Di rumah Keluarga Seung-jo. Seung-jo akan meninggalkan rumah lagi. Ibu Seung-jo mengantarkan Seung-jo sampai depan pintu.
Ibu Seung-jo : Kau sudah akan pergi. Ini sudah telat, tinggalah dan tidur kembali.
Seung jo : tidak terimakasih. Aku harus meminjam beberapa buku, jadi aku harus segera pergi.
Ibu Seung-jo : Seung-jo, kau harus menghentikan hal ini, kembalilah ke rumah sekarang. Aku tahu, kau tinggal sendirian seperti ini untuk masa depanmu. Tapi bagaimana dengan impianku untuk tinggal dengan bahagia bersama-sama. Kita semua tinggal dengan kebersamaan. Kau hanya membuat hal ini sulit bagi Ha-ni. Bila dilihat dari berbagai hal, Ha-ni mungkin berpikir bahwa dia adalah penyebab kau meninggalkan rumah. Jadi ubahlah sedikit sikapmu untuk lebih memperhatikan Ha-ni dan menjaganya.
Seung-jo : Ibu, tolong izinkan aku untuk memilih keputusanku sendiri. Aku tidak ingin dipengaruhi oleh siapapun.
Ibu Seung-jo : Seung-jo.
Seung-jo : Aku tidak ingin tinggal di rumah ini jadi kenapa aku harus tinggal. Kau membawa Ha-ni kembali ke rumah kita tanpa menanyakan pendapatku atau pertimbangan perasaanku. Jadi karena itu, lakukan apapun yang ingin kau lakukan ibu.
Ibu Seung-jo sangat sedih dengan kepergian Seung-jo dan dengan semua perkataan Seung-jo. Ayah Seung-jo yang melihat hal itu mencoba untuk menenangkan ibu Seung-jo. Ibu Seung-jo berkata bahwa Seung-jo pergi untuk belajar mandiri dan mencari impiannya, tapi sikap Seung-jo belum juga berubah sampai saat ini. Ia masih tidak peduli dengan lingkungannya. Ibu Seung-jo menyarankan agar Ayah Seung-jo dapat menasehati Seung-jo. Tapi, Ayah Seung-jo berkata, "Biarlah Seung-jo yang memutuskan sendiri."
Ayah Seung-jo mengkhawatirkan keadaan kesehatan Seung-jo, ia menanyakan pada Ibu Seung-jo apakah Seung-jo makan dengan baik. Ibu Seung-jo teringat kalau wajah Seung-jo jadi agak kurusan. Ayah Seung-jo berkata, "Paling tidak, sampai ia membuat keputusannya sendiri ia harus sehat."
Ha-ni dan kedua sahabatnya berada di restaurant milik ayah Ha-ni. Mereka tengah menikmati hidangan yang diberikan. Mereka juga saling berbagi cerita satu sama lain. Mereka saling menceritakan kesibukan mereka masing-masing. Ha-ni tidak melihat Jun-gu di restaurant jadi ia menanyakan dimana keberadaan Jun-gu. Ayah Ha-ni mengatakan kalau Jun-gu sedang sibuk dengan masakannya. Ha-ni dan kedua sahabatnya juga membicarakan tentang reuni SMA yang akan dilaksanakan, Ha-ni senang mendengar hal itu. Ha-ni teringat Baek Seung-jo yang sangat tampan saat menggunakan seragam apalagi saat menggunakan seragam musim dingin.
Menuju ke kampus, Ha-ni menggunakan sepeda. Di jalan ia bertemu dengan Seung jo, Ha-ni menghentikan sepedanya tepat di samping Seung-jo. Seung-jo berbalik melihat Ha-ni.
Ha-ni : Kau sudah dengar tentang hal itu?
Seung-jo : apa?
Ha-ni : Akan ada sebuah reuni SMA dan dress codenya adalah seragam sekolah kita yang lama. Bukankah itu sangat menyenangkan?
Seung-jo : Siapa yang menemukan ide kekanak-kanakan itu? Aku sudah mendengarnya dan aku tidak tertarik dengan hal itu.
Ha-ni : tapi, aku sangat bersemangat dengan hal itu. Kita akan bertemu teman-teman lama kita. Kenapa kau begitu kaku, Seung-jo?
Seung-jo : Jika kau menyukainya pergilah.
Ha-ni berkata pada dirinya sendiri tapi kata-katanya terdengar oleh Seung-jo: dasar... Aku tidak dapat memahami apa yang sebenarnya ia pikirkan.
Mendengar apa yang dikatakan Ha-ni, Seung-jo menatapnya dingin. Tapi ia tidak terlalu menghiraukan hal itu, Seung-jo langsung pergi meninggalkan Ha-ni.
Di rumah keluarga Baek Seung-jo.
Ha-ni bercerita pada Ibu Seung-jo kalau Seung-jo tidak akan pergi ke pesta reuni itu, karena Seung-jo beranggapan kalau hal itu sangat kekanak-kanakan.
Ha-ni bercerita pada Ibu Seung-jo kalau Seung-jo tidak akan pergi ke pesta reuni itu, karena Seung-jo beranggapan kalau hal itu sangat kekanak-kanakan.
Ha-ni ngobrol bersama Ibu Seung-jo yang sedang menyetrika baju. Ibu Seung-jo jadi teringat saat ia dan Ayah Seung-jo berpacaran saat mereka SMA. Ibu Seung-jo menceritakan hal yang paling berkesan saat ia dan Ayah Seung-jo berkencan pada masa itu. Ha-ni pun mengungkapkan perasaannya tentang hal yang tidak pernah akan ia lupakan.
Ha-ni : Untukku, Aku tidak akan pernah lupa saat Baek Seung-jo berada di malam perpisahan SMA. Ketika dia berbicara di depan umum.
Ha-ni membayangkan kembali saat Seung-jo berpidato di malam kelulusan SMA. Seung-jo mengulangi kata-kata yang pernah Ha-ni katakan padanya.
Seung-jo : Aku akan melakukan hal yang aku sukai dan aku akan bahagia dengan melakukan hal itu.
Kembali ke keadaan nyata. Ha-ni meneruskan perkataan Baek Seung-jo, : Setiap orang, dimanapun itu berada, kau harus melakukan hal yang kau sukai.
Tiba-tiba Ibu Seung-jo memiliki ide agar Seung-jo pergi ke acara reuni itu. Belum sempat Ibu Seung-jo mengatakan idenya, Eun-jo langsung berkata bahwa ia mencium bau gosong. Refleks, Ha-ni dan Ibu Seung-jo berteriak bersamaan melihat baju yang tengah disetrika oleh Ibu Seung-jo menjadi gosong.
Seung-jo : Aku akan melakukan hal yang aku sukai dan aku akan bahagia dengan melakukan hal itu.
Kembali ke keadaan nyata. Ha-ni meneruskan perkataan Baek Seung-jo, : Setiap orang, dimanapun itu berada, kau harus melakukan hal yang kau sukai.
Tiba-tiba Ibu Seung-jo memiliki ide agar Seung-jo pergi ke acara reuni itu. Belum sempat Ibu Seung-jo mengatakan idenya, Eun-jo langsung berkata bahwa ia mencium bau gosong. Refleks, Ha-ni dan Ibu Seung-jo berteriak bersamaan melihat baju yang tengah disetrika oleh Ibu Seung-jo menjadi gosong.
Ha-ni tengah mempersiapkan dirinya untuk pergi ke acara reuni itu. Saat tengah merapikan bajunya, Ha-ni menemukan sesuatu di dalam saku almamater SMAnya itu. Ha-ni menemukan sebuah daun. Ha-ni jadi teringat mimpinya saat pertama kali ia bertemu dengan Seung-jo.
Ha-ni berkata pada dirinya sendiri : ini adalah benda saat aku bertemu dengan Seung-jo di dalam mimpi adalah sebuah daun. (apa mungkin yang dialami Ha-ni kemaren nyata ya...????)
Menggunakan seragam SMA itu, Ha-ni jadi teringat tentang segala hal yang berhubungan dengan kisahnya di SMA. Saat Seung-jo memberikannya nilai D bukan nilai F.
Menggunakan seragam SMA itu, Ha-ni jadi teringat tentang segala hal yang berhubungan dengan kisahnya di SMA. Saat Seung-jo memberikannya nilai D bukan nilai F.
Ha-ni datang ke pesta reuni SMAnya itu. Ia melihat kesekeliling tapi ia tidak bisa menemukan Seung-jo. Sepertinya Seung-jo tidak datang. Kemudian Ha-ni bertemu dengan kedua sahabatnya. Kedua teman Ha-ni menanyakan kenapa Ha-ni tidak menjawab panggilan mereka. Ha-ni berkata bahwa ia tidak diperbolehkan membawa handphone oleh Ibu Seung-jo.
Kedua sahabat Ha-ni bertanya, apakah Jun-gu datang juga ke acara reuni ini. Ha-ni bilang bahwa Jun-gu sedang sibuk di restaurant. Ha-ni menanyakan pada kedua sahabat Ha-ni mengenai kedatangan Seung-jo. Mereka menunjuk dimana Seung-jo duduk.
Kedua sahabat Ha-ni bertanya, apakah Jun-gu datang juga ke acara reuni ini. Ha-ni bilang bahwa Jun-gu sedang sibuk di restaurant. Ha-ni menanyakan pada kedua sahabat Ha-ni mengenai kedatangan Seung-jo. Mereka menunjuk dimana Seung-jo duduk.
Seung-jo datang ke pesta reuni itu tapi ia tidak memakai seragam yang lengkap.
Seung jo : kenapa kau tidak membawa handphone? (Ternyata ini strategi Ibu Seung-jo agar Seung-jo datang ke acara reuni...bener-bener kreatif..hehehehehe...)
Seung jo hendak meninggalkan pesta reuni itu tapi ia bertemu dengan sahabat lamanya, kemudian mereka saling berbincang satu sama lain mengenai kuliah mereka masing-masing. Mereka duduk tak jauh dari tempat Ha-ni duduk, jadi apa yang mereka bicarakan Ha-ni mendengarnya.
Seung jo : kenapa kau tidak membawa handphone? (Ternyata ini strategi Ibu Seung-jo agar Seung-jo datang ke acara reuni...bener-bener kreatif..hehehehehe...)
Seung jo hendak meninggalkan pesta reuni itu tapi ia bertemu dengan sahabat lamanya, kemudian mereka saling berbincang satu sama lain mengenai kuliah mereka masing-masing. Mereka duduk tak jauh dari tempat Ha-ni duduk, jadi apa yang mereka bicarakan Ha-ni mendengarnya.
Salah satu sahabat Seung-jo menanyakan pada Seung-jo, apakah Ha-ni itu pacarnya sekarang.
Seung-jo : Pacar? Membosankan. Aku tidak akan melakukan hal yang tidak berguna itu.
Ha-ni kesal mendengar hal itu, ia langsung pergi menjauhi Seung-jo. Seung-jo memperhatihan saat Ha-ni pergi.
Seung-jo : Pacar? Membosankan. Aku tidak akan melakukan hal yang tidak berguna itu.
Ha-ni kesal mendengar hal itu, ia langsung pergi menjauhi Seung-jo. Seung-jo memperhatihan saat Ha-ni pergi.
Pesta Reuni diramaikan oleh sebuah band indie, Bye Bye Sea-nya Jun-gu. Saat tengah menonton performance band indie itu, diam-diam Ha-ni memperhatikan Seung jo dari jauh. Yang lain tampak bergembira tapi Seung jo malah sebaliknya. Seung jo terlihat murung, melihat Seung jo seperti itu Ha-ni khawatir. Tapi Ha-ni mencoba untuk menikmati suasana, ia kembali mendengarkan band indie, beberapa saat kemudian saat Ha-ni menengok ke arah Seung jo duduk, Seung jo sudah tidak ada ditempatnya. Yang ada hanya jaketnya yang tertinggal.
Dalam perjalanan pulang naik bis, Ha-ni memikirkan Seung-jo. Ha-ni berbicara pada dirinya sendiri : Harusnya Seng-jo senang bertemu teman-temannya, setelah sekian lama mereka tidak bertemu. Tapi, tiba-tiba Seung-jo pergi tanpa pamit. Apakah ia sakit?
Seung-jo tengah memikirkan tentang masa depannya. Satu sisi ia harus mengelola perusahaan ayahnya, seperti yang ayahnya inginkan. Seung-jo membayangkan kembali perkataan Ha-ni, bahwa Seung-jo lebih pantas untuk menjadi dokter karena Seung-jo dapat membantu banyak orang.
Kemudian, Ha-ni datang. Ia membawakan jaket Seung-jo yang tertinggal di acara reuni.
Kemudian, Ha-ni datang. Ia membawakan jaket Seung-jo yang tertinggal di acara reuni.
Ha-ni : apakah aku boleh duduk?
Seung jo : seperti yang kau harapkan.
Ha-ni : Apa yang kau khawatirkan. Ayolah, ceritakan padaku. Bukankah lebih menyenangkan bagi mereka yang saling bercerita tentang kekhawatiran atau tentang kebahagiaan. Aku akan membantumu.
Seung-jo tersenyum mendengar perkataan Ha-ni.
Ha-ni : Seperti saat aku merasa sangat khawatir, kedua sahabatku pun tau tentang kekhawatiranku. Aku merasa seluruh beban berat di pundakku terasa hilang.
Seung jo : seperti yang kau harapkan.
Ha-ni : Apa yang kau khawatirkan. Ayolah, ceritakan padaku. Bukankah lebih menyenangkan bagi mereka yang saling bercerita tentang kekhawatiran atau tentang kebahagiaan. Aku akan membantumu.
Seung-jo tersenyum mendengar perkataan Ha-ni.
Ha-ni : Seperti saat aku merasa sangat khawatir, kedua sahabatku pun tau tentang kekhawatiranku. Aku merasa seluruh beban berat di pundakku terasa hilang.
Seung-jo : Aku akan terjun ke dunia kesehatan. Aku akan mendaftar untuk program kesehatan. Meskipun aku tidak tahu apakah itu baik atau tidak. Tapi, itu sangat coocok untuku. Untuk pertama kalinya, aku menemukan apa yang aku inginkan.
Ha-ni : Seung-jo ..
Seung-jo : Jangan ceritakan pada siapapun, terutama pada keluargaku. Jangan menyebarkan berita ini kesemua tempat. Apa kau mengerti?
Ha-ni : tentu. Kenapa aku harus menyebarkan rumor ini?
Seung-jo pergi meninggalkan Ha-ni. Ha-ni masih terus memperhatikannya. Dan Ha-ni tersenyum karena hanya dirinyalah yang mengetahui hal itu.
Ha-ni : Seung-jo ..
Seung-jo : Jangan ceritakan pada siapapun, terutama pada keluargaku. Jangan menyebarkan berita ini kesemua tempat. Apa kau mengerti?
Ha-ni : tentu. Kenapa aku harus menyebarkan rumor ini?
Seung-jo pergi meninggalkan Ha-ni. Ha-ni masih terus memperhatikannya. Dan Ha-ni tersenyum karena hanya dirinyalah yang mengetahui hal itu.
Di lapangan tennis, Kyung soo sedang berpidato sendirian, hanya ada satu anggota grup yang mendengarkan. Mereka kemudian mendiskusikan tentang pesta peringatan hari jadi klub tenis. Kyung-su menanyakan apakah He-ra akan datang ke pesta yang ia buat. Anggota tennis berkata bahwa bila Seung-jo datang maka He-ra akan datang juga. Maka Kyung-su segera menyetujui hal itu dan ia pergi untuk meminta nasehat Ha-ni.
Ha-ni sedang berada di fakultas kedokteran. Ia ingin mengetahui seperti apa fakultas ini. Ha-ni berpikir bahwa fakultas ini adalah fakultas yang paling sibuk, Seung-jo harus berusaha keras untuk itu. Dan Ha-ni mungkin akan jarang melihat Seung-jo bila Seung-jo masuk ke fakultas ini.
Ha-ni bertemu dengan Kyung-su. Kyung-su menjelaskan pada Ha-ni bahwa klub tenis akan membuat sebuah pesta dan Kyung-su mengharapkan pada Ha-ni agar ia berbicara pada Seung-jo untuk datang ke pesta itu. Karena bila, Seung-jo datang maka He-ra pun akan datang.
Kyung-su melihat Seung-jo dan ia langsung mendorong Ha-ni untuk berbicara pada Seung-jo.
Seung-jo : kenapa kau mengikutiku?
Ha-ni : tidak.
Sedangkan dari kejauhan Kyung soo memohon-mohon pada Ha-ni untuk berbicara pada Seung-jo.
Ha-ni berbicara pada Seung-jo kalau ia pertama kali datang ke fakultas ini.
Ha-ni : kenapa kau datang ke sini? Padahal bukan saatnya untukmu memilih kejuruan.
Seung-jo : Aku datang ke sini untuk menemui profesor.
Ha-ni : untuk apa?
Seung-jo : Apakah kau akan mengerti bila aku menceritakannya?
Ha-ni : Jangan memandang rendah aku.
Ha-ni memberitahu Seung-jo bahwa hari ini ayahnya akan check up kesehatannya ke rumah sakit.
Seung-jo : kenapa kau mengikutiku?
Ha-ni : tidak.
Sedangkan dari kejauhan Kyung soo memohon-mohon pada Ha-ni untuk berbicara pada Seung-jo.
Ha-ni berbicara pada Seung-jo kalau ia pertama kali datang ke fakultas ini.
Ha-ni : kenapa kau datang ke sini? Padahal bukan saatnya untukmu memilih kejuruan.
Seung-jo : Aku datang ke sini untuk menemui profesor.
Ha-ni : untuk apa?
Seung-jo : Apakah kau akan mengerti bila aku menceritakannya?
Ha-ni : Jangan memandang rendah aku.
Ha-ni memberitahu Seung-jo bahwa hari ini ayahnya akan check up kesehatannya ke rumah sakit.
Keluarga Seung-jo berkumpul di ruang keluarga. Mereka tengah membicarakan tentang hasil kesehatan Ayah Seung-jo. Ibu Seung-jo membaca lembaran laporan kesehatan Ayah Seung-jo, tapi Ibu Seung-jo tidak mengerti dengan apa yang tertera di lembaran itu. Kemudian Seung-jo membacanya dan ia menguraikan maksud dari lembaran laporan kesehatan itu. Ibu Seung-jo sangat kagum melihat anaknya sangat jenius. Eun-jo bilang kalau Seung-jo bisa menjadi seorang dokter karena ia sangat jenius.
Ha-ni datang ke restorannya, ia bertemu ayahnya.
Ayah Ha-ni menceritakan tentang perubahan sikap Jun-gu, Jun-gu menjadi sangat rajin. Jun-gu bekerja keras untuk membuat masakan yang sangat lezat. Ha-ni senang mendengarnya.
Jun-gu menyiapkan hidangan khusus untuk Ha-ni. Ha-ni mencicipi masakan itu dan Ha-ni berkata "ini sangat lezat. Kau berhasil." Jun-gu sangat senang, Jun-gu berkata "saat aku selesai membuat suatu makanan, aku ingin kau yang pertama kali mencicipinya, Ha-ni." Ha-ni tersenyum, ia sangat tersentuh.
Ha-ni memberanikan diri untuk bertemu dengan He-ra. Ia ingin membicarakan tentang pesta di klub tenis. Ha-ni menanyakan pada He-ra apakah He-ra akan menghadiri pesta itu. He-ra menjawab tidak, karena He-ra pikir itu tidak penting.
Karena Ha-ni khawatir bila He-ra mengikuti pilihan Seung-jo (memilih fakultas kedokteran), lalu Ha-ni menanyakan pada He-ra fakultas apa yang akan He-ra pilih. He-ra mulai curiga pada Ha-ni. He-ra bertanya apa alasan Ha-ni menanyakan hal itu pada He-ra. Ha-ni berkata, apakah He-ra akan memilih jurusan seperti yang dipilih oleh Seung-jo. He-ra tertawa, ia berkata "meskipun aku menyukai Seung-jo, aku tidak akan memilih jurusan yang telah ia pilih. Aku akan melakukannya sesuai dengan keinginanku. Karena ini hidupku."
Di kampus. Ha-ni sedang bersepeda, ia melihat Seung-jo hingga sepeda Ha-ni sedikit membentur kursi taman. Hampir saja Ha-ni jatuh, kalau keseimbangannya tidak sesuai.
Seung-jo: kau harus hati-hati.
Seung-jo berjalan ke arah kursi taman dan duduk di sana.
Seung-jo ; Sedang apa kau? kalau kau ingin di sini, duduklah.
Seung-jo: kau harus hati-hati.
Seung-jo berjalan ke arah kursi taman dan duduk di sana.
Seung-jo ; Sedang apa kau? kalau kau ingin di sini, duduklah.
Ha-ni : Jun-gu sedang berusaha keras untuk menjadi chef dan He-ra pun telah memilih apa yang seharusnya ia pilih. Kedua sahabatku juga melakukan hal yang sama.
Seung-jo : Dan kau belum melakukan apapun? Itukah maksudmu?
Ha-ni menggangguk.
Ha-ni : aku juga punya mimpi.
Seung-jo : apa? Melakukan segala sesuatu bersama denganku? Ceritakan padaku tentang mimpimu itu. Aku akan mendengarkannya.
Seung-jo : Dan kau belum melakukan apapun? Itukah maksudmu?
Ha-ni menggangguk.
Ha-ni : aku juga punya mimpi.
Seung-jo : apa? Melakukan segala sesuatu bersama denganku? Ceritakan padaku tentang mimpimu itu. Aku akan mendengarkannya.
Ha-ni : Seung-jo kau adalah dokter disebuah desa kecil dan aku akan menjadi perawat yang akan membantumu. Kau akan menetap di sebuah rumah sakit kecil. Dan aku akan sekuat tenaga membantumu. Seperti membantu menenangkan tangis anak kecil atau sesuatu hal yang lainnya. Tapi.. Itu hanya sebuah mimpi. Contohnya, saat kau mengatakan kalau kau ingin menjadi seorang pilot kemudian aku akan menjadi seorang pramugari. Dan bila kau ingin mejadi seorang pemain golf, maka aku akan menjadi caddy. Intinya, mimpiku sangat sederhana, dan melakukan hal yang sangat menyenangkan.
Seung-jo menjelaskan bahwa impian Ha-ni itu impian yang tidak sesuai dengan kenyataan, tapi Ha-ni harus berusaha untuk mewujudkannya.
Di kelas. Seung-jo mendapatkan telepon dari Ayahnya, ia ingin berbicara dengan Seung-jo.
Ayah Seung-jo marah besar setelah ia tahu bahwa Seung-jo akan memilih fakultas kedokteran tanpa memberitahu keputusan itu pada Ayahnya terlebih dahulu. Saat tengah meluapkan kekesalannya, tiba-tiba Ayah Seung-jo merasa kesakitan di bagian jantung. Dan akhirnya Ayah Seung-jo pingsan.
Ayah Seung-jo dibawa ke rumah sakit. Ibu Seung-jo dan Ayah Ha-ni membicarakan tentang penyakit yang diderita Ayah Seung-jo. Sudah lama kesehatan Ayah Seung-jo memburuk, tapi Ayah Seung-jo tidak menampakkan hal itu. Ayah Ha-ni menyarankan Ibu Seung-jo untuk tabah.
Ha-ni pamit pada Ibu Seung-jo, ia harus kembali ke rumah untuk menemani Eun-jo yang tinggal sendirian di rumah. Ibu Seung-jo mengizinkannya dan ia menyuruh Seung-jo untuk mengantarkan Ha-ni. Besok mereka akan kembali ke rumah sakit.
Di perjalanan pulang. Ha-ni berkata pada dirinya sendiri : ini sangat sulit untuk semua orang. Walaupun sedikit, aku ingin membantu juga.
Di lapangan tenis, setelah berlatih tennis He-ra menghampiri Kyung-su. Mereka tengah membicarakan tentang pesta club tennis yang akan diadakan, He-ra tidak mengatakan ia tidak akan datang dan ia malah memberikan uang pada Kyung-su untuk biaya pesta itu. Karena He-ra tahu, Kyung-su sudah menghabiskan banyak uangnya untuk pesta klub tenis itu. Lalu He-ra mengajak Kyung-su untuk makan siang bersama, tapi Kyung-su menolak, ia lebih suka makan hot dog karena menyehatkan. Walaupun Kyung-su hanya memiliki satu hot dog, itu akan mengenyangkannya. Mendengar hal itu, He-ra pamit untuk pergi.
Seung-jo tengah membicarakan tentang penyakit ayahnya, Seung-jo tau banyak tentang penyakit itu. Dokter mengatakan untuk memulihkan kesehatan Ayah Seung-jo, ia harus istirahat dalam jangka waktu yang lama.
Seung-jo kembali ke ruang inap Ayahnya. Ia melihat ayahnya tengah berbincang-bincang dengan seseorang, ibu memberitahukan bahwa orang itu adalah tangan kanan Ayah Seung-jo. Karena Seung-jo tau, ayahnya tidak boleh banyak pikiran karena hal itu akan memperburuk kesehatannya, maka Seung-jo ingin menghentikan pembicaraan mereka tapi Ibu Seung-jo tidak memperbolehkannya. Ibu Seung-jo tahu bahwa Ayah Seung-jo bukan orang yang mudah dibujuk bila mengenai pekerjaan.
Dan saat tengah berbincang-bincang, apa yang Seung-jo khawatirkan terjadi. Kesehatan Ayah Seung-jo semakin memburuk. Beberapa dokter langsung segera menanganinya.
Agar kesehatan ayahnya kembali pulih, tidak boleh ada pengunjung yang mengunjungi Ayah Seung-jo. Ibu Seung-jo menceritakan penyebab sakitnya Seung jo, ini mengenai keadaan perusahaan yang semakin memburuk dan kacau. Ibu Seung-jo tidak tahu harus berbuat apa, ia menangis. Seung-jo sadar apa yang seharusnya ia lakukan. Seung-jo memutuskan untuk mengurus masalah kantor ayahnya sampai Ayah Seung-jo pulih. Walaupun Seung-jo tidak mempunyai pengalaman mengenai bisnis, sebisa mungkin ia akan berusaha untuk menghandle masalah yang terjadi di perusahaan keluarganya.
Ha-ni dan Ibu Seung-jo tengah mempersiapkan beberapa makanan untuk dibawa ke rumah sakit. Ibu Seung-jo memberitahu Ha-ni bahwa akhirnya Seung-jo yang akan mengurus perusahaan dan Seung-jo akan kembali ke rumah. Ha-ni bahagia mendengar hal itu. Ibu Seung-jo menitipkan rumah pada Ha-ni. Dan Ibu Seung-jo berpesan agar Ha-ni dapat menikmati waktu bersama dengan Seung-jo saat semua orang tidak ada di rumah.
Seung-jo datang ke perusahaan ayahnya, ia sangat kaget mengetahui keadaan kantor yang terlihat tidak beraturan. Manager atau tangan kanan Ayahnya yang kemarin datang ke rumah sakit, mempersilakan Seung-jo untuk ke ruangannya. Manager itu juga memperkenalkan Seung-jo pada para pegawai. Beberapa perempuan dari mereka sibuk membicarakan ketampanan Seung-jo.
Seung-jo diberikan banyak dokumen mengenai perusahaan oleh manager. Dan mereka akan rapat jam 11. Setelah manager keluar dari ruangan Seung-jo, para pegawai yang lain langsung menghampiri manager itu dan menanyakan apa yang akan terjadi pada mereka, apa yang Seung-jo katakan, apakah akan ada perubahan struktur kepengurusan di perusahaan ini, atau ada beberapa dari mereka yang akan dipecat dan beberapa karyawan perempuan menanyakan apakah Seung-jo sudah punya pacar. Manager tidak menjawab pertanyaan mereka, ia hanya menyuruh mereka untuk kembali bekerja.
Hal ini cukup sulit untuk Seung-jo, ia tidak mempunyai pengalaman dalam bisnis bila ia salah dalam mengambil keputusan maka akibatnya akan sangat fatal.
Eun-jo merasa sangat lapar, ia ingin meng-order makanan dari restaurant tapi tidak diperbolehkan oleh Ha-ni. Makanan Restaurant mengandung banyak zat yang tidak baik untuk kesehatan. Ha-ni mencoba memasak sesuatu, tapi Eun-jo tidak yakin kalau makanan yang dibuat Ha-ni tidak mengandung zat yang tidak baik untuk kesehatan juga.
Eun-jo : Lain kali, jangan bersikap seolah-olah kau tahu segalanya.
Eun-jo : Lain kali, jangan bersikap seolah-olah kau tahu segalanya.
Ha-ni berlari ke arah pintu, ia mengetahui Seung-jo datang.
Ha-ni : apakah kau lelah, ingin mandi?
Ha-ni mencoba untuk membantu melepaskan jas Seung-jo.
Seung-jo : apa yang kau lakukan?
Eun-jo : Apa maksudmu? Dia sedang bertingkah seperti seorang pengantin wanita yang baru saja menikah. (haha..)
Ha-ni menyuruh Seung-jo untuk cepat berganti pakaian.
Ha-ni telah menyiapkan hidangan makan malam. Eun-jo mulai memakan masakan Ha-ni dan tentu saja rasanya aneh. Eun-jo menyarankan Seung-jo untuk tidak memakannya karena mungkin mereka akan sakit karena makanan Ha-ni.
Tapi Seung-jo tidak berkomentar apapun, ia terus memakan masakan Ha-ni. Seung-jo menyuruh Eun-jo untuk terus menghabiskan makanannya dan jangan berkomentar.
Ha-ni berkata pada dirinya sendiri : walaupun rasanya tidak enak tapi Seung-jo tetap memakannya tanpa banyak berkomentar.
Ha-ni tersenyum senang ()
Pagi harinya, Ha-ni meminta ayahnya untuk mengajarinya untuk membuat sekotak makan siang untuk Seung-jo. Jun-gu merasa tidak senang dengan hal itu.
Ha-ni memberikan kotak nasi pada Seung-jo, Seung-jo sedikit enggan untuk membawanya tapi karena Ha-ni memaksa maka Seung-jo membawa kotak nasi itu.
Eun-jo : kau mungkin akan memanggilnya 'hubby' (haha...boleh juga tuh...)
Eun-jo : kau mungkin akan memanggilnya 'hubby' (haha...boleh juga tuh...)
He-ra sengaja menunggu Ha-ni untuk menanyakan tentang keadaan Seung-jo. Awalnya Ha-ni tidak ingin berbicara apapun, ia hanya memberitahukan bahwa Ayah Seung-jo sedang berada di rumah sakit sekarang dan tidak boleh ada pengungjung yang mengunjunginya. Tapi, karena kebiasaan Ha-ni yang tak bisa mengontrol bicaranya jadi Ha-ni bilang kalau Seung-jo sekarang sedang bekerja di kantor Ayahnya. Ha-ni menyesal sudah memberikan informasi sepenting itu pada He-ra, saingannya.
Seung-jo tersenyum manis saat ia membuka kotak makan siang dari Ha-ni, manager datang dan menanyakan apakah kotak makan siang itu dari pacarnya Seung-jo. Dengan ragu ia bilang "ya." (ehm...ehm....)
Ha-ni : apa yang kau lakukan larut malam seperti ini tanpa menyalakan lampu?
Seung-jo : aku berpikir.
Ha-ni : apakah ada masalah? apa yang tengah mengganggumu?
Seung-jo tidak menjawab.
Seung-jo : aku berpikir.
Ha-ni : apakah ada masalah? apa yang tengah mengganggumu?
Seung-jo tidak menjawab.
Ha-ni : aku dapat membantumu... Mungkin tidak. Baiklah kalau begitu aku akan kembali tidur.
Seung-jo : Ayah belum pulih juga.
Ha-ni : huh?
Seung-jo : Ia mungkin terkena penyakit jantung dan harus di operasi.
Ha-ni : Operasi jantung? Itu operasi yang sangat penting.
Seung-jo : Aku munkin akan melanjutkan bekerja di perusahaan ayah untuk saat ini. Itu terlalu banyak untuk dikerjakan oleh ayah.
Ha-ni : Lalu, bagaimana rencanamu untuk masuk fakultas kedokteran?
Seung-jo : Tidak ada alasan untuk melanjutkan rencanaku itu.
Ha-ni : ada. bukankah ini pertama kalinya, kau ingin melakukan semua keinginanmu.
Seung-jo :Itu hanya sebuah mimpi, tapi saat aku ingin melakukannya aku tidak tahu harus bagaimana.
Ha-ni : apakah bekerja di perusahaan itu menyenangkan?
Seung-jo : tidak.
Ha-ni : lalu bagaimana kau akan menjalani hidup yang bahagia. kau sudah berjanji dihadapan semua orang, bahwa kau akan menjalani hidup yang bahagia karena pilihanmu sendiri.
Seung-jo : tidak mengapa jika orang lain bahagia
Ha-ni berjalan ke arah Seung-jo lalu memeluknya.
Di kampus, berita mengenai keluarnya Seung-jo dari kampus sudah tersebar. Untuk itu He-ra mencoba untuk mengkorfirmasi hal itu pada Ha-ni. He-ra tahu bahwa keadaan Ayah Seung-jo sedang tidak membaik. Dan he-ra akan berusaha mencoba membantunya. Ha-ni bertanya bagaimana He-ra dapat membantu Seung jo. He-ra akan melakukan suatu hal yang Ha-ni tidak perlu tahu.
Di perusahaan Ayah Seung-jo yang bergerak di bidang pembuatan permainan, Seung-jo tengah sibuk membuat sebuah inovasi permainan baru dengan ide yang lebih fresh dan cemerlang. Para pegawai sangat menyukai cara berpikir Seung-jo, mereka mendengar bahwa Seung-jo memilik IQ 200 dan ternyata Seung-jo memang sangat mengagumkan.
Di rumah, Seung-jo pun masih sibuk dengan urusan pekerjaannya. Ia pulang larut malam tapi masih mengerjakan tugas kantor.
Ha-ni melihat Seung-jo diam-diam dari pintu. Ha-ni khawatir pada Seung-jo, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Ibu Seung-jo pulang ke rumah untuk mengambil beberapa pakaian. Dan keadaan di rumah sakit sudah membaik.
Ibu Seung-jo berterimakasih pada Ha-ni karena telah menggantikan posisinya beberapa hari ini. Ibu Seung-jo berkata bahwa Ha-ni pasti sangat sibuk sekali, karena harus kuliah dan mengurus rumah. Ha-ni menceritakan pada Ibu Seung-jo tentang Seung-jo yang selalu berangkat pagi sekali ke kantor dan pulang di larut malam. Ibu Seung-jo khawatir, ia berkata "pasti ini sangat sulit untuknya"
Ha-ni ingin mengungkapkan suatu hal pada Ibu Seung-jo. Hal itu mengenai Ha-ni yang akan bekerja paruh waktu di perusahaan Ayah Seung-jo.
Ha-ni ingin mengungkapkan suatu hal pada Ibu Seung-jo. Hal itu mengenai Ha-ni yang akan bekerja paruh waktu di perusahaan Ayah Seung-jo.
Ha-ni mengungkapkan keinginannya untuk bekerja di kantor Ayah Seung-jo, tentu saja Seung-jo tidak membolehkan akan hal itu. Tapi, apa boleh buat, mau tidak mau Seung-jo harus memenuhi permintaan Ha-ni.
Di kantor, manager mengenalkan Ha-ni pada seluruh pegawai yang ada. Sedangkan Seung-jo hanya memantau Ha-ni dari jauh. Seung-jo sedikit kesal karena mungkin pekerjaan akan terganggu karena ada Ha-ni di sini.
Seung-jo bertemu dengan presiden direktur. Presiden direktur sangat menyukai kerja Seung-jo yang sangat bagus. Walaupun memiliki umur yang masih muda, Seung-jo sudah berhasil membuat suatu inovasi yang sangat luar biasa. Presiden direktur sangat menyukai Seung-jo.
Ha-ni datang ke ruangan dimana Seung-jo dan Presiden direktur sedang berbicara. Ha-ni mengantarkan minum. Dan saat Presiden direktur menanyakan apakah di perguruan tinggi Seung-jo sangat terkenal. Ha-ni yang mendengar pertanyaan itu langsung menjawab dengan semangat. Ha-ni menceritakan semua kelebihan Seung-jo. Presiden Direktur tersenyum mendengar betapa terkenalnya Seung-jo.
Di rumah sakit. Seung-jo dan Ibunya sedang menunggui Ayah Seung-jo.
Kemudian, manager datang memberitahukan Seung-jo bahwa president direktur ingin Seung-jo bertemu dengan anak perempuan president direktur. Karena manager sudah terlanjur membuat perjanjian tersebut, maka Seung-jo harus datang. Presiden direktur sudah banyak membantu dalam segi finansial.
Saat Ha-ni datang membawa banyak sekali belanjaan, Seung-jo tiba-tiba datang dan membantunya membawakan barang-barang itu.
Ha-ni heran tapi kemudian ia tersenyum dan berterima kasih pada Seung-jo.
Seung-jo datang ke tempat pertemuan antara dirinya dan president direktur. Pertemuan ini seperti sebuah pertemuan pribadi antara Seung-jo dan anak perempuan presdir. Inti utama dari pertemuan ini bukan tentang bisnis, tapi mengenai perkenalan antara Seung-jo dan anak perempuan presdir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar