Kim Mi-yeong sudah menghubungi Hwang Je-in?" tanya PD Lee. "Dia bilang dia hampir sampai" jawab salah satu staff yang sedang bersama PD Lee. "Jika dia datang, jangan biarkan dia masuk.Dia pikir dia itu siapa? seorang bintang?Kenapa dia datang terlambat?" kata PD Lee ketus. Tapi kemudian keduanya terdiam begitu melihat penampilan baru Je-in yang sangat cantik. 

Staff pria bahkan sampai mengantar Je-in ke tempat duduk peserta audisi dan tak melepaskan sedikitpun pandangannya dari Je-in. Semua yang ada di studio terpesona dengan penampilan baru Je-in yang jadi tambah cantik. Hyeon-su diam-diam tersenyum bangga.


Selesai acara, Je-in keluar dari stasiun radio bersama peserta yang lain. "Je-in! Kau Hwang Je-in kan? Ini aku Sang-min. Kak Sang-min" panggil seseorang. Orang itu cowok yang bekerja di studio foto. Je-in terkejut melihat Sang-min.


Di apartemen, Ki-dong dan Je-in bermain kartu. Tapi Je-in tak bisa konsentrasi. Pikirannya melayang pada sosok Sang-min. Sepertinya Je-in sangat mengenal Sang-min. "Ini! Bu, sekarang giliranmu." kata Ki-dong. "Apa? Oh, Gi Dong kau menang! Sudah cukup mainnya hari ini ya?" kata Je-in kemudian melangkah masuk ke kamar. "Baik" kata Ki-dong. ".Kau mengajari hal buruk padanya." kata Hyeon-su pada Je-in. 

Tapi setelah Je-in masuk ke dalam kamar, Hyeon-su malah menemani Ki-dong maen kartu! Bwahahaha...."Apa tidak ada orang yang menanyakanku?" tanya HYeon-su. "Tidak ada" jawab Ki-dong. "Jika ada yang tanya, katakan seperti yang kuajarkan ya?" kata Hyeon-su. "Baik" jawab Ki-dong singkat. "Hmmm, harusnya beberapa orang bertanya...Kau lihat aku ada di TV.Aku ini sungguh terkenal" kata Hyeon-su menyombongkan diri. "Kau kalah. Pi bang, ssang pan, dan jung pang (kartu bagus)" kata Ki-dong.Ki-dong menang banyak. Mereka taruhan pake uang. ckckck...tambah ngajarin ga bener neh kakek.


"Kemana?!" tanya Hyeon-su saat melihat Ki-dong melangkah pergi. "Aku harus kencing" jawab Ki-dong. "Kau mau aku yang mencampur kartunya?Aku mencampurnya!" kata Hyeon-su. Kemudian ia menyelipkan 1 buah kartu di belakangnya. Ki-dong datang dan mereka main lagi. 

Hyeon-su hendak mengambil kartu yang diselipkannya tapi Ki-dong selalu menatapnya. Kemudian Hyeon-su mencoba mengalihkan perhatian Ki-dong ke arah lain tapi ternyata Ki-dong berbalik dengan cepat sehingga aksi curang Hyeon-su ketahuan. Dan Ki-dong pun tersenyum meremehkan seperti ini......


"Dasar anak kecil! Darimana kau belajar hal buruk seperti ini! Aku tidak mau main lagi!" teriak Hyeon-su marah sambil mengambil selembar uang Ki-dong lalu pergi dari situ. (wakkkkk...Hyeon-su malu karna kalah dari anak kecil dan malu karna ketahuan curang..).

Di sebuah rumah makan, Je-in sedang makan malam berdua bersama Sang-min. "Dulu kau suka sekali memotret.Sekarang kau sudah menjadi juru foto!" kata Je-in. "Apa gayamu masih seperti dulu saat dipotret?" tanya Sang-min. "Seperti apa?" tanya Je-in. Tapi Sang-min hendak menunjukkan foto itu, tapi sumpitnya jatuh. Jadi Je-in meraih dompet Sang-mindan tertawa melihat foto dirinya yang menguncir dua rambutnya dengan bibir dimajukan dan memakai make-up tebal. Hehehe...

"Aku terus menyimpannya dan berharap bisa menunjukkannya padamu disaat kita bertemu lagi. Itu sudah lama sekali...Bagaimana bisa kau menyanyi dengan bagus?Bahkan aku sudah menonton videomu hingga 70.000 kali.Sejujurnya, aku meneteskan air mata saat aku melihatnya" kata Sang-min. "Alasan sebenarnya aku mengikuti kompetisi itu...Aku berharap...kau akan melihatku saat ditayangkan.Dan itu akan memungkinkan kita bisa bertemu lagi...itulah alasannya" jawab Je-in berterus terang.


Hyeon-su diminta kepala sekolah untuk datang ke TK Ki-dong. tentu saja dengan segera ia datang. Anak laki-laki yang dulu mengganggunya pun sekarang mengganggu lagi. Hyeon-su hendak melempar anak itu dengan sepatu tapi kemudian mengurungkan niatnya saat kepala sekolah datang. Lalu mereka berdua masuk ke ruangan musik.

"Kenapa kau tidak pernah memberi tahuku? Bakat terpendam Ki-dong" kata ibu kepala sekolah. "Apa dia main kartu disini?! Hey! Bagaimana kau bisa main kartu disini" kata Hyeon-su sambil menahan malu. "Ki-dong, tunjukkan pada pamanmu apa yang kau lakukan tadi" perintah ibu kepala sekolah. "Bagaimana bisa kau biarkan dia main disini?! Ki-dong! Jangan!" teriak Hyeon-su. Ki-dong menghampiri piano yang ada di situ dan memainkan piano dengan sangat indah hingga membuat ibu kepala sekolah tersenyum senang.


Suara piano Ki-dong membuat teman-temannya, para orangtua murid yang mengantar anak mereka, guru TK dan bahkan wanita yang berjualan di kantin tertarik hingga mereka semua berkumpul di tempat Ki-dong bermain piano. Semuanya bertepuk tangan saat Ki-dong selesai memainkan piano. Mulanya Ki-dong ekspresinya biasa saja. Tapi begitu melihat anak perempuan yang ditaksirnya tersenyum manis, Ki-dong pun ikut tersenyum.


"Wow, hebat! Kau sangat pintar...Lagipula, mulai sekarang kau akan berlatih piano di rumah bu kepala sekolah kan?" kata Hyeon-su sepulang dari TK. "Ya" jawab Ki-dong singkat. "Bisakah kau membantuku mencari tahu apa bu kepala sekolah sudah punya pacar atau belum?" tanya Hyeon-su. Tapi Ki-dong tak memperhatikan Hyeon-su. Perhatiannya tertuju pada anak-anak yang bermain skating. 

Di apartemen, "Jadi kau harus bertingkah normal, dan membuat anggapan aku tidak menyuruhmu untuk mencari tahu.Tanyakan apa dia sudah punya pacar.Jika tidak, tanya tipe pria apa yang disukai. Dan juga tanya pendapatnya tentang aku..." celotehan Hyeon-su tak selesai karna mendengar suara Ki-dong yang terjatuh karna bermain skate di dalam rumah. "Kenapa kau main itu di dalam rumah?!" teriak Hyeon-su.

Bersambung..................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar